Kadang konflik mengenalkan watak tokoh sebenarnya.
---------------------------------------------------------
Ini bukan cerita pertama yang aku buat. Tapi cerita Untuk Elegi ini yang aku seriusin.Happy reading ❤
--------------------------------------------------------Elegi Chalviller Arasya siswa dengan kemeja yang di keluarkan itu berjongkok di atas meja gudang sekolah. Ia menatap santai ke arah seorang laki-laki yang sedang duduk dengan tangan terikat oleh seutas tali.
Laki-laki yang sering di panggil Rasya itu meludahkan permen karet yang dia kunyah. Ia terkekeh saat laki-laki itu terlihat gemetar.
Name tag panitia MOS tergantung di lehernya. Memberikan identitas dengan nama Ben. Sebenarnya Rasya tau laki-laki itu bernama Ben. Siapa yang tidak kenal Ben, cowok bermuka dua, penjilat dan so baik didepan guru.
Di belakang ia sering menunjukan sifat aslinya. Rasya tidak bisa menoleransi hal ini.
Rasya mengambil sebilah kayu dan mengarahkan ke dagu Ben. Ia terkekeh mendapati Ben yang semakin gugup. Rasya loncat tepat di depan Ben. Ia menatap lekat-lekat Ben.
"Gue biarin lo nyebar berita hoax gue ngedrugs, gue ngebiarin lo nyebarin berita gue pernah bunuh orang tanpa ada bukti," Rasya semakin mendekat Ben semakin gemetar, "tapi gue nggak bakal biarin lo nyelakain temen gue,"
"Kelakuan lo lama-lama ngelunjak ya, " cibir Rasya, "berlindung dibawah nama jabatan organisasi,"
"Siapa yang nusuk Axel hah?!" Bentak Rasya hingga Ben memejamkan matanya menahan ketakutannya. Kalau Rasya udah marah ia tidak berani. Sungguh Ben tidak habis pikir dengan Rasya.
Axel adalah salah satu teman Rasya, jangan tanyakan relasi atau teman Rasya bagaimana. Hampir semuanya anak-anak bermasalah, tapi Rasya selalu membuka diri untuk berteman dengan siapapun asalkan menerima dirinya apa adanya.
"Rasya gue---gue ngga sengaja,"
"Gue nggak nanya lo sengaja atau enggak," Rasya jengah, seminggu Axel temannya dirumah sakit tapi pihak sekolah tidak juga percaya kalau Axel di tusuk oleh Ben. Alasannya karena tidak ada bukti.
Rasya merogoh saku celananya, mengeluarkan pisau lipat dari dalamnya. Ben semakin berusaha melepaskan tali yang terikat ditangannya. Ia tidak bisa bergerak, belum lagi badannya sudah di ikat kuat-kuat.
"Sya! Jangan bunuh gue mohon, gue nggak sengaja. Serius," Ben benar-benar ketakutan, keringat dingin mulai bercucuran di pelipisnya.
Rasya menyayat ibu jarinya hingga darah keluar bercucuran dari ibu jarinya, "Well lo liat ini piso beneran?" Tanya Rasya wajahnya terlihat santai meski darahnya bercucuran.
"Gue cuma mau lo jujur kenapa lo nikam Axel temen gue?" Tanya Rasya pada Ben yang dari tadi ketar-ketir sendiri.
Rasya sudah jengah, ia gerah dengan orang seperti Ben. Ia mengarahkan pisau itu ke leher Ben seketika Ben meneguk ludahnya getir.
"Lo yang nusuk Axel?" Tanya Rasya pada Ben.
"Iya, gu--gue yang nusuk Axel, karena dia udah ngerebut cewek gue! Karena dia udah ngambil beasiswa yang seharusnya gue dapetin!" Ben berbicara pada awalnya ragu tapi selanjutnya ia teringat Axel yang merenggut harapannya. Percuma Ben baik-baik pada guru jadi penjilat, masuk organisasi agar dipandang tapi malah Axel yang merupakan anak nakal seperti Rasya yang mendapatkan beasiswa untuk kuliah kelak ke luar negeri.
"Si Bangsat itu udah ngambil hak gue! Dia pantes dapatin hal itu! Lo pikir gue nggak cape apa ngemis-ngemis ke guru? Dan ngga jadi diri gue sendiri?"
KAMU SEDANG MEMBACA
UNTUK ELEGI
Teen FictionBukan jenis puisi yang artinya nelangsa, bahkan makna yang ku temukan adalah sebuah romansa darinya. Ini hanya cerita biasa bagi pembaca, tapi cerita luar biasa bagi seorang perempuan yang mendapatkan memori-memori baru dari seorang laki-laki yang...