#4 Saat Jam Dua Dini Hari

41 0 0
                                    

Beberapa kapal harus bergerak maju meninggalkan pelabuhannya. Untuk memastikan keberangkatannya baik, ia butuh awak kapal yang kuat. Rute yang sudah jelas tertuliskan akan jadi acuan perjalanan. Ia juga butuh nahkoda yang berpendirian teguh agar pelayaran selalu terarah maju tanpa mengenal putar balik yang lucu. Punya bahan bakar yang cukup agar pelayaran selalu aman. Sedangakan penumpangnya harus selalu meanaati peraturan pelayaran kapal.

"Jangan! Jangan loncat!"

"Tapi ini keterlaluan!"

"Yang biru itu dalam. Warna kesukaanmu itu dalam."

"Sebab itu aku mau!"

"Jangan gila di sini!"

"Aku bahkan tidak pernah mau!"

Saya terbangun. Itu mimpi. Kapal itu belum pernah ada, bahkan untuk dinaiki. Saat ini hampir jam dua pagi dan entah kenapa hidup rasanya begitu menyesakkan. Ingin rasanya pergi ke jurang yang saya kunjungi di sebuah kota 17 tahun yang lalu. Saat saya belum mengerti hidup akan seperti apa ketika dewasa nanti. Kadang enggan sekali rasanya melanjukan hidup sebagai dewasa. Rasanya tercekik setiap hari, tanpa tahu siapa yang mencekik.

Mari mengibaratkan permainan mencari jejak yang rute perjalanannya menggunakan peta. Ada pos satu, dua, dan seterusnya. Di tiap pos ada permasalahan yang harus diselesaikan, tentunya dengan segenap pemikiran dan terkadang butuh orang lain untuk menyelasaiknnya. Namun, ia jelas terarah. Ketika pos-pos itu sudah berhasil dilewati, maka tujuan terakhir adalah kemenangan.

Sayangnya, hidup itu menyerupai permainan mencari jejak yang rutenya tidak ada manusia yang tahu. Rasanya begitu sering terombang-ambing. Bingung dengan keadaan ini dan itu. Mana yang harus dilakukan terlebih dahulu. Lelah dengan kesedihan yang tak kunjung menepi. Tapi ya begitulah, itu bagian dari hidup. Sesuatu yang bisa membuat kita mengerti makna dari terpuruk lalu menangis. Juga membuat kita mengerti makna dari tersandung, lalu jatuh, tapi kemudian bangkit. Bagian tersedih dari hiup, dan akan selalu begitu. Sesuatu itu membuat kita lebih kuat, dan harusnya tidak ada yang perlu disesali. Warna-warni dari hidup yang bisa diterjemahkan ke dalam banyak hal dengan sudut pandang masing-masing manusia yang berbeda. Sesuatu itu tumbuh bersama kita. Semakin dewasa, sesuatu itu semakin besar pula, tapi juga itu membuat ketegaran dalam diri kita semakin kuat.

Kadang, ingin rasanya menepi dari keramaian hidup untuk sejenak menenangkan diri. Rasanya ingin menyatu dengan alam. Berteriak sekencang-kencangnya, lalu menangis sejadi-jadinya. Pernah, saya ingin mencoba untuk menyerah, tidak melanjutkan hidup, tapi bagaimana? Belum ada solusi yang baik.

Rasanya ingin dipeluk erat-erat. Menangis sejadi-jadinya di dekapan seseorang. Menenggelamkan pipi yang basah di dadanya, lalu dielus punggungnya,

"Semuanya akan baik-baik saja. Tidak apa-apa. Tidak apa-apa menangis. Kamu nggak salah. Hidup itu memang berat. Tapi kamu punya aku. Aku ada kalau kamu menangis lagi. Tidak apa-apa. Tidak apa-apa."

Menangis bukan bentuk perwujudan kalau kita lemah. Terkadang, menangis harus jadi pilihan yang dilakukan untuk membuat kita lega.


xx.


Saat-saat yang Akan Selalu TercatatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang