Civil
Dadanya terasa sesak, seakan ada tumpukkan batu yang menumpuk diatas dadanya. Biru terlentang di atas tempat tidur nya, menghela napas yang terasa berat, ia pun terus memutar kejadian 3 hari lalu yang membuat konsentrasinya buyar.
Entah mengapa ia merasa tersakiti oleh tindakan yang di lakukan oleh 2 lelaki itu,
"Why does it hurts to know the truth?"
Ia yang mulai terlena oleh sikap baik Kaendra hingga termakan oleh sikap manis Valdi. Biru tak tau harus merasa seperti apa, karna ia bukanlah siapa siapa yang berhak merasa marah. Biru yang sekali lagi terlalu naif dengan dunia ini, terlalu percaya akan keajaiban akan datang untuknya.
15 missed calls Kaendra 18
20 message from Kaendra 18
15 message from Reyvaldi 18
18 messgae from Audiyy
3 message from Mom
2 missed calls from Chandra 18Rentetan notifikasi terpampang jelas di layar hand phone nya, tapi Biru tak ada niatan untuk mengecek satu pun isi dari pesan tersebut.
"I like you as a friend" ucapan Kaendra terngiang di kepala nya. Dan senyum yang merekah di wajah Valdi saat ia merangkul Sera.
Biru tersenyum pahit. Ia tidak boleh serakah. Karna dari awal pun memang tidak ada apa apa antara mereka bertiga.
Kesalahpahaman antara Kaendra dan Biru serta Kenaifan Biru terhadap Valdi.
Dirinya sudah 3 hari tidak masuk. 3 hari yang ia gunakan untuk merenungi apa yang harus ia lakukan terhadap dirinya dan untuk mengatasinya.Jurnal yang menangkap mata Biru pun mampu membuat senyum di wajah Biru merekah,
1/07/17
Lupa sudah diri ini akan luka
Berlaga tangguh tanpa celah
Tuhan tak pernah salah akan pilihannya
Begitu pula jalan cerita cipataannya,Raga yang mulai menyecap kembali rasa
Diingatkan akan luka yang pernah ada,
Kenaifan diri ini tentang suatu yang fana,
Mengukir cerita yang mustahil terciptaTuhan sudah memperingatkan
Agar tidak lupa tentang apa yang sudah di ikhlaskanJanganlah lagi sembarang membuka raga
Membiarkan masuk buncahan elegi yang menyerupai cinta
Cukup raga ini menelan luka
Merajut kembali yang telah terbuka~~
Biru menyeret gontai badannya ke dalam lift menuju ruang kelas,
Cukup 3 hari ia habiskan untuk membuat bengkak keduan matanya. Beruntung, hari ini matanya tidak terlalu merah , entah kenapa dadanya kembali sesak saat ia sudah sampai di depan pintu kelasnya, ia bisa melihat dosennya yang sebentar lagi akan memulai kelas. Biru sengaja datang telat agar ia tidak harus menunggu lama di kelas, atau lebih tepatnya ia belum siap dengan pertanyaan yang pasti akan ditanyakan kepada dirinya oleh teman teman sekelasnya.
menghela napas, Birupun membuka pintu kelas nya yang otomatis membuat semua tatapan menuju kearah nya. Ia hanya bisa memberikan senyum kecil lalu berjalan ke meja kosong yang berada di baris paling depan, spot yang memang menjadi tempat dimana ia biasa duduk.
Ditengah dosen nya yang tengah memulai kelas, Biru merasakan ada yang mencolek bahunya yang membuatnya melirik ke belakang dan mendapatkan Chandra yang menyodorkan susu putih kotak kepadanya.
"hah?" tanya Biru sambil menaikkan alis nya, "buat lo" ujar Chandra, yang takbisa ditolak oleh Biru. saat ia menerima susu itu dan meposisikan badannya kembali menghadap depan, ia menemukan sticky notes yang menempel di bagian depan susu kotak tersebut.
"Semoga kali ini ga bikin sakit perut pagi pagi ya"
Biru tak sadar jika ia tersenyum kecil melihat apa yang temannya lakukan. Ia tau persis siapa yang melakukan ini. Simple, but heck it can make her smile.
KAMU SEDANG MEMBACA
Memoir
Teen FictionWe had our time and Maybe it wasn't for us. Semesta seperti mempunyai rencana sendiri , membolak balikkan kehidupan Biru. "Semesta sebecanda itu"