7. Because of You

47 6 1
                                        

Ini pertama kalinya setelah sekian lama, Soobin berkutat dengan daftar belanjaan dan harus menyelesaikannya sendiri. Biasanya kegiatan belanja bulanan ini menjadi tanggung jawab Yeonjun atau terkadang mereka melakukannya berlima, tapi ini jarang terjadi karena alih-alih berbelanja, mereka lebih terkesan ingin merampok satu supermarket. Yeonjun sebagai pengatur keuangan jelas melarang kegiatan yang berpotensi membuat mereka kelaparan di tengah bulan.

Untungnya saat ini ada Chaera yang membantu. Lebih seperti Chaera yang menyelesaikan daftar belanjaan. Gadis itu gesit mencari setiap barang pada daftar belanjaan juga bahan-bahan untuk pesta barbeque malam ini, sementara Soobin hanya mendorong troli dan mengikutinya dari belakang.

Chaera menghentikan langkahnya tepat ketika memasuki lorong berisi snack dan makanan ringan lain. Matanya memindai sekilas. Pandangannya terkunci pada rak berisi permen dan jeli. Senyumnya terbit ketika tangannya meraih sebungkus permen. Ada hangat yang menjalar tepat saat kotak memorinya terbuka.

“Gue jadi inget waktu kecil dulu, lo sering ngumpetin permen di kamar. Belinya juga diem-diem karena takut ketauan Bunda. Sampai akhirnya lo mulai sakit gigi terus lo minta maaf sama Bunda karena nggak mau nurut.” Chaera bertutur dengan sepasang matanya yang terbuka lebar.

Soobin mengangguk. Melengkungkan senyum ketika mengingat kembali peristiwa itu. Dirinya yang sering membohongi Bunda dan menyembunyikan banyak permen di kamarnya, kemudian membangun tenda dari selimut agar dapat memakan seluruh permen tanpa siapapun tahu. 

“Waktu gue minta maaf, Bunda bilang minta maafnya jangan sama Beliau, tapi sama diri gue sendiri dan sama gigi gue yang udah rusak dan harus dicabut,” sambungnya. “Akhirnya malem-malem gue minta maaf dan nangisin gigi gue yang baru dicabut. Sejak saat itu gue jadi jarang makan permen.” Soobin menyelesaikan kalimatnya dengan satu kekehan kecil.

Chaera tergelak. “Lo tuh sebenernya dari kecil jail, iseng, bandel, tapi cuma nurut sama Bunda. Kalau ada yang jailin adek-adek lo, pasti lo maju pertama. Padahal lo belum ngapa-ngapain, tapi karena lo tinggi jadi orang-orang yang jailin adek lo langsung takut sama lo,” Chaera berdecak. “Kalau dipikir-pikir, muka lo tuh nggak ada keliatan seremnya sama sekali, tapi kenapa coba banyak yang takut sama lo?” tanyanya penasaran. Sudut alisnya terangkat naik. Menanti jawaban, lebih seperti menantang karena Chaera sama sekali tidak percaya bahwa Soobin bisa mengintimidasi.

“Karena lo belum pernah liat gue marah,”

“Karena lo juga nggak pernah marah sama gue, Soobin,”

“Sepuluh tahun lebih kita sahabatan, lo selalu senyum di depan gue, selalu bikin gue ketawa. Lo juga selalu ada di samping gue setiap gue sedih, tapi giliran lo lagi sedih, lo justru nggak mau ketemu gue.”

“It’s because of you, Tink. Karena gue nggak mau keliatan lemah di depan lo. Karena gue harus jagain tinkerbell yang kecil, berisik, nyebelin, dan cengeng. Jadi, gue harus selalu keliatan kuat.” Soobin tersenyum manis sembari mengacak rambut Chaera dengan gemas.

Entah lekuk pada kedua pipi laki-laki itu, tangannya yang mengacak rambut Chaera, kata-katanya yang kelewat manis, atau justru ketiganya yang membuat waktu Chaera seakan berhenti.

Gadis itu masih bergeming. Pikirannya dipenuhi kekalutan ketika menyadari bahwa detak jantungnya mulai berirama tak beraturan. Ia tidak mengerti mengapa perlakuan Soobin mulai membuatnya berdebar sekali lagi.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 01, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Truth UntoldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang