Not Mine

613 106 23
                                    

Lacuna—a blank space; a missing part.

Pairing: Akashi Seijuurou X Kuroko Tetsuya

- Lacuna -

Akashi menutup pintu ruang inap Kouki. Berusaha untuk tidak mempedulikan Tetsuya yang masih tak bergeming di balik daun pintu ruangan ini. Laki-laki tersebut menangis, yang entah mengapa saat melihat binar penderitaan dari aquamarine tersebut hampir meruntuhkan segala pendirian yang susah payah ia bangun. Aquamarine tersebut tidak pernah berbohong. Meskipun sejuta kebohongan keluar dari mulut Tetsuya, aquamarine tersebut selalu jernih untuk di baca. Dan aquamarine tersebut memancarkan luka yang mendalam.

"Kau mendengarnya?"

"Hm."

"Sei aku sungguh mengingin—"

"Let's stop this, Kouki. Please."

"Tidak, Sei. Aku tetap dengan keinginanku. Aku tetap menginginkanmu menikahi Tetsuya dan memiliki keturunan untuk melanjutkan garis keturunan Aka—"

"GOD DAMN IT, KOUKI! TIDAK BISAKAH KITA HENTIKAN SEMUA OMONG KOSONG INI?!"

Beep. Beep. Beep.

Alat pendeteksi jantung yang masih terpasang di tubuh Kouki berbunyi. Seakan tersadar dengan apa yang telah dilakukannya, Akashi berhambur menghampiri ranjang Kouki yang tengah meringis kesakitan. "Maafkan aku. Aku lepas kendali. Kita hentikan pembicaraan ini dan beristirahat lah."

"Tidak, Sei. Dengarkan aku dulu. Ku mohon." Digenggamnya tangan sang suami erat. Caramel tersebut menatap heterokom milik Akashi. Memohon untuk di dengarkan. Akashi menghela nafas kemudian menggeleng. Menolak untuk mendengarkan. Pembicaraan ini hanya akan berakhir tanpa kesimpulan, dan Akashi tidak dapat menjamin ia bisa mengontrol segala emosi di dirinya jika pembicaraan ini terus berlanjut.

"Aku tidak mau dengar, Kouki. Tidur lah. Kesehatanmu lebih penting dari apapun saat ini."

"Ku mohon, Sei. Sekali ini saja, dengarkan aku. Ku mohon."

Akashi menghela nafas kalah. Terkutuk lah hatinya yang lemah. "Kenapa semuanya menjadi seperti ini? Bukankah selama dua tahun ini kita baik-baik saja? Bukankah selama ini kita tidak pernah membahas perihal anak? Apakah aku terlihat sangat meminta untuk diberikan anak olehmu?" lirih Akashi. Ia tidak mengerti kesalahan apa yang ia perbuat sehingga Kouki bisa mencetuskan ide gila ini.

"Jika semua ini karena pembicaraan kita dengan orang tuaku, semua itu hanya gurauan semata. Mereka berdua sangat mengerti keadaan kita dan aku terlalu mengenal kedua orang tuaku. Mereka tidak akan mencampuri urusan orang lain begitu saja."

"Tidak, Sei. Kau mungkin menanggapinya sebagai gurauan semata. Tapi mata orang tuamu tidak berbohong. Mereka masih mengharapkan garis keturunan murni darimu. Darah dagingmu sendiri."

"Astaga, Kouki. Bukankah kita sudah terlalu sering meributkan hal ini? Kenapa kau begitu persistent dan keras kepala untuk mewujudkan ide gila ini?"

Garis sabar Akashi sudah semakin menipis. Ia lelah dengan pembicaraan sialan yang tidak berujung ini. Ia bahkan tidak ingat kapan dirinya dan Kouki bermesra-mesraan seperti dulu. Hari-hari mereka selama nyaris sebulan ini selalu dipenuhi dengan perdebatan dan cekcok mengenai pembicaraan konyol ini.

Akashi memberi jeda. Ragu untuk melanjutkan. Sejujurnya sejak ide gila ini tercetus dari mulut Kouki, Akashi seperti merasa ada hal yang disembunyikan Kouki. Namun, Kouki menutupinya dengan kedok 'untuk melanjutkan garis keturunan Akashi'. Dan satu hal yang selalu Akashi yakini, bahwa instingnya selalu benar.

LacunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang