Delusi |5|

91 11 3
                                    

Magic Shop 'BTS'


Rintik-rintik air hujan menemani gadis cantik itu melamun. Pikirannya kosong, entah apa yang sedang terlintas di otaknya. Hujan semakin deras sejak dia pulang sekolah tadi.

Walau jam sudah menunjukkan pukul tiga sore, tapi dia melewatkan makan siangnya. Bunyi bib dari ponselnya menyadarkan dia. Dia langsung melihat siapa yang mencoba mengganggu ketenangannya saat ini.

Farel.
Huh, laki-laki ini, desahnya dalam hati.

Dia hanya membaca pesan itu tanpa membalasnya. Menghiraukannya lalu menghadap jendela menatap air hujan turun seperti tadi--sebelum Farel mengiriminya pesan.

Hujan memang banyak di sukai. Naya menjadi salah satu penikmat hujan ketika turun. Aroma tanah yang terguyur hujan itu menenangkan, katanya lirih.

Hujan punya suara yang berisik tapi dia suka. Tapi kalau petir muncul, dia juga pastinya takut. Hujan menjadi temannya ketika dia benar-benar tidak bisa  mengungkapkan perasaannya pada seseorang. Ketika tidak ada tempat untuk sekedar mendengar keluhnya.

Naya tersentak, ketika pukulan ringan mendarat mengenai bahunya dari belakang. Menoleh dan ia mendesah panjang. "Farel ngapain sih?"

"Sombong banget sih, Nay. Wa gue cuma lo read."

"Naya lagi males ngapa-ngapain."

Farel duduk di tepi ranjang. Sambil bersila, laki-laki itu menatap lembut Naya. Gadis itu masih memperhatikan turunnya hujan. Menghiraukan Farel yang kini bertamu di rumahnya.

"Lo kenapa sih, Nay?"

Naya hanya menggelengkan kepalanya. Gadis itu masih tetap dalam kebisuannya.

"Kita keluar, atau makan?" Farel menawarkan diri untuk menghiburnya. Tapi tetap saja gadis itu menggelengkan kepalanya.

Laki-laki itu lalu beranjak untuk menggapai puncak rambut Naya. Lebih dekat dan mulai mengelus pelan rambut hitam itu.

"Lo, lagi sedih. Kenapa?" tak henti-hentinya, pemuda bertubuh tinggi itu terus bertanya.

Naya mendongak, menatap Farel yang berdiri menjulang. Mata gadis itu terlihat sayu. Bibirnya melengkung ke bawah.

Naya mulai membuka mulutnya, "gimana rasanya punya orang tua sih, Rel?"

Farel diam. Otak laki-laki tidak bisa menjawab pertanyaan gadis di depannya ini.

Lalu, dengan cepat meraih tangan mungil itu dan membawanya keluar dari ruangan yang penuh poster K-Pop idola gadis itu.

Naya menyerngit, gadis itu mencoba melepaskan genggaman erat dari tangan Farel. Namun, Farel seakan tak merasakan pemberontakan dari tangan gadis itu.

"Farel lepasin, ih."

"No, no."

Laki-laki itu menggeleng keras dan tetap membawanya ke--astaga ini hujan. Dan Farel membawanya ke halaman yang terguyur air hujan itu.

Dia lalu membuka kaos maroon yang tadi membungkus tubuh tingginya. Menyisakan celana kolor warna hitam dan bertelanjang dada. Naya terhenyak dengan tingkah Farel. "Farel ngapain sih?"

"Hujan-hujanan." seru laki-laki itu. Dia telah melangkahkan kaki-kakinya ke arah dimana hujan itu turun.

"Sini, Nay. Seru nih." panggilnya pada Naya. Tapi gadis itu menggeleng.

"Dingin." Naya menyilangkan tangannya ke depan dadanya.

Laki-laki itu mendekat. Meraih tangan gadis itu lagi dan membiarkan tubuh Naya dan juga tubuhnya basah terkena dinginnya air hujan.

DelusiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang