Jam menunjukan pukul enam pagi. Carrisa yang pulang larut malam harus tetap bergelut pada rutinitasnya. Rutinitas yang masih akan terus berjalan sampai toga menghiasi dirinya suatu saat nanti. Dengan angkutan yang juga sama setiap harinya yang ia gunakan untuk pergi ke kampus. Iya, ojek online. Carrisa ini adalah pengguna sejati ojek online. Harusnya diadakan semacam penghargaan untuk kategori pengguna ojek online terbaik. Pasti Carrisa bisa menjadi juaranya. Carrisa juga selalu kasih uang tip untuk driver ojek yang ia tumpangi. Meski enggak seberapa, setidaknya ia rela dan ikhlas membagi hartanya. Hal baik itu memang ditanamkan olehnya, untuk dirinya sendiri. Karena baginya, beberapa driver ojek online mempunyai cerita yang cukup bisa menginspirasi banyak orang. Selain itu, yang ia suka dari menggunakan ojek online adalah terjadinya hal-hal konyol yang enggak terduga. Yang berhasil membuat mood-nya menjadi lebih baik seketika.
"Hari ini start narik dari jam berapa, pak?" tanya Carrisa kepada driver ojek online yang ia tumpangi.
"Enggak dek, saya kerjanya cuma ojek aja."
"HAH???" Carrisa cuma bisa heran lantaran obrolannya dengan driver ojek online itu sama sekali enggak nyambung. Memang agak sulit sebenarnya untuk dapat mengobrol di tengah motor yang sedang berjalan. Suara-suara jalanan yang berisik memang sedikit mengganggu pendengaran. Tapi, bukan Carrisa kalau enggak bawel, bukan Carrisa kalau enggak kepo. Meski inisiatifnya untuk membuka obrolan enggak dapat tanggapan yang sesuai. Ia terus menanyakan apa pun kepada setiap ojek online yang ia tumpangi.
***
Carrisa sampai di depan gerbang kampus, dan terlihat warung Pak Hendar juga belum buka. Pagi itu masih sekitar pukul setengah delapan, mungkin Pak Hendar belum bangun karena tidur larut malam selepas berbincang dengan Carrisa, Meira, dan Binara. Sebelum masuk ke kelas, Carrisa melihat Binara sedang duduk di depan tukang photocopy yang rolling door-nya masih tertutup rapat. Lantas, "Sedang apa Binara di situ?" gumam Carrisa dalam hati. Karena penasaran, ia lekas menghampiri Binara yang cuma duduk saja sambil memegang flashdisk di tangannya.
"Ngapain lo? Duduk sendiri di depan tukang photocopy begini?" tanya Carrisa dengan santai.
"Nge-print." Jawab Binara enteng.
"lah?! Tukang photocopy-nya aja masih tutup." Carrisa menimpalinya dengan heran.
"Yaiya makanya ini gue nungguin, udah lu masuk kelas sana ntar telat marah-marah sama gue lagi." Jawab Binara ketus.
"Hehehehe..iyaiyaa gua tinggal, ya?" Carrisa lantas meninggalkan Binara yang masih setia menunggu tukang photocopy buka.
Carrisa kemudian masuk ke kelas. Kegiatan perkuliahannya seperti biasa, enggak ada yang spesial. Masa-masa semester 4 memang sedikit membosankan. Makanya ia aktif dalam berorganisasi untuk mengalihkan rasa bosannya terhadap mata kuliah yang begitu-begitu saja. Walaupun capek, rasanya tetap menyenangkan ketika menjalani sesuatu sesuai apa yang dimau. Padahal, Meira sering bilang kepada Carrisa buat berhenti ikut-ikutan organisasi. Karena Meira merasa kasian melihat sahabatnya kerap kali pulang malam sendirian. Tapi, yang namanya keras kepala memang susah untuk dibilangin. Pada dasarnya Carrisa enggak pernah suka dan enggak pernah mau untuk disetir. Apalagi menyangkut kehidupannya. Pokoknya anti banget deh.
Setelah kelas selesai, Carrisa menelfon sahabatnya untuk menanyakan ada di mana dan mengajaknya makan di kantin kampus. "Halo?" Meira mengangkat telfon dari Carrisa.
"Di mana lu nyet?" tanya Carrisa sedikit ngegas.
"Biasa aja dong, kenapa lo? Kesel sama gue?" jawab Meira, dan malah balik bertanya.
"Enggak, males. Kesel sama lo gak bikin gue kaya?"
"Terus kenapa nanya gue?"
"Udah ah, lo di mana? Kantin yuk, udah gak ada kelas, kan." Carrisa mengajak Meira ke kantin lantaran enggan makan sendirian. Tapi, nyatanya emang saat itu Carrisa harus makan sendirian karena Meira sedang tidak berada di kampus. "Di rumah gue, sakit. Dah ah pala gua pusing." Jawab Meira dengan suara yang agak parau.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tanda tanya
General FictionTentang banyaknya pertanyaan yang mengisi kepala, mengisyaratkan sesuatu yang bertuju pada satu hal. Terus berpikir sebelum akhirnya mengambil langkah. Seperti mencari jalan pada sebuah permainan papan. Maju atau mundur, disesuaikan dengan keadaan.