.
.Kiana, gadis itu memasukkan buku-buku nya ke dalam tas berwarna hijau tosca. Sesekali ia melihat tulisan di atas mejanya yang di tulis menggunakan Tipe-X. Tulisan yang selalu menjelek-jelekkan dirinya yang ditulis entah oleh siapa. Berkali-kali ia menghapus tulisan itu, berkali-kali juga ia akan mendapat hal yang sama di keesokan harinya.
"gua denger tadi lo nabrak Alfaro?" tanya seseorang yang tiba-tiba saja sudah berdiri di sebelah Kiana.
Bella, ia berdiri di sebelah Kiana, menunggu jawaban yang akan diberikan oleh gadis itu. tetapi, Kiana tetap diam sambil memegang tasnya. "Kalo gue tanya di jawab" Bella mulai menaikkan nada bicaranya.
"Iya"
Bella tertawa kecil "mau caper lo sama Alfaro?" Ucap Bella.
Kiana menggelengkan kepalanya dengan cepat "buat apa gue caper sama dia," jawab Kiana.
Bella kini mulai menjambak rambut Kiana, membuat gadis itu meringis kesakitan. Seperti itulah Bella. Bahkan bisa dibilang Fanny masih ada baiknya dari pada Bella. Gadis itu cantik, siapapun yang baru pertama kali melihat wajah Bella mungkin akan mengira gadis itu baik, polos, tapi kenyataannya tidak seperti itu.
"Bella udah," ucap Fanny yang berdiri di belakangnya. Tetapi sama sekali tidak dihiraukan oleh Bella.
Fanny memegang tangan Bella yang membuat Bella melepaskan cengkraman nya dari rambut Kiana. "Lo kenapa sih Fan? Kok lo belain dia?" tanya Bella.
"Kata siapa gue belain dia, gue cuman males aja lama-lama di kelas cuman buat ngurusin si bego ini, " ujar Fanny.
"Oh" Bella lalu berjalan keluar kelas diikuti oleh teman-temannya termasuk Fanny. Tetapi, sebelum benar-benar keluar dari kelas Bella membalikkan badannya lalu menatap ke arah Kiana
"Lo, jangan berani-berani deket-deket sama Alfaro, liat aja nanti kalo sampe lo berani-berani caper sama dia lagi," ujar Bella.
setelah Bella dan lainnya benar-benar keluar dari kelas dan meninggalkan Kiana sendiri, disitulah gadis itu baru meninggalkan kelas. Ia memang selalu menjadi yang paling akhir saat pulang sekolah, lebih baik yang paling akhir. Dari pada harus berdesakan dengan teman-temannya yang tak bisa berjalan dengan santai saat keluar kelas.
"Alfaro.." gumam Kiana pelan, gadis itu yang paling akhir keluar dari kelas.
Demi kerang ajaib ia sangat berharap sekolah sudah sepi sekarang, lebih tepatnya semoga ia tidak bertemu dengan si Alfaro Alfaro itu. Karena jika itu terjadi Kiana sudah tidak tau bagaimana nasibnya kedepannya. Belum lagi kata-kata Alfaro yang bilang bahwa urusannya dengan Kiana belum selesai.
"ALFARO!"
Kiana yang awalnya sedang menuruni tangga, gadis itu langsung memutar balik dan dengan kekuatan bulan langsung terburu-buru kembali ke lantai dua saat itu juga, percayalah kehilangan keseimbangan sedikit saja tadi bisa saja ia sudah terguling-guling dari atas sampai bawah.
Sampai diatas gadis itu mengatur nafasnya. "Gue sekolah berharap ketenangan, eh kok malah kayak buronan."
jika ia memiliki banyak uang, percayalah besok ia sudah tidak bersekolah disini lagi.
"Jam istirahat di markas besok." perintah Alfaro yang tiba-tiba saja sudah berdiri dibelakang Kiana. Sialan.
"Eh anj- astagfirullahaladzim." Kiana tersentak, hampir saja.
"Telat? gue ga jamin nasib lo bakal gimana." Kata Alfaro.
Ingin rasanya Kiana bilang didepan wajah cowok itu. "Emang siapa yang mau dijamin sama lo." namun, hanya sekedar menatap Alfaro saja Kiana tidak berani.
KAMU SEDANG MEMBACA
DALION BELONGS WITH ME
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Diantara banyaknya siswa siswi disekolah ini, mungkin Kiana lah yang paling sial. Dengan harus menerima nasibnya berurusan dengan Alfaro Dalion Rafagio, cowok tergila yang pernah ia temui. Salah satu bagian dari geng motor y...