😴 Bullying

240 58 40
                                    

Bukannya Tak Ingin Membalas. Tapi, hanya terlalu malas untuk hal yang tidak penting.
I No Think About
.
.
.
.

menyelusuri koridor sekolah dengan tatapan aneh orang-orang adalah hal biasa bagi Ferra. Sudah 2 tahun ia lalui dan ia terlalu bomat terhadap hinaan orang-orang terhadapnya. Bagi seorang Ferra untuk meladani semua itu hanya lah membuang waktu dan ia terlalu malas akan hal itu.

"Akhirnya sampe juga di kelas" ucapnya. Namun, masalah tidak berakhir sampai di situ, seperti hal nya 2 tahun ini, kelas adalah bagian yang terkutuk bagi seorang Ferra. Bagaimana tidak? semua itu karena makhluk yang menghuni kelas itu.

Cklek

Ferra membuka pintu kelas, yang di dalamnya telah hadir beberapa siswa. Mereka yang tadinya sedang asik bercanda, tertawa, ngegibah seketika menjadi hening ketika Ferra membuka pintu. Seperti hal nya pertunjukan sirkus dan Ferra adalah  pemain utamanya yang menjadi pusat perhatian.

Dan ya! Bullying akan di mulai!

"Widih, makin dekil aja tuh lumut." Willi adalah salah satu anak paling lemes mulutnya yang ada di kelas, mulai mengeluarkan hinaannya sehingga membuat seisi kelas tertawa dengan tatapan jijik ke arah Ferra.

Bukan hal yang baru lagi bagi Fera di panggil lumut, ia sudah terbiasa akan panggilan itu.

Belum cukup sampai di situ, mereka masih terus menghujani Ferra dengan hinaan yang kurang bermutu "Kayanya salama libur si lumut pake ckincare lumpur, makanya tuh muka makin item aja, hahahe." Putri salah satu temannya juga ikut menghina Ferra di sertai dengan tawanya yang garing. Ferra juga bingung mengapa orang-orang menghinanya hanyar karena wajahnya yang hitam dan burik. Apakah penampilan harus nomor satu?

Seperti biasa Ferra tidak akan menghiraukan hinaan orang-orang itu, ia hanya menganggap itu semua hanya lah angin yang numpang lewat di telinganya. Ia lebih memilih duduk di kursinya. Dan ya, seperti biasa kursi yang tersisa untuknya hanya lah bagian belakang paling pojok, itu memang menjadi tempat yang sudah di siap kan teman-teman kelasnya. Alasannya, agar Ferra tidak menjadi pemandangan yang merusak kelas.

"Fer, kok lu gak balas sih?" Ucap Rika. Ya, cuma Rika yang mau berteman dengannya. Di saat semua orang ngejauhin Ferra tapi Rika justru dekat dengannya, Rika orangnya cerewet, percaya diri dan selalu bisa menghidupkan suasana. Dia juga baik dan senang ngebantu orang lain. Kecuali, di saat Ferra di hina orang-orang, dia tidak bisa berbuat apa-apa. Karena, Ferra lah yang melarang itu semua. Rika orangnya cantik, memiliki kulit putih dan yang paling membuatnya cantik lagi adalah lesung pipitnya.

"Males. Biarin aja, lagi pula mereka benar kok, gue kan memang hitam dan burik." jawab Ferra sambil ngambil buku catatan di dalam tasnya.

"Caba aja lu mau gue ajak skincarean, pasti tuh muka glowing juga."

"Males dan unpaedah."

"Lu mah males mulu, lagi pula Ckincarean ada paedahnya kali."

"Bomat!" jawab Ferra males

"Terserah lu deh Fer, gue udah angkat tangan." ucap Rika jenuh. Rika sering sekali ngajakin Ferra buat nyalon atau paling tidak skincarean di rumahnya. Tapi, selalu saja di tolak oleh Ferra.

"Nah, itu lu tahu. Bomat aja lah Rik. Gak usah dengerin kata mereka, hidup ini kita yang jalanin bukan mereka."

"Um." jawab Rika saadanya


😴
---------

Cuma kumpulan cerpen aja tanpa jadwal update.
Perchapter pun cuman pendek, mungkin 400 kata keatas.😴

BOMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang