Pov Author
Kediaman VelazquezOrang tua Meisya serta orang tua Xavier merasa kaget dengan ketegasan pria itu, orang tua Meisya merasa bahwa tidak salah mereka menjodohkan putrinya dengan pria itu karena dia cukup mampu untuk membuat putri mereka diam tak berkutik seperti saat ini. Berbeda dengan Meisya yang sekarang rasanya ingin menangis tapi dia tidak bisa mengeluarkan air matanya di depan orang lain apa lagi orang yang baru dia temui.
Gadis itu merasa tertekan melihat tatapan pria bermata kelam yang sudah mengintimidasinya, di sisi lain dia ingin sekali memukul wajah pria itu tapi dia tidak memiliki keberanian sebesar itu di tambah lagi ada banyak orang di sini. Meisya merasa bahwa tidak mungkin dia menikah dengan pria seperti pria itu atau hidupnya akan berubah menjadi neraka, lihat saja dia belum menikah dengan pria itu dan pria yang tidak dia ketahui namanya ini sudah membentaknya di hadapan kedua orang tua nya, berani beraninya dia.
Lalu bagaimana jika dia menikah dengan pria itu, dia pasti akan selalu di kuliti habis habisan. Meisya menatap Mommy nya yang bahkan tidak membelanya padahal dia sedang diintimidasi saat ini, lalu dia memegang tangan sang Mommy hingga wanita tua itu mengalihkan tatapannya yang sedari tadi menatap Xavier lalu menatap putrinya sendiri. Mommy Meisya terlihat terkejut saat melihat anaknya sudah berwajah muram saat ini.
"Ada apa sayang?" tentu saja Mommy Meisya tidak bodoh untuk mengetahui apa penyebab putrinya berwajah muram, dia tahu bahwa putrinya ini tidak suka di bentak apa lagi di depan orang lain dan Xavier baru saja membentak putrinya di depan orang lain termasuk di depan pelayan yang sedang berlalu lalang akan tetapi entah kenapa Mommy Meisya sama sekali tidak merasa marah anaknya di bentak karena sikap Xavier menurutnya cukup tegas untuk mengatasi sikap pembangkang putrinya.
"Aku tidak mau melakukan perjodohan ini Mommy." ucap Meisya dengan sedih yang membuat gadis itu merasa bahwa saat ini tatapan semua orang sedang menatapnya dengan tajam termasuk Mommy nya. Tidak ada yang salah dengan permintaan gadis itu hanya saja pemikiran kecilnya tidak akan merubah hasil dari perjodohan ini.
"Jangan kekanakan Meisya dan cepat duduk di kursimu!" mendengar ucapan sang Daddy membuat Meisya semakin muram, gadis itu merasa bahwa dia sedang di permalukan saat ini dan harga dirinya terasa di injak injak di hadapan orang lain. Padahal dia selalu mempertahankan harga dirinya seperti nyawanya sendiri dan sekarang itu dengan mudah di renggut hanya karena pria yang dianggap mala petaka oleh Meisya.
Meisya tidak menjawab ucapan Daddy nya yang membuat dia sangat sedih tapi dia hanya mengikuti tarikan tangan Mommy nya dan ketika wanita tua itu menyadari bahwa tempat duduknya sedikit tidak tepat, dia menatap sang suami. "Duduklah di sampingku setelah itu Meisya akan duduk di samping Xavier."
Meisya yang mendengar nama Xavier di sebut sekarang tahu bahwa pria itu ternyata bernama Xavier, dia berjanji akan selalu mengingat nama ini di dalam hatinya bahkan dalam tidurnya, sekarang dia sudah menemukan seseorang yang dia benar benar benci sepenuh hati dan kebenciannya semakin melambung tinggi tak kala Daddy nya mengatakan bahwa dia harus duduk di samping pria bernama Xavier padahal Daddy nya tahu bahwa dia harus di suapi oleh Mommy saat makan.
"Tapi Mei-"
"Xavier bisa menyuapi Meisya, sekarang duduklah." Mommy Meisya yang merasa tidak berdaya dengan ucapan suaminya langsung duduk di kursinya, jujur saja dia merasa senang karena bisa duduk dekat dengan calon menantunya berbeda dengan Meisya yang masih berdiri saat ini hingga membuat dia kembali menjadi pusat perhatian.
"Kenapa belum duduk Meisya?" tanya Daddy Meisya pada putrinya dengan tajam.
"Meisya mau duduk dengan Mommy!" mendengar nada sengit Meisya pria yang tidak lain Xavier menatap gadis itu dengan tajam, sebenarnya meja makan itu berbentuk melingkar dan posisi Xavier membuat dia selalu bisa menatap Meisya.
"Duduklah!" perintah Xavier dengan wajah muramnya sambil menatap Meisya dengan tatapan tajamnya. Xavier sekarang sadar bahwa gadis kecilnya benar-benar nakal, dia tdak mempertimbangkan situasi atau tempat untuk mengeluh, lain kali dia akan mengawasi gadis ini dengan ketat agar perilaku pemberontaknya hilang.
Meisya langsung merasa merinding ketika mendengar ucapan Xavier, dia merutuki dirinya sendiri yang malah merasa takut pada pria itu. Gadis itu tidak menyadari bahwa pria itu telah menyusun skema untuk menaklukkannya dengan berbagai cara. Meisya
"Duduklah atau kau butuh bantuanku gadis kecil?" Para orang tua membiarkan Xavier mengendalikan sosok Meisya, buktinya tidak ada satu pun dari mereka yang berniat untuk menghentikan Xavier. Meisya dengan tatapan sengitnya berjalan mendekati kursi di samping Xavier sambil menghentak hentakkan kakinya, bukan karena kesal tapi karena marah sebab dia tidak sanggup menghadapi aura menakutkan Xavier, diam diam dia menaruh dendam pada pria itu.
Xavier yang melihat Meisya duduk di sampingnya merasa bahwa dia cukup mampu untuk mengendalikan gadis nakal ini, dia menatap dengan tajam pada Meisya ketika gadis itu sedikit menjauhkan kursinya dengannya. "Jangan banyak tingkah!"
Aksi Meisya yang berniat menjauhkan diri langsung terhenti ketika seseorang dengan lancangnya berbisik di telinganya sambil menggigit telinganya dengan sedikit kuat dan hal itu membuatnya sedikit meringis. Tidak ada yang menyadari tindakan Xavier pada Meisya karena para orang tua sibuk membicarakan tentang acara pernikahan tanpa memperdulikan kedua orang itu.
Meisya merasa semakin takut dengan perlakuan Xavier padanya yang tidak mengenal tempat, dia menatap tajam Xavier tapi tatapannya melemah saat mata kelam milik Xavier juga menatapnya dengan ekspresi dingin lalu tanpa aba aba pria itu menyodorkan makanannya di depan mulut Meisya, jujur saja Meisya merasa lapar dan belum memakan makanan apapun sejak tadi tapi tetap saja dia terlalu gengsi untuk menerima suapan dari pria di sampingnya.
"Buka mulutmu atau aku tidak akan menyuapimu." mendengar ancaman itu Meisya langsung memakan steak yang di sodorkan dengan garpu oleh Xavier, satu tetes air mata Meisya lolos dan gadis itu pun menghapusnya dengan cepat, dia merasa di perlakukan dengan rendah saat ini, andai saja dia tidak butuh untuk di suapi maka dia tidak akan mau Xavier menyuapinya.
Xavier bukannya tidak melihat Meisya yang meneteskan air mata tapi dia lebih memilih mengabaikannya tanpa niatan untuk menghibur gadis itu karena menurutmu Meisya sesekali memang harus menangis agar dia sadar dimana posisinya saat ini dan bagi Xavier tangisan Meisya menjadi bukti bahwa dia cukup menyinggung ego gadis di sampingnya.
Xavier tidak mau istrinya memiliki ego yang terlalu tinggi hingga dia harus selalu membangkang padanya karena dia selalu suka gadis yang penurut bukan pembangkang maka dari itu Meisya harus menjadi gadis penurut jika berhadapan dengannya. Xavier bahkan sudah menyiapkan skenario pernikahannya nanti yang akan menjadi hukuman sekaligus cambukan bagi harga diri Meisya yang sangat tinggi.
Ketika pria itu bertemu dengan Meisya di restoran, keinginannya untuk menaklukkan Meisya sudah mulai terbangun, sisi gelapnya meminta dia agar segera mengikat wanita itu untuk menjadi miliknya, dia sama sekali tidak suka melihat penampilan terbuka gadis itu saat mereka bertemu di restoran. Dia ingin Meisya hanya menunjukkan hal itu padanya karena orang lain tidak berhak.
"Baiklah kami sudah memutuskan bahwa kalian akan menikah dua minggu lagi." ucap Daddy Meisya.
"Aku mau satu minggu lagi kami menikah!"
"Tidak!!" ucap Meisya secara spontan menolak kemauan Xavier.
"Jangan menolakku gadis kecil atau kita akan menikah dua hari lagi!!"
*****
Masih seru kah guys? 😲😲 Meisya nangis guys, kasian gak?Cek juga cerita minvi yang lainnya, pastinya gak kalah seru dung
Spam komen dan follow yap supaya author semangat
See you 🤓
KAMU SEDANG MEMBACA
XAVIER OBSESSION (BOOK 1)
RomanceFollow dulu sebelum baca guys 😘 Kisah tentang Meisya seorang perempuan berusia 23 tahun yang masih melajang, dia terkenal sebagai wanita yang suka bergota ganti pasangan hingga suatu ketika dia dipertemukan dengan seorang pria yang mampu meluluhlan...