[5] IT'S OKAY, YOU ARE NOT ALONE

30 1 1
                                    

"I lose you, and i lose myself to"

ALFARO, cowok itu baru saja membuka pintu rumahnya. Aneh, biasanya lampu diruang tengah tidak menyala ketika ia pulang, dan--bau seperti ada yang memasak di dapur. Apa itu maling?, Mana mungkin maling masuk ke rumahnya hanya untuk memasak.

"Udah pulang?" tanya wanita yang baru saja muncul dari arah dapur. Itu Irish--ibu tirinya--Alfaro tak menjawab dan langsung melempar jaketnya ke sofa.

"Ngapain disini?"

"Kita makan malam bareng, ada papa, abang, dan adik kamu juga," ujar Irish dengan senyum yang tak lepas dari bibirnya.

Alfaro menggelengkan kepalanya. "Adik? Dia bukan adik saya, dia anak tante tapi bukan adik saya." perkataan Alfaro barusan jujur agak menyakiti hati Irish, namun wanita itu dengan sabar menatap Alfaro, tak ada rasa ingin marah pada lelaki didepannya itu.

"Setidaknya ikut makan ya? Ada papa, sama abang," ujar Irish.

Alfaro tak memperdulikan keberadaan Irish, cowok berjalan menaiki tangga menuju kamarnya. "Ganti baju dulu," ucap Alfaro yang membuat Irish mengangkat kedua sudut bibirnya.

Hal yang perlu kalian tau, Delila--mama alfaro--dan Farhan memilih untuk bercerai saat Alfaro masih kelas 2 di bangku SD dan Dion baru kelas 6. Delila mendapatkan hak asuh Alfaro dan Farhan mendapatkan hak asuh Dion. Alfaro dan Dion tinggal terpisah saat itu juga, dan belum sampai setahun kedua orangtuanya berpisah tiba-tiba saja Alfaro mendengar kabar bahwa Farhan sudah menikah lagi.

"Kenapa kita udah ngga tinggal sama papa lagi mah?"

"Ini harus sayang, mama maupun papa harus ngelakuin ini karna kalo terus dipaksain, semakin ngga mungkin dan mama maupun papa bakal sakit, Dalih mau mama sama papa sakit?" Alfaro yang masih polos menggeleng dengan cepat

Delila yang selalu ada untuknya, tetapi ada saat dimana wanita yang paling disayanginya itu harus pergi untuk selamanya dari hidupnya karena tumor yang ada di kepala Delila. Hanya Alfaro, hanya Alfaro saat itu yang ada disaat-saat terakhir Delila menatapnya penuh kasih sayang seperti tak ingin pergi tetapi ia harus pergi.

"Anak mama jangan nakal, harus nurut sama papa, sama bang Dion, Dalih harus jadi orang yang baik buat orang lain, Dalih kan katanya lebih kuat dari bang Dion, jadi kamu harus buktiin itu ke mama ya."

Menyedihkan sekali rasanya ketika ia hanya bisa berdiri disana menunggu jantung mamanya tak lagi berdetak. Masih kelas 5 SD dan setelah Delila pergi, ia harus menjalani semuanya sendiri.

Alfaro berpaling dari cermin menatap ke arah pintu kamarnya yang dikeruk beberapa kali, ia yakin itu adalah Irish.

"Iya, bentar lagi saya turun." mendengar jawaban itu, Irish yang tadinya ingin bersuara kini mengurungkan niatnya melihat bagaimana Alfaro sudah bisa menduga bahwa yang mengetuk adalah dirinya.

Dari dulu Irish ia punya banyak kesempatan dengan Alfaro, belum lagi Alfaro yang sangat ingin tinggal dengan papanya dan Dion. Satu perkataan Alfaro yang sangat membuat Irish merasa menyesal ketika mengingatnya.

"Mama Irish, Dalih boleh ya tinggal sama mama sama papa" Alfaro kecil saat itu memegang tangan Irish. Irish tak memberi jawaban melainkan hanya senyum dan mengelus kepala Alfaro.

Andai saja waktu itu Irish bilang 'iya' apakah semua akan berubah?

Kini mereka semua lengkap duduk bersiap untuk makan malam. Alfaro dengan kaos hitamnya itu hanya memasang wajah datar meskipun Arsenta anak Irish tersenyum menatap ke arahnya.

DALION BELONGS WITH METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang