Enjoy❤--------
Hari ini hari sabtu. Setelah Rasya mengambil sebuah tindakan yang bisa dikatakan nekat tapi elegan itu menuai decak kagum ketiga temannya.
Mereka ingin cepat-cepat sekolah, orang tua Axel ingin berbicara terlebih dahulu dengan kepala sekolah SMA Manendra. Sekolah dimana Rasya Axel dan teman-temannya Sekolah.
Rasya jujur menceritakan tentang bagaimana ia bisa membawa Ben ke dalam gudang. Mengintograsinya dengan cerdik tanpa ada yang ia tutup-tutupi.
Orang tua Axel mengambil tindakan ini pun karena takut tindakan Rasya berpengaruh kepada jalur hukum. Yang jelas orang tua Axel sudah tau siapa yang membuat anaknya kritis seperti ini. Jengah, marah, dendam pasti ada tapi rasa-rasanya mereka harus berpikir dingin.
Entah apa yang terjadi antara orang tua Ben, kepala sekolah, dan orang tua Axel di sana. Yang jelas kini Rasya menatap nanar ke arah Axel yang tengah memejamkan matanya entah tertidur sampai kapan.
Suara EKG yang menggema di telinganya Rasya membuka semua kenangan pahit dalam dirinya.
Terkutuklah nama Elegi yang berarti syair duka lara kehilangan untuk berkabung. Rasya tidak mau kehilangan satu orang lagi di dalam hidupnya. Ia tidak ingin hal itu terjadi.
Keempat temannya itupun melakukan hal yang sama seperti yang Rasya lakukan.
"Gue jadi inget kalau Axel suka kentut di muka gue. Gue suka nendang pantat tuh bocah,"
Suara itu membuat Rasya menoleh, ia menatap Alger yang menyilangkan tangannya sambil memanyunkan bibirnya. Bukannya membicarakan kebaikan Axel namun mereka malah membuka aib Axel.
"Gue juga inget kalau Axel ketakutan pas kita masukin kecoa ke bajunya," senyum itu merekah di bibir Rafa. Laki-laki dengan mata coklat itu tidak dapat membendung air matanya. Ia manarik ingusnya dalam-dalam yang sontak mendapatkan tatapan jijik dari yang lain.
"Gue malah inget pas Gue sama kembaran gue digodain banci perempatan. Malah dia yang buat bancinya lari pake high heels. Bancinya terus diuber sama Axel sampai jatuh. Taunya tuh banci nyuri handphone gue," ujar Rafi didapati anggukan oleh Rafa.
"Yang paling gue inget waktu gue lepas kendali gara-gara kehilangan kakak gue. Dia yang paling bisa nyadarin gue kalau gue bego. Gue bakal sama aja kaya pembunuh kalau gue ngebunuh pelakunya," Nada bicaranya Rasya seperti penuh nelangsa. Bayangan ketika kakaknya dibunuh didepan matanya menyisakan kenangan pahit dalam dirinya.
Roman adalah kakaknya, usia mereka terpaut dua tahun. Mereka bukan tipe kakak adik yang akur. Roman dan Rasya selalu bertentangan, sama seperti puisi Roman dan Elegi yang jauh berbeda. Namun Rasya menyayangi kakaknya Roman. Ia benar-benar terpukul bukan main saat kehilangan Roman dua tahun yang lalu.
Kini Roman berubah jadi bentuk Elegi.
Tanpa sadar mata Axel terbuka perlahan menatap sedu wajah Rasya dan teman-temannya yang selalu ada disisinya. Ia mendengar semuanya. Entah kenapa suara mereka terdengar jadi motivasi untuk kesadaran Axel.
"Gue denger semuanya bego," suara lemas milik Axel itu membuat ke-empatnya menoleh. Axel mengembangkan senyumnya seolah tidak berdosa.
"Anjir snow white udah bangun!" Pekik Alger benar-benar girang. Sementara Rasya langsung keluar kamar untuk menemui suster.
"Dicium pangeran berponi kuda dia," celetuk Farhan.
"Berkuda poni!" Kesal Rafa dan Rafi berbarengan.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNTUK ELEGI
Teen FictionBukan jenis puisi yang artinya nelangsa, bahkan makna yang ku temukan adalah sebuah romansa darinya. Ini hanya cerita biasa bagi pembaca, tapi cerita luar biasa bagi seorang perempuan yang mendapatkan memori-memori baru dari seorang laki-laki yang...