TQ | 02. Kebenaran yang terungkap.

7.1K 64 2
                                    

Selamat membaca.



**

10 tahun yang lalu.

"Abi, makan perlahan. Kamu bisa tersedak jika begitu." Marni berteriak karena melihat Abi yang dengan sengaja makan dengan cepat dan sembarangan.

"Abi telat Bu." Ujar gadis itu dengan mulut penuh makanan. Dia menegak minuman kala suapan terakhirnya berhasil tertelan. Abi membawa tasnya lalu menghampiri Marni dan mencium pipinya. "Abi berangkat."

"Tunggu." Teriak seorang pria yang terlihat seusia dengan Abi. Dia melambaikan tangan pada Marni lalu pergi meninggalkan meja makan.

"Hati-hati." Teriak Marni dengan menggelengkan kepala.

"Ibu harus banyak bersabar dengan mereka." Seorang gadis tersenyum lalu duduk menikmati sarapannya dengan tenang.

"Jam berapa kamu berangkat nanti?" Marni ikut duduk dan mulai mengambil makanannya.

"Sheila ada kuliah siang Bu. Tapi Sheila mau ke perpus dulu, ada tugas."

Di pintu utama panti, Abi berlari sekuat tenaga di ikut oleh Rio. Rio dan Abi sekolah di tempat yang sama, dan berada dalam satu kelas yang sama pula.

Keduanya terus berlari hingga mencapai bus yang sudah akan berjalan meninggalkan mereka. Beruntung, sang sopir sudah sangat hafal dengan kedua anak itu dan berhenti sedikit lebih lama.

Abi dan Rio naik dan berjalan ke deretan kursi paling belakang, dengan napas terengah bersamaan dengan bus yang mulai berjalan.

Rio membuka botol air mineral lalu menegaknya setengah, setelah itu dia memberikan botol itu pada Abi. Abi menerima dan menegaknya hingga habis.

**

Bel berbunyi, jam pelajaran hari ini telah selesai. Abi mengemasi tasnya bersamaan dengan Rio yang sudah berdiri dan menghamparnya. "Sudah?"

"Sudah." Abi berdiri saat selesai dengan tasnya.

Mereka meninggalkan sekolah, begitu juga dengan siswa yang lain.

"Kamu tahu Kevin. Tadi dia mendekatiku dan kirim salam padamu. Dia ingin mengajakmu nonton akhir pekan ini." Ucap Rio di sela langkahnya menuju halte bus.

"Kamu sudah menjawab."

"Sudah, tapi dia tidak mau tahu, tetap ingin aku menyampaikan pesannya."

Abi menghela napas. Banyak anak yang mendekatinya, rata-rata melalui Rio. Berteman dengan anak itu dengan tujuan dekat dengan Abi. Dan Rio sudah sangat menghafal bagaimana jawaban Abi jika ada anak laki-laki yang mendekatinya. Rio selalu mengulang jawaban itu setiap ada laki-laki yang membuang waktunya untuk menyukai Abi. Abi sama sekali tidak tertarik dengan mereka semua.

"Abi tidak akan menikah atau sekedar menjalin hubungan. Jadi enyahlah. Aku sudah mengatakan itu." Lanjut Rio sambil memeragakan bagaimana dia menjawab tadi.

"Sepertinya dia ingin aku yang mengatakannya sendiri."

Rio menatap Abi. "Kamu sungguh tidak akan menikah atau punya hubungan?"

"Entah. Aku hanya asal menjawab, tapi juga tidak tahu bagaimana nanti. Aku saja tidak tahu apa cita-citaku."

Rio memicingkan mata. "Atau itu hanya alasanmu? Sebenarnya kamu menyukaiku kan?"

Abi seketika menatap dengan mata tajamnya. "Apa kau bilang? Kamu mau mati di tanganku?"

Rio meringis kesakitan kala tangan abi memukul legan lalu punggungnya dengan sangat kuat.

Hingga akhirnya sebuah bus datang dan menghentikan pukulan itu. Keduanya masuk dan memilih duduk di kursi paling belakang. Abi menatap keluar dan tersenyum, dia membuka sedikit jendelanya dan menikmati hembusan udara yang menyapa wajahnya.

THE QUEEN (21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang