part3

22.4K 598 5
                                    

Setelah rencana kemarin yang super gagal. Ternyata merubah penampilan menjadi metal, tidak sesuai dengan ekspektasi. Lea harap lelaki itu menggagalkan acara perjodohan ini. Namun, rencana kemarin malah membuat lelaki itu ingin cepat-cepat menikahi Azalea. Tidak habis pikir, memangnya di luar sana tidak ada wanita cantik, body sexi apa?
Untuk apa mempunyai wajah ganteng tapi tidak berpikir panjang untuk mencari pendamping hidup. Lea sempat berpikir apa kata temannya nanti, jika ia menikah dengan seorang pria yang usianya terpaut sangat jauh. Kemungkinan besar temannya itu tidak akan ada yang menghadiri acara pernikahan dirinya.

Otaknya tengah berpikir bagaimana caranya agar membatalkan perjodohan ini. Lea tidak bisa membayangkan bagaimana jadinya jika ia sekamar, bukan sekamar lagi tapi seranjang. Tiba-tiba ada orang asing yang seenaknya tidur dengannya. Mengingatnya pun Lea bergidik ngeri. Tapi, mendadak ada rasa ingin tahu, ia ingin bertanya kepada pria itu, kenapa begitu mantap ingin menikahi Lea dengan cepat, apa pria itu menyukai Lea atau hanya sekedar menuruti perintah mama? Lea semakin bingung. Masa iya, tidak ada angin, tidak ada hujan Lea tiba-tiba menanyakan hal itu. Gengsi dong.

Ah sudahlah, biarkan Tuhan mengatur semua ini. Sudah terlanjur, harus bagaimana lagi, keputusan mama  tidak bisa di gagalkan. Masalah uang siapa yang tidak tergiur. Ya, mama misalnya. Prinsip Desi, harus mempunyai mantu yang kaya raya, rumah di mana-mana, uang tinggal ngambil. Bahkan keluarganya pun harus selalu banyak uang jangan sampai habis. Mana bisa? Dasar mama.
Rasanya Lea ingin kembali ke masa sekolah, tidak memikirkan hal serumit ini.
Tiba-tiba ia mengingat universitas impian nya, apa bisa setelah menikah ia berkuliah di universitas impian nya sejak dulu?
Ah rasanya kepala ini ingin meledak. Lea tidak mau menikah muda, ia harus kuliah di sana. Pasti teman-teman nya sekarang tengah sibuk membicarakan universitas kebanggaan mereka. Sepertinya sangat seru jika berkumpul dengan sahabatnya, membicarakan hal konyol. Tapi sayangnya semuanya hanya khayalan. Sekarang ini tidak ada lagi berkumpul di gazebo dekat sekolah, tempat favorit kita dimana sedang melaksanakan jam kosong.

Sebenarnya bisa aja ia berkumpul seperti biasa. Namun, rasanya sudah beda. Semua orang membicarakan universitas kebanggaan nya, membicarakan pacarnya masing-masing yang bermobil keren-keren. Sedangkan Lea? Tidak mungkin kan membicarakan perjodohan yang di alami sekarang ini. Maka dari itu, ia jarang sekali membalas grup WhatsApp yang isinya hanya mengajak hang out.

Sudah satu jam ia hanya duduk di sofa, bersama pria itu. Entahlah, Lea juga tidak mengerti kenapa ia nurut saja dengan perintah mama, sebelumnya mama mengucapkan, "sudah sana temenin Andrean, dia itu calon suami kamu, kamu harus tau kesukaan dia apa."
Jelas-jelas pria itu tengah duduk dan mengobrol berdua dengan kak Hellen. Otomatis kak Hellen meninggalkan Andrean, bermaksud untuk mempersilakan adiknya untuk duduk. Lea sampai Merasa bersalah kepada Hellen.

Lea melirik ke sebelah kanan, melihat pria itu tengah bermain handphone. Ia tidak tahu harus membuka obrolan seperti apa, ia tidak berpengalaman mengobrol dengan pria dewasa. Akhirnya, ia mengikutinya memainkan handphone yang tidak menarik sama sekali, dari pada diam ujung-ujung nya malah ngantuk.

Gadis itu tidak bisa diam, terus bergerak mencari posisi duduk ternyaman. Sumpah, baru kali ini ia merasakan bokong yang sakit akibat kelamaan duduk.
Sempat berpikir, mungkin pria itu lagi sariawan sampai tidak mengucapkan sepatah katapun. Betah sekali duduk dari awal tidak berubah posisi. Kalau begini caranya mending ia tidur siang, lumayan se-jam juga. Bisa mimpi indah dengan Lee min-ho.

Dari ekor mata Lea, pria itu menyudahi kegiatan tersebut yang lagi mengetik di layar handphone nya. Lalu, ia memasukan benda pipih itu kedalam saku celananya. Lea berpura-pura tidak tahu, ia malah sempat-sempatnya menstalk artis idolanya di Instagram.

Terdengar ada hembusan napas panjang dari pria di sebelah nya itu. "Kepanjangan nama kamu apa?" Tiba-tiba Andrean bertanya seperti itu.

Lea menoleh kepada Andrean. tapi, tidak langsung ia jawab, melainkan bertanya pada dirinya. Apakah pertanyaan itu tertuju padanya? Kalau iya, kenapa dari semua pertanyaan malah itu yang Andrean lontarkan.
Mana mungkin kan pria yang akan menjadi calon suaminya tidak tahu nama calon istrinya. Hm, mungkin saja hanya sekedar basa-basi.

Lea bingung sebutan yang cocok dan sopan untuk pria itu.

Masa manggil mas? Mendengarnya pun geli.

Hm... Kakak? Terlalu muda. Memang masih muda. Tapi panggilan kakak cocok untuk senior-senior di sekolahnya Lea dulu.

Ah semakin mumet, ia tidak bisa berpikir panjang lagi.

"Azalea Daisy." ucapnya jutek. Akhirnya dengan berpikir panjang. Lea hanya bisa menjawab apa adanya. Toh pria itu hanya menanyakan nama, bukan?

Andrean mengangguk pelan. Hening seperti biasa. Lea tidak nyaman dengan situasi seperti ini. Tapi di sisi lain, ia juga bingung harus ngomong apa.
Ternyata seperti ini yang di rasakan orang-orang ketika di jodohkan. Heran, kenapa orang-orang yang mengalami  seperti ini, bisa langsung jatuh cinta. Tapi tidak dengan Lea, ia malah benci, melihat wajah pun enggan. Meskipun tampan sih.

"Kamu punya pacar?" tanya nya lagi.

Refleks Lea yang tengah minum tersedak oleh minuman nya sendiri, setelah mendengar pertanyaan Andrean.
Lea menoleh. Pria itu hanya melihat ke depan, tidak melihat lawan bicaranya. Seperti biasa wajah yang datar.
Lea harus menjawab apa? Yang jelas ia jomblo dari lahir.

"Ng-gak ada." Jawab Lea gugup. Kenapa suasana semakin horor begini.

Lea melihat gerak gerik pria itu, yang kini tengah merubah posisi duduknya.

Andrean kini memutar tubuhnya, sehingga mengarah kepada Lea, dan mereka saling berhadapan. Lea semakin gugup, jantungnya semakin berdebar kencang, tidak biasa di tatap oleh seorang laki-laki seperti ini. Badan nya terasa panas, berkobar-kobar seperti bara api.

Andrean menaikan sebelah alisnya. "Kenapa?"

Lea menelan saliva nya sendiri. Ingin sekali ia berlari ke kamar. harus banget di perjelas ya? Ia tidak bisa di kurung dalam kegugupan ini. Apa yang harus Lea jawab. Masa iya, tidak ada yang mau? Hancur deh image nya sebagai wanita tulen.

"Gak papa."
Mungkin dengan jawaban ini, Andrean tidak lagi bertanya aneh-aneh.

Ke bukti kan? Pria itu merubah duduknya seperti semula. Lea menarik napas lega. sepertinya tidak ada pertanyaan-pertanyaan lagi dalam otak pria itu.

"Besok kita, fitting baju," ucap Andrean dengan entengnya.

"Hah?"
Siapa yang gak syok, tiba-tiba terlontar kata itu dari mulut pria ini. Ini lebih menegangkan dari pertanyaan tadi. Bahkan detik ini juga rasanya Lea ingin menangis sejadi-jadinya. Apa ini tidak terlalu cepat?

Arghhh...

"Masih lama. Masih dua minggu juga!"  Lea mengeluarkan nada volume level tinggi.

Rasanya ia ingin me-nyakar wajah pria ini. Semena-mena nya kalau ngomong, tidak di pikirkan lebih dahulu.  Lea benci, apa yang mau dia dapatkan dari perjodohan ini, sebegitu nya mempercepat pernikahan.
Harusnya dari awal, ia pergi ke rumah Oma nya yang ada di bogor. Mungkin, nasib nya tidak menyedihkan seperti ini, pasti Omanya akan membela cucu kesayangan nya.

Lea sudah menahan tangis dari tadi. Kenapa ia mengalami hal yang ia benci dari dulu. Di jodohkan.
Dulu ia berharap menikah dengan keinginan dirinya, orang yang ia cintai. Tapi apa? Semuanya salah, mama dan kak Hellen yang  memaksanya menikah muda.

"Saya ingin mempercepat pernikahan. Dua hari dari fitting baju, kita nikah." tutur Andrean. Lantas ia pergi menemui Desi untuk berpamitan pulang.

***

Vote and comment😘

Oya makasih loh sama NengKhoer yang selalu menjadi pembaca setia dan vote nya🤗

WHY ME SIR? (TERBIT DI KBM)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang