[4] TERBIASA

22 3 2
                                    

Katanya, setelah pertemuan, akan selalu ada perpisahan yang harus diterima meskipun rasa sakit selalu ikut campur ketika sedang mengenang

KIANA, setiap hari gadis itu harus menerima kenyataan dimana dia yang sendirian. Tak sama seperti dulu jika ingin ke sekolah ibunya akan selalu membangunkannya, belum lagi suasana yang tak sepi saat mereka duduk bersama dimeja makan. Kiana tersenyum mengingat hal itu.

Sekarang, Kiana sudah terbiasa dengan dirinya yang biasa bangun pagi, walau kadang kesiangan, tetapi itulah yang harus menjadi kebiasaannya sekarang setelah ia hidupnya berubah 180 derajat karena kenyataan yang harus ia terima. Tak ada lagi suara ibu yang memaksanya untuk bangun, tak ada lagi suara Kania yang mengeluh karena bang Bian memakan rotinya, dan tak ada lagi suara Kiana yang sering bilang pada ibu "Bu, kian kangen bapak." almarhum bapak mereka sangatlah baik.

Dalam pandangan Kiana, bapak itu orang yang selalu tersenyum, bapak selalu membuka pembicaraan ketika mereka sedang makan bersama, bapak itu punya topik yang tiada habisnya. Karena itu saat kepergian bapak, Bian maupun Kiana dan Kania sama-sama berusaha tetap membuat rumah terasa seperti biasa. Ya walaupun ada yang kurang jika tidak ada bapak.

Dan hal yang paling merusak kebahagiaan Kiana saat ia mengetahui satu hal bahwa ia bukan benar-benar anak ibu dan bapak. Hidupnya hancur hanya karena video itu tersebar. Sampai-sampai dirinya ... Dikira pelacur oleh keluarganya sendiri.

"Lo.. lo bukan anak ibu, lo bukan juga anak bapak." ucapan Bian masih terus terbayang.

Saat itu yang Kiana dengar adalah Bian yang menarik nafasnya dalam-dalam. "Orang tua lo udah meninggal kiana." Kiana menatap Bian tak percaya. Suara isakan ibu dan Kania juga masih ia dengar.

"Seharusnya lo ga permalukan keluarga kayak gini." ujar Bian, lelaki itu sudah membawa tas besar berisi pakaian Kiana didalamnya.

Malam itu, tak ada yang membela Kiana. Bahkan Sarga, tidak berani untuk bicara sedikitpun meskipun ia tau bahwa Kiana dijebak malam itu.

"Video ini." Bian menunjukkan layar ponselnya yang terpampang jelas video Kiana yang ada di dalam salah satu kamar hotel dan hanya memakai selimut untuk menutupi badannya.

Suara notifikasi dari ponsel Kiana mengagetkan gadis itu. Lamunannya tentang kejadian hampir 2 tahun yang lalu buyar seketika. Kiana menggelengkan kepalanya cepat, lalu mengambil ponselnya yang terletak di atas meja kecil.

Belum sempat Kiana membaca pesannya, Kiana langsung mendapatkan telepon dari nomor yang tidak dikenal.

"Halo?"

"Jam istirahat di markas, kerjain tugas biologi gue."

"HAH? Gue ga bisa biologi."

"Ikutin perintah, or wait for another surprise."

Panggilan dimatikan secara sepihak oleh Alfaro. Sial, ini masih pagi dan Kiana sudah mental brikdens saja karena ulah cowok itu.

°°°°


"TAREK SES!"

"SEMONGKO!"

Panji yang baru saja datang ke markas langsung menyerukan kata-kata yang sedang viral itu. Sontak anggota yang sedang duduk diluar sambil menikmati bakso dan jualan lain yang dijual oleh mang Jaka langsung serempak menjawab.

Hanya itu saja dapat menyebabkan mereka tertawa.

"Gacor nih anak-anak ngab" ucap Gio yang duduk disebelah Rangga.

DALION BELONGS WITH METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang