dr.Romance

191 9 0
                                    

Part 6

Di sinilah Jeong Kook berakhir, di sebuah kamar tidur bernuansa putih bersih tertata rapi dan berbau mentol, sungguh maskulin.

"Tidurlah, maaf tak bisa menemani dirimu di sini. Aku harus kembali ke rumah sakit." ujar Tae Hyeong yang baru saja keluar dari kamar mandi, dengan pakaian bersih yang membalut tubuh atletis miliknya.

"Kenapa kau bersi keras membawaku ke sini? Kau tak takut, jika aku mencuri benda atau barang berharga dari apartment mewah milikmu?" kali ini, pria berperawakan terlewat imut itu bersuara, sembari mengerjap polos ke arah Tae Hyeong yang mencoba mengancing ujung lengan kemejanya.

"Bukankah sudah kau lakukan?" sambar Tae Hyeong kini merendahkan tubuhnya, berhadapan dengan Jeon Muda yang masih terduduk di ujung ranjang tidur Tae Hyeong.

"Apanya? Aku melakukan apa?" jawab pemuda itu bingung, masih mengerjap imut dengan pipi gembil yang menawan.

"Berhenti memasang wajah seperti itu Jeon, aku bisa lepas kendali jika kau tetap menunjukkan wajah menggemaskanmu itu." dengan cepat, Jeong Kook membuang asal arah tatap matanya jauh dari Tae Hyeong yang mencuri ciuman pertama miliknya, beberapa saat lalu.

"Menggemaskan, manis sekali." ujar Tae Hyeong memberanikan diri mencubit gemas pipi berisi milik Jeong Kook pelan yang diaduhi sang empunya yang meringis menahan cubitan Tae Hyeong yang menurutnya sedikit bertenaga.

"Lepas, sakit tahu." erangnya, sembari menepis pelan tangan Tae Hyeong yang akhirnya terlepas dari pipinya. "Kau tak menyelesaikan kalimatmu tadi, aku sudah melakukan apa kepadamu?" lanjut Jeong Kook mengusap sisi pipinya.

"Kau telah melakukannya, apalagi yang perlu kukhawatirkan. Kau berhasil mencuri sesuatu terpenting dari diriku." ucap Tae Hyeong mendekatkan wajahnya ke arah Jeong Kook yang masih bingung dengan arah pembicaraan Tae Hyeong kepadanya.

"Kau sakit! Akan kuberikan beberapa resep nanti." lanjut Jeong Kook polos, seraya menarik mundur wajahnya dari Tae Hyeong yang tersenyum miring mendapati tingkah menggemaskan pria dihadapannya.

"Tak perlu." cuit Tae Hyeong dengan suara raspy miliknya. "Kau tak perlu repot-repot menulis resep untukku. Cukup kau saja yang menjadi obat bagiku." terdengar cheesy, tapi tak terlalu buruk, pikir Kim Tae Hyeong.

"Lupakan, ini salahku. Aku lupa, jika saat ini aku terlalu menganggap serius ucapan pasien dengan gangguan jiwa seperti dirimu." putus Jeong Kook berusaha bangkit dan berdiri dari ujung ranjang, tetapi tak depat dilakukan, ketika Tae Hyeong menjatuhkan tubuhnya di atas ranjang.

"Menyingkir, apa yang akan kau laukan kepadaku?" secara spontan, Jeong Kook menahan dada bidang Tae Hyeong yang kini mengungkung tubuh berisi miliknya.

"Menurutmu? Coba berikan hipotesa dan diagnosa yang cocok untuk keadaan dan situasi saat ini. Jeong Kook uisanim," sesungging senyum menggoda yang terlihat mengeringkan di mata Jeon Jeong Kook, hanya mampu menyisakan kerutan di kening pria muda yang kini menatap horor Tae Hyeong di atasnya.

"Kau sakit, kau benar-benar sakit dokter Kim." cicit Jeong Kook masih mencoba membalas tatapan Tae Hyeong, berusaha tak terlihat kalah dan lemah dengan situasi aneh yang kini tengah dialaminya.

"Sudah kukatakan dokter Jeon. Kau adalah obat bagiku, jika kau pikir aku sakit." bisik Tae Hyeong kali ini di dekat telinga Jeong Kook yang memerah.

'Sial, aku bisa merasakan hembusan napasnya. Jeon Jeong Kook, jeongsincaryeo! Kau harus tetap mempertahankan kewarasanmu saat ini.' teriak Jeong Kook dalam hati, berusaha mati-matian mempertahankan sisa kewarasan dan logika yang dimilikinya. Agar tak termakan habis oleh tipuan hormon dophamine, Serotonin dan kawan-kawannya.

Doctor RomanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang