•CC_4•

17 2 0
                                    

Alunan musik yang indah itu mengalun merdu memenuhi seisi ruangan. Kamar dengan nuansa biru laut menjadi saksi setiap melodi yang berasal dari speaker mini berwarna pink yang entah sejak kapan di putar. Di atas ranjang yang empuk Angel yang tengah membaca novel tampak menikmati setiap nada-nada dalam musik tersebut. Terpampang jelas dari wajah yang berseri-seri kala bibir ranum itu melengkung. Dengan mata yang terpejam sembari menggerak-gerakkan kepalanya pelan. Sesekali ia pun ikut bersenandung kecil.

Drrtttt

Drrtttt

Drrttt

Angel berdecak kesal kemudian menutup novel yang sedang ia baca. Tangannya meraih benda pipih yang berada di nakas. Ia melihat nama seseorang yang tertera di layar depan. Seketika matanya membulat saat tahu siapa orang yang baru saja mematikan panggilan tersebut. Belum sempat Angel mengangkat panggilan sudah terputus.

"OMG! Ini beneran gue di telpon Angga? What?! Seorang Angga nelpon gue." Ucapnya heboh sendiri.

"Padahal baru mau gue angkat, eh, udah dimatiin duluan. Ini gue harus telpon balik atau engga ya?" kini Angel sudah turun dari kasur. Ia bolak-balik di tempatnya sambil memikirkan sesuatu yang sebenarnya simpel tapi rumit baginya.

Tadinya Angel pikir yang mengganggunya adalah Cessa, itu kenapa ia sedikit kesal dan enggan mengangkat panggilan tersebut. Namun, ternyata perkiraan nya salah. Di luar ekspektasi ternyata Angga yang tiba-tiba menelponnya.

"Ah, gue telpon balik ajalah terus nanya kenapa dia nelpon gue." Monolog Angel.

Saat jemarinya hendak menekan kontak Angga tiba-tiba ponselnya kembali berdering dan jelas membuat Angel kaget karena panggilan tersebut dsri Angga. Buru-buru Angel menekan tombol hijau.

"Halo?"

"Halo, Angel. Sorry ya gue ganggu lo kah?" ucap suara dari seberang sana.

Kalau saja yang menelponnya Cessa mungkin Angel akan mengatakan ia sangat terganggu, tapi ini bukan Cessa melainkan Angga. Mana mungkin Angel merasa terganggu.

"Eh, engga ko, Ga. Kenapa?"

"Oh, kirain. Soalnya telpon gue tadi ga di angkat."

"Iya tadi gue lagi di dapur. Jadi, ada apa lo nelpon gue?" tanya Angel keburu penasaran.

"Tadi mrs. Pretty nelpon gue, beliau minta rekapan absen siswa bulan ini. Absen nya ada sama lo, kan?"

Angel melirik buku panjang yang berada di atas meja belajarnya. "Iya ada. Mau di minta kapan? soalnya belum gue rekap."

"Besok kasikan gue aja, Ngel. Soalnya sekalian gue mau ngasih laporan lomba basket ke Kepsek sama surat ijin ke Mrs. Pretty."

"Ohh, okay, besok gue bawain. Malam ini gue rekap dulu."

"Siap! Makasihh Angel. Udah dulu sorry ganggu istirahat lo." Balas Angga.

"Apaan sih, Ga, engga ganggu sama sekali malah." Ucap Angel sambil senyam-senyum.

Sementara Angga yang berada diseberang sana tertawa kecil. Rasanya Angel tidak ingin mengakhiri panggilan tersebut. Ia masih ingin mendengar suara cowok sebentar saja. Hanya mendengar gelak tawanya saja Angel sudah membayangkan ekspresi lucu cowok itu.

"Yaudah itu aja, Ngel. Lo tutup deh telponnya."

"Kok gue? kenapa engga lo aja yang tutup telponnya." Ucap Angel.

"Soalnya Lo cewek, jadi lo aja dulu yang tutup telponnya." Angel tidak habis pikir dengan Angga. Ada-ada saja tingkahnya, perihal menutup panggilan saja harus si cewek duluan.

Kalau seperti ini malah Angel semakin tidak ingin mengakhiri panggilan tersebut. Ia masih ingin mendengar suara cowok itu. Ternyata lebih mendebarkan mendengar suaranya lewat ponsel ketimbang berbicara langsung.

"Yaudah gue matiin, ya."

"Iya."

Tutttt

"Seriously jantung gue deg-degan bangett." Ucap Angel setelah panggilan berakhir. Ia memegang dadanya yang masih berdetak tidak karuan.

***

"Telor ceplok, telor dadar, telor asin, telor apalagi ini, Bundaaa." Pekik laki-laki muda yang baru selesai mandi.

"Gaga! Kalo abis mandi itu bagusnya pake baju dulu baru liat makanan." Ucap Wanita yang di panggil Bunda tadi.

"Untung Gaga liat makanan dulu, Bund. Ini kenapa menunya telor semua bunda?" tanya Angga.

"Adikmu yang minta, katanya dia mau analisis rasa berbagai jenis telur. Jadi bunda masakin semua jenis telurnya."

Angga melongo tidak habis pikir dengan pikiran bunda dan adiknya. Ia kembali melihat meja makan yang hanya terisi dengan lauk telur semua.

"Analisis buat apa dah? gila kali si Didi tuh."

"Ya buat tugas sekolahnya, lah."

"Bunda kok percaya sih? Dia tuh ngaco! sejak kapan ada tugas sekolah analisis telur segala. Gaga aja udah kelas tiga gak ada tuh tugas beginian." Ucap Angga yang terlanjur kesal.

"Hushh... kamu gak boleh gitu. Adikmu lagi ngerjain tugas sekolah itu ya kamu semangatin kek, nanti kamu juga bantu kasi masukan sama rasanya ya." Kata sang Bunda membuat Angga semakin pusing.

"Bunda! Bunda udah masak telur-telurnya?" tanya bocah yang tiba-tiba muncul dari belakang Angga.

"Udah Didi, ada di meja makan."

"Heh bocil! lo ngerjain tugas apaan sampe Bunda masak semua jenis telor?" tanya Angga.

"IPA bang."

"Sejak kapan IPA ada tugas beginian hah? gue dulu gak pernah dapat kayak gini."

"Sejak Didi naik kelas lima, bang. Mungkin dulu waktu pelajaran IPA bang Angga sering tidur makanya gak sadar ada tugas ginian." Jawab Didi–adik Angga.

"Ngaco lo! gue paling pinter di kelas walau kadang gue suka ketiduran, tapi gue selalu tau penjelasan guru. Karena yang di tutup itu mata bukan telinga." Sewot Angga.

"Eh udah udah. Kenapa jadi berantem gini sih. Duduk aja yang anteng, Bunda mau panggil Ayah dulu untuk sarapan." Ucap Bunda kemudian meninggalkan kedua anaknya.

"Elo sih nyusahin!" bentak Angga pada adiknya.

"Lah kok aku?"

"Pokoknya kalo gue bisulan lo harus tanggung jawab. Duit jajan lo selama seminggu buat abang!" sarkas Angga.

"Yaaa gak bisa gitu dong."

"Bisalah!"

"Oh, ya sama kalo gue sampe jerawatan gara-gara makan telor duit jajan lo selama sebulan buat gue. Titik gak pake koma!" Jelas Angga.

"KOK NGELUNJAK, BANG?!"

________________bersambung

Classmate Crush Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang