#5 Saat Omongan Orang Terasa Benar

18 0 0
                                    

Hal-hal yang seharusnya tidak diundang seringkali tiba-tiba datang meramaikan otak saya. Tersiksa sekali rasanya kedatangan tamu menyebalkan yang jelas-jelas tidak diundang tapi tahu-tahu datang tanpa permisi. Membuat kacau otak saya. Padahal saya sudah membuat benteng pertahanan yang menurut saya sudahlah kuat, tapi ternyata mereka lebih kuat. Mereka membuat pusing kepala.

Terkadang mereka semangat sekali untuk membuat saya merasa cemas dan sesekali menangis. Satu, dua kali gagal, namun berkali-kali berhasil. Rasanya saya harus membuat benteng lebih tinggi juga lebih kuat. Saya harus membuatnya dengan sedikit lebih memberi jeda kepada otak saya untuk memikirkan berbagai hal, mengajarinya untuk bisa lebih membedakan mana yang jelas-jelas lebih penting untuk dipikirkan dan mana yang jelas-jelas harus dibuang jauh-jauh, atau lebih baik jika dimusnahkan saja.

Tamu-tamu tak diundang di otak saya, rasanya menimbulkan banyak sekali risau dalam hidup, apalagi diusia 20-an, diusia yang sekarang ini. Padahal saya sudah sangat selektif menetukan apa-apa yang boleh masuk ke pikiran saya , juga siapa-siapa yang boleh memasuki kehidupan saya. Tapi, kok rasanya mereka seperti punya kunci cadangan untuk membuka pintu yang sudah saya kunci, ya?

Orang-orang bisa menjadi racun dalam waktu yang tidak diinginkan. Saat lengah, bisa saja mereka menyuntikan racunnya ke bagian terpenting dalam tubuh saya yaitu otak. Mereka menanamkan segala benih teori yang menurut mereka benar, lalu otak saya hanya bisa mengiyakan dan melakukan hal-hal agar teori-teori yang mereka tanam memanglah terbukti kebenarannya.

Seringkali omongan orang-orang terasa begitu benar, mengalahkan hati nurani diri sendiri. Setelah itu, saya hanya merasa kalau sama dengan orang lain memanglah sesuatu yang harus dilakukan, padahal itu adalah kesalahan. Saya tidak mungkin bisa sama dengan orang lain. Saya adalah diri saya sendiri, tentunya dengan versi yang tidak mungkin bisa disamakan. Bukankah Tuhan menciptakan manusia dengan keberagamannya?

Lalu, kenapa seringkali merasa harus sama dengan orang lain hanya karena otak dan telinga kita memerintahkan apa yang orang lain katakan?

Benar, otak yang ramai memanglah salah satu malapetaka yang mengerikan.

xx.

Saat-saat yang Akan Selalu TercatatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang