"Ada yang tau ga libur sampe tanggal berapa?" tanya salah seorang lelaki yang tengah berada di kerumunan jurusannya. "Februari pertengahan" jawab Biru yang duduk disamping lelaki tersebut sembari meminum vanilla oreonya ,
"LAMA BANGET?" teriak sesorang dari sebrang tempat dimana ia duduk. "ya lo pikir lo masih SMA? yang cuma 2 minggu?" balas Chandra dengan sepuntung rokok yang bertengger di jarinya. "gue kira sebulan doang, lah ini hampir 3 bulan anjir" ucap lelaki yang bernama Arfian tersebut pun hanya diam setelahnya."Biru" suara yang perempuan itu sudah kenali selama beberapa bulan belakangan ini. "kenapa Ndra?" Kaendra yan tengah berdiri 1 meter di depannya pun berkata "temenin gue ke kantin yuk" dengan memberikan tatapan yang berarti ada sesuatu yang ingin ia bicarakan. Biru pun hanya mengangguk lalu berdiri dari tempat yang ia duduki dan mengikuti lelaki yang jalan di depannya. "mau makan apa?" tanya Kaendra yang sekarang berada di sampingnya. "ikut lo aja, lagi gamau makan berat " jawab Biru tanpa menengok ke arah lelaki di sampingnya tersebut. Perjalanan menuju kantin sungguhlah menganggu Biru, ia tidak suka dengan keheningan tapi ia pun tidak berani untuk memecahkan suasana.
Sudah sebulan lamanya semenjak Biru bertingkah aneh kepadanya , ada yang berubah dari diri Biru, ia terlihat jauh bagi Kaendra, sangat jauh. Kaendra yang mulai merasa nyaman dengan ocehan Biru dan sikapnya yang sangat unpredictable , tapi tidak se unpredictable ini. Dimana perempuan itu tanpa alasan kian mengurangi waktu bersama dirinya. Hal itu terlihat sangat jelas disaat Biru terlihat enggan untuk ditinggal berdua hanya dengan dirinya. seperti ada sesuatu yang terjadi pada Biru dan itu ada kaitannya dengan dirinya. Ia benci menjadi alasan kenapa perempuan yang biasanya terlihat riang itu sekarang terlihat murung walau itu hanya ditunjukkan saat perempuan itu tengah berhadapan dengan dirinya.
Sampainya di kantin, Kaendra langsung meninggalkan Biru untuk membeli makanan untuk dirinya, dan untuk Biru juga pastinya. ia membelikan dimsum untuk Biru, yang ia ingat perempuan itu sangat menyukai makanan yang hampir menyerupai siomai itu, dan juga memesan nasi goreng untuk dirinya. Setelah memesan, Kaendra menyodorkan satu porsi dimsum ke hadapan perempuan berambut pendek yang masih diam sejak dia tinggal untuk memesan makanan tadi.
"Lo kenapa?" tanya kaendra dengan suara yang sangat lembut, mencoba untuk masuk kedalam dinding yang Biru ciptakan untuk menghadang mereka berdua. "kenapa nanya gitu?" jawab perempuannya di depannya dengan menunjukkan wajah tak suka.
" you've been avoiding me Biru" ucapnya masih mencoba untuk menatap kedua bola mata perempuan di depannya.
" if i did, i wouldn't agree to be here with you" jawab Biru dingin. Terlalu dingin bagi Kaendra."Tell me what i did wrong" ujar lelaki itu sambil mencoba untuk mengerti apa yang tengah terjadi di dalam pikiran perempuan di depannya itu.
"why?" hanya itu yang terucap dari bibir Biru. "why what?" Kaendra sungguh tidak mengerti apa maksud Biru. "why you being like this when you already have someone?" ujar Biru setelah menarik napas seakan kata kata yang ia ucapkan membutuhkan banyak tenaga untuk di gunakan.
Setelah kejadian di GBK hampir sebulan lalu, cukup membuat Biru ingin menampar dirinya berulang kali, dirinya yang tengah memberi kesempatan untuk hatinya menerima seseorang kembali namun ia hanya bisa tertawa merutuki kenaifan dirinya. Entah Biru pun tidak tahu kenapa dan apa yang membuatnya menjadi seperti ini terhadap lelaki yang tengah duduk di depannya, yang tengah siap untuk memberinya penjelasan akan kejadian sebulan lau. Tapi Biru tak mau membohongi dirinya lagi, mungkin karna perlakuan lelaki itu terhadap Biru mampu membuatnya terpana, all the undertsanding self that this guy offer to her, it's beyond that she could imagine.
Jika boleh jujur Kaendra sudah menangkap perhatian Biru sejak pertama kali ia berkenalan di depan aula kepada semua angkatannya, sosok Kaendra yang duduk di barisan depan, tidak memutuskan kesempatan untuk mata Biru bertemu dengan matanya. and right there, something hit her. Hal yang sama terjadi pada saat Biru pertama kali bertemu dengan lelaki yang sudah 3 tahun tidak ia jumpa. Biru tidak tau apa yang membuat dirinya begitu terpana dengan tatapan Kaendra pada hari itu, kedua mata yang kini tengah menatapnya dengan tatapan khawatir,
"you were there?" tanya lelaki itu seakan tau apa yang perempuan itu maksud dan hanya dibalas dengan anggukan oleh Biru.
"i don't know how can i explain everything to you. but one thing that you need to know, i do like you....as a friend. you make me feel understood by someone. you make me feel like finally someone truly care about me and that's how i feel towards you. I don't mean to make you mistaken my act as i like you in romantic way. I'm sorry for hurting you with my act. I didn't think you will feel this way towards me. i'm really sorry. i really wish this won't change our friendship" jelasnya yang membuat perempuan di depannya menundukan kepala semakin dalam.
"fuck you Valsha, for thinking that someone is actually like you" Batin Biru yang membuatnya ingin menghilangkan dirinya dari permukaan bumi ini.
"i don't get it. kenapa lo waktu itu ngomong gitu pas kita makan pizza bareng Yuna dan Kartika?" tanya nya yang teringat kejadian saat ia berempat makan pizza disaat ulang tahun Yuna. yang mana jelas lelaki di hadapannyta berkata bahwa ia ingin bersama Biru. "i was just kidding" balasnya yang cukup membuat Biru pun meluapkan emosinya ,
"Lo pikir orang lain bakal tau kalo itu bercanda? lo tau Kartika sama Yuna bilang kalo gue tuh plinplan, Jahat! lo mau tau kenapa? karena mereka mikir gue ga ngasih lo kepastian. mereka pikir gue mainin perasaan lo, disaat semuanya itu adalah kebalikannya!" suara Biru pun sudah meninggi, cukup untuk membuat orang di sekitar meja mereka menengok kearah mereka dengan wajah penasaran.
"jahat lo ya" ujar Biru yang tengah siap untuk berdiri meninggalkan lelaki itu, "Biru" tahan Kaendra seraya menahan lengan perempuan itu.
"Kaendra Zaffran, le-pa-sin gue" ucap Biru seraya menekankan suaranya pada kata terakhirnya.
"i'm sorry" Kaendra sudah takbisa melakukan apapun, jujur dalam dirinya ia tengah menahan untuk tidak menarik perempuan yang setengah mati menahan air matanya agar tidak keluar.
"i told you i forgive you. now let go" Biru meghempaskan lengannya yang ditahan oleh Kaendra, dan segera meninggalkan lelaki itu berdiri sendiri.
Biru sudah tidak tau apa yang harus ia lakukan sekarang, ia ingin pulang. tapi tas nya masih berada di tongkrongan, tidak mungkin ia kembali ke sana dan mengundang banyak pertaanyaan akan apa yang terjadi padanya saat melihat kondisinya yang sangat tidak stabil saat ini.
Biru sangat ingin menelfon Audi atau sahabatnya yang lain, namun ia sadar bahwa sekarang masih jam pelajaran, Biru tidak mau membuat sahabatnya khawatir. Akhirnya ia pun mengirim pesan kepada seseorang yang ia ingat bahwa sosok itu tidak ada kelas hari ini,
To : Shera DKV
Shera, lo dimana?
Biru mengirim pesan kepada temannya, sungguh ia hanya butuh sesorang untuk mendekapnya. menahan dirinya agar tidak runtuh. Ia melangkahkan kakinya menuju gedung fakultas Desain, berharap menemukan sosok Shera, namun yang ia temukan malah menambah rasa sial dirinya hari ini ,
Valdi ....
..dan...
... Shera
Mereka berdua tengah berjalan bersisian, dengan lengan Valdi yang mengalung di pundak Shera sambil tertawa seakan tidak ada beban di hidup mereka. Dan mata Biru pun membesar dan ada rasa yang tak enak ia rasakan di perutnya saat ia melihat Valdi mengecup sisi kepala Shera.
this is why, i never want to let myself believe in such thing as crush hence even love.
cause they just gonna hurt her in the end,
and for once she blame herself,
for not listening what her mind been telling her,
And letting her heart do whatever it wants,
Then it ended up getting her on the same place just like what he did
3 fucking years ago,
Biru berusaha untuk mencari kamar mandi di sekitarnya , she feels like the she couldn't breath, her anxiety start to kick in , menahan dirinya agar tidak mengalami breakdown di tengah tempat publik.
she hates herself for being...
...too fucking naive.
~~~~~~
my heart breaks :( noooo poor Biru
KAMU SEDANG MEMBACA
Memoir
Teen FictionWe had our time and Maybe it wasn't for us. Semesta seperti mempunyai rencana sendiri , membolak balikkan kehidupan Biru. "Semesta sebecanda itu"