Seungmin tahu ketiga temannya memiliki kepribadian yang berbeda dan tidak biasa termasuk dirinya, tapi bukan ini maksudnya ketika ia mengatakan bahwa mereka sering melakukan hal tidak terduga. Bukan ini maksudnya—
Duduk saling berhadapan dengan setumpuk makanan ringan di atas meja hanya untuk membicarakan taruhan yang selama ini ia anggap omong kosong. Felix sering bercanda, namun Seungmin tidak pernah mengira bahwa pertama kalinya cowok itu serius adalah untuk taruhan ini.
Felix berdeham. “Gimana sama taruhannya?” sepasang matanya tepat tertuju pada Soobin. Ada jeda dan suara embusan napas berat sebelum Soobin menjawab. “Kemarin gue ke playground yang sering gue datengin sama Chaera waktu kecil dulu, tapi nggak terjadi apa-apa. Mungkin gue udah terlalu lama sahabatan sama dia jadi gue nggak ngerasain apapun,”
Seungmin mengangguk setuju. “Biasanya emang gitu kalo lo kelamaan temenan. Nggak bisa bedain mana rasa sayang beneran sama rasa sayang sebatas temen doang,” katanya. Felix melempar tatap padanya. Hyunjin yang terlihat paling heran. Keduanya bereaksi terlalu berlebihan, meskipun Seungmin juga tidak mengerti mengapa bisa berkata demikian. Soobin tidak bereaksi. Entah kata-kata Seungmin barusan hanya dianggap angin lalu atau justru berhasil menyusupi pikiran temannya itu. Seungmin tidak ingin memikirkannya lebih jauh.
“Lo bener sih, tapi ini masih hari pertama. Taruhannya seminggu, masih ada enam hari lagi,” balas Felix. Hyunjin berdecak. “Lagian lo kenapa sih yakin banget sama taruhannya?” ekor matanya menatap sengit. Jelas sekali masih mempertanyakan maksud Felix. Seungmin ikut menimpali. “Sampai sekarang gue masih ngira kalau lo cuma bercanda soal taruhan ini,”
Felix menggeleng. “Awalnya juga gue bercanda, tapi kayaknya seru juga kalau dilanjutin. Apalagi kalau lo sama Chaera beneran jadian. Abis ini gue buka jasa ramal masa depan,” balasnya. Felix mengangkat satu alisnya. Gue nggak nyangka kalau gue sepinter ini.Hyunjin menatap Felix kemudian melirik Seungmin. Ikut berkata dengan tatapannya. Gue nggak ngerti lagi sama jalan pikiran dia. Seungmin menggelengkan kepala. Gue ngerti dia ngomong juga enggak.
Felix kembali berdeham. “Eh tapi kalau diliat-liat, Chaera cantik juga. Rambutnya pendek terus anaknya juga nggak tinggi-tinggi banget. Jadi keliatan gemes gitu,” Felix menyengir. “Bukannya dia juga pernah deket sama Kak Yohan yang mantan ketua ekskul fotografi?” tanyanya mengakhiri kalimat. Soobin menggeleng cepat. “Enggak. Mereka deket karena satu ekskul. Selebihnya biasa aja,” nadanya terlalu serius dan tergesa-gesa untuk sekedar membantah. Felix menyeringai kecil melihat perubahan raut wajah Soobin yang tanpa disadari. “Tapi mereka cocok sih kalo pacaran juga,”
Hyunjin melirik Seungmin sekilas. “Cantik sih, tapi teriaknya nyaingin lumba-lumba. Skip. Gue masih sayang telinga,” tuturnya. Seungmin melempar tawa. “Waktu pas Soobin pingsan, dia teriak sekenceng itu sampai satu sekolah jadi tau Soobin berantem sama Sanha.”
Soobin merasa telinganya memerah. Felix mengerutkan kening seolah tidak mengetahui apapun. “Hah? Jadi yang kemarin teriak itu Chaera? Parah. Gue kira ada kebakaran di sekolah jadi sirenenya bunyi,”
Hyunjin hampir tersedak dan memuntahkan makanan sebelum laki-laki itu menyadari kehadiran Chaera yang tengah memerhatikan mereka dari belakang. Hyunjin menutup mulutnya tergesa ketika Chaera datang mendekat dan berdiri persis di sebelah Felix. “Lo lagi ngomongin gue ya?"
Felix terperanjat menatap Chaera yang secara tiba-tiba berada di sebelahnya. Hampir membuatnya kehilangan keseimbangan dan terjatuh dari kursi. “Enggak. Kita lagi ngomongin adek kelas cantik banget yang lagi naksir sama Soobin,” dalihnya.
Yiren ikut berdiri di sebelah Chaera. Menatap Felix dengan tatapan penasaran sekaligus curiga. “Gue mau liat dong adek kelasnya secantik apa,” sahutnya.
Felix membenahi duduknya, berbalik menatap Yiren. “Gue udah bilang ‘kan kalau adek kelasnya cantik banget. Nanti lo insecure liatnya.” Felix baru selesai menyelesaikan kalimatnya ketika Yiren mencubitnya tanpa henti. “Kurang ajar. Berani-beraninya lo ngomong gitu ke gue?” protes Yiren sebelum seluruh kekesalannya mengambil alih dan bertransformasi menjadi cubitan nan menyakitkan.
“ADUH! SAKIT BANGET SUMPAH! YIREN! PLIS UDAHAN DONG ANJIR LO GANTI KUKU LO JADI LINGGIS APA GIMANA SIH? NANTI KULIT GUE LEPAS DARI DAGING GIMANAA?!?!” Felix berseru panik berusaha secepat kilat menghindari Yiren. Demi Tuhan, ia tidak permah menemukan perempuan yang lebih sadis dari perempuan di hadapannya ini.
Felix berlari hingga kakinya tersandung meja dan membuatnya tersungkur. Masih harus meringis kesakitan ketika Yiren tidak menghentikan serangannya. Sementara teman-temannya yang lain tertawa puas melihatnya menderita.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Truth Untold
FanfictionSoobin awalnya percaya bahwa ada persahabatan antara laki-laki dan perempuan yang murni tanpa melibatkan hati hingga semesta turun tangan dan membuatnya harus memilih antara pergi atau bertahan seorang diri