"Hai. Apa kabar?" akan menjadi kalimat yang sangat sulit untuk saya ucapkan pada pagi hari, atau pada saat saya bertemu dengan orang-orang ketika mengawali hari. Kalimat sederhana yang selalu tertuliskan di kepala saya, namun tidak sampai diucapkan.
Kenapa sulit sekali untuk sekadar mengucapakan kalimat itu? Kenapa rasanya akan sangat aneh jika saya mengucapkan kalimat itu? Apakah dengan mengucapkan kalimat itu berarti saya telah membuat satu kesalahan?
Memulai percakapan adalah hal yang hampir-hampir tidak pernah saya lakukan kepada orang lain. Hal itu merupakan sesuatu yang seringkali saya tidak pedulikan. Menurut saya, hal tersebut tidaklah terlalu penting untuk dilakukan, bahkan seringkali tidak terpikirkan untuk melakukan hal semacam itu ketika ada orang lain di dekat saya, ataupun saat berpapasan. Tersenyum sambil mengangguk dibarengi dengan sejenak menatap matanya merupakan hal yang cukup untuk dilakukan bagi saya.
Terlepas dari sifat saya yang memang cuek dan tidak suka banyak omong, rasanya telinga saya sudah kebal dengan kalimat-kalimat;
"Kok diam terus?"
"Ngomong, dong."
"Ngobrol, kek."
Dan ada satu kalimat yang membuat saya cukup tercengang, saat itu kebetulan di perjalanan keluar dari tempat kerja. Saya berjalan dengan sekelompok rekan kerja saya, tiba-tiba salah satu dari mereka berkata dengan nada yang menurut saya tidak begitu mengenakan,
"Kalau ada temannya itu ngobrol, jangan diam terus."
Apakah memang saya diamnya sudah begitu keterlaluan?
Iya, betul, lambat laun teguran atau protes mulai berdatangan. Mulai dari dikatakan anti sosial, tidak sopan, bahkan tidak mengerti aturan hidup. Sebegitu salahkah saya?
Sejenak saya berpikir, apakah saya harus benar-benar mengucapkan kalimat semacam itu? Apakah saya harus sedikit mengubah kebiasaan saya? Haruskah saya menambahkan kalimat itu ke memori saya sebagai sesuatu yang harus diucapkan saat saya sedang bersama dengan orang lain?
Kemudian, saya benar-benar mencobanya. Rasanya benar-benar aneh ketika saya mencoba melakukan hal yang asing menjadi lazim untuk dilakukan. Rasanya seperti mencoba menjadikan seseorang sebagai sahabat karib padahal baru saja bertemu sepuluh detik yang lalu. Aneh dan canggung.
Seringkali saya merenung, memikirkan hal-hal yang biasa orang lain lakukan yang jelas sangat jauh berbeda dengan kebiasaan saya. Mengapa orang lain bisa dengan mudah memulai percakapan dan berkenalan dengan orang baru? Mengapa orang lain bisa dengan mudahnya menyapa seseorang saat mereka bertemu? Mengapa selalu ada stok kalimat yang tersimpan dalam otak mereka untuk diucapkan? Mengapa mereka bisa dan saya tidak bisa?
Pernah saya menanyakan hal-hal tersebut kepada teman saya, tetapi tidak ada jawaban. Seolah seperti sesuatu yang memang sudah ada di otak tanpa harus dicari untuk kemudian ditambahkan, berbeda dengan keadaan di dalam otak saya yang tidak terdapat hal-hal semacam itu yang mengharuskan saya untuk mencari kemudian menambahkannya ke dalam otak saya.
Saya teringat dengan ucapan salah satu teman ketika saya berada di bangku SMP,
"Jangan terlalu jadi pendiam. Tidak baik."
Setelah mendapat berbagai macam protes, kalimat itu seringkali datang saat saya sedang diam duduk bersama orang lain. Kalimat itu seolah menegur saya untuk berbicara sesuatu. Kadang saya lantas mengucapkan satu atau dua kalimat, tetapi kadang juga saya memilih untuk tetap diam.
Semakin saya memikirkan hal tersebut, semakin saya menyadari kalau tidak semua orang bisa seperti itu. Tidak semua orang bisa berbicara tanpa mengalami kesulitan dalam konteks ini dan itu bahkan meskipun itu adalah hal yang tidak terlalu serius. Saya menyadari kalau kapasitas setiap orang dalam berbicara dan mengutarakan apa yang ada dalam pikirannya jelas berbeda. Tapi, saya tidak memungkiri kalau menyapa orang lain atau memulai suatu percakapan adalah hal yang patut untuk dilakukan. Sesuatu yang baik untuk dicoba walaupun terasa aneh dan canggung bagi saya.
Saya yang pendiam bukanlah seseorang yang tidak peduli dengan sekitar. Seringkali saya merasa peduli bahkan seolah ikut merasakan apa yang orang lain rasakan hanya saja tidak mengatakan apa-apa. Atau biasanya saya hanya mengucapkan satu dua patah kalimat untuk menyabarkan teman saya yang bersedih. Saya seringkali mengingat detail akan sesuatu yang orang lain tidak ingat, ketika sesuatu itu dibahas dan mendapat kebuntuan, saya baru angkat bicara untuk melengkapinya. Seperti sudah menjadi suatu kebiasaan, saya juga seringkali mengamati orang yang sedang saya temui, mulai dari hal-hal yang menurut orang lain tidak terlalu penting, hingga hal-hal yang hari berikutnya mungkin akan dilupakan oleh orang lain.
Seseorang yang pendiam bukanlah seseorang yang tidak memiliki rasa kepedulian ataupun rasa ketertarikan untuk berbaur dengan manusia lain. Orang pendiam hanya lebih membatasi dan lebih memilih mana yang penting dan memang harus benar-benar dilakukan juga mana yang harus diucapkan agar tidak membuat keadaan menjadi rumit yang juga bisa saja berpotensi menyakiti perasaan orang lain. Seseorang yang pendiam hanya butuh didekati dengan cara yang lebih intens daripada orang lain. Jika kamu sudah berhasil masuk ke dalam celahnya, maka biasanya kata pendiam akan hilang dari atmosfernya. Jadi, sebenarnya cara bagaimana mendekati merupakan salah satu hal yang akan menentukan sikap si pendiam itu memberi timbal balik.
Saya mungkin memang hidup sebagai manusia yang mengalami kesulitan dalam hal bersosialisasi dan mengekspresikan apa yang saya rasa, lebih tepatnya kesulitan mengucapkan kalimat tanpa harus berpikir panjang. Tapi, terus mencoba melakukan hal-hal baik adalah sesuatu yang tidak pernah saya hentikan. Terlepas dari itu semua, hal yang sebenarnya saya butuhkan hanyalah dukungan dan saran baik dari orang-orang yang memang mengerti bagaimana diri saya yang sebenarnya. Saya membutuhkan hal tersebut dari mereka untuk membuat diri saya menjadi pribadi yang baik dan tentunya dengan versi saya sendiri. Versi yang tidak melulu harus sesuai dengan perkataan orang lain. Karena setiap manusia menjadi baik dengan cara positifnya masing-masing.
xx.
KAMU SEDANG MEMBACA
Saat-saat yang Akan Selalu Tercatat
AdventureMungkin kita pernah sama-sama merasakannya, tapi kamu enggan berkata. Coba baca ini.