Delusi |10|

108 10 2
                                    

Lama ya? Maaf :(


Alan merebahkan tubuhnya di atas ranjang. Sakit yang mendera kepalanya lagi-lagi tak kunjung hilang. Memejamkan mata--sedikit merilekskan pikiran--laki-laki itu mencoba menikmati rasa sakit.

Seharian tidur di UKS nyatanya tak membuat rasa sakit itu mereda. Merelakan kegiatan belajar mengajarnya ia tinggal agar bisa istirahat semaksimal mungkin di sana. Namun, rasa sakit ini benar-benar tak mau menjauh dari Alan.

Suara pintu berdecit membuat laki-laki itu membuka mata dan menoleh siapa yang datang. Ya, Heni--wanita itu masuk dengan nampan yang yang terlihat penuh dengan makanan untuk jatah makan siang Alan.

"Mama bawain obat juga nih. Kamu nggak boleh sakit, besok harus tetep berangkat sekolah."

Alan tersenyum. Menganggukkan kepala. Memang hanya itu yang bisa ia lakukan. Setelah makanan di atas nampan berpindah berada sampingnya, Heni lalu keluar. Meninggalkan Alan yang menghela napasnya panjang.

Alan mendesah pelan, mata laki-laki itu sayu. Napasnya terasa hangat, perutnya yang kosong meminta diisi tapi dia tidak bernafsu memasukkan makanan itu ke mulutnya. Dia hanya mengambil air putih lalu meminumnya dan mulai memejamkan mata menuju alam mimpi.

-Delusi-

Laki-laki dengan celana abu-abu, seragam baju yang tak dimasukan sempurna serta rambut yang entah itu di sisir atau tidak tengah bersantai menikmati sepiring nasi goreng buatan Yunita.

Di depannya ada Naya yang juga tengah menyantap hidangan yang sama dengannya. Gadis itu makan dengan tenang, juga dengan Farel yang sedang makan namun masih sempat-sempatnya memainkan ponsel.

"Tan, nanti Farel nebeng ya?" cengiran khasnya di tambah dengan senyuman manisnya mampu membuat siapa saja tergoda ketika melihat Farel.

"Loh, motor kamu kemana? Di bengkel lagi?"

"Biasa, si papi ngambek. Motor Farel di karantina," ujarnya di selingi kekehan ringan dari bibirnya.

"Farel aja yang nakal. Pakek alesan Om Bram ngambek," gadis itu menyahut dengan tidak sukanya dengan ucapan Farel.

"Ngomong apa sih lo, Bocil," ujar Farel gemas seraya mengacak puncak rambut gadis di depannya ini.

Naya hanya memberengut malas, "Farel nakal. Nggak bisa di atur. Jangan salahin kalo Naya lama-lama nggak mau temenan sama Farel."

"Beneran nggak mau temenan? Kalo enggak sama Farel, Naya mau temenan sama siapa?" ujar Farel dengan tertawa sombong.

Naya diam tak membalas ucapan laki-laki di depannya, gadis itu melanjutkan makan dan juga membiarkan Farel menghabiskan makanannya hingga ketiganya menyelesaikannya dan berangkat menuju sekolah.

-Delusi-

Sepuluh menit berlalu setelah bel berbunyi menunjukkan bahwa kelas akan segera di mulai. Gadis itu mengetuk-ngetukan bolpennya ke meja. Menunggu sang guru datang dan... Alan? Matanya selalu melirik ke arah pintu berharap laki-laki itu datang seperti biasanya.

Menelungkupkan wajahnya di antara lekukan tangan jenuh. Mengerucutkan bibir karena di landa kebosanan, sang guru pun juga tak kunjung datang. Gadis itu kesepian. Dede yang tadinya pamit ke kamar mandi sampai sekarang pun juga belum hadir.

DelusiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang