Sudah sejak tadi aku mendengar suara ponsel berdering. Dengan gerakan secepat kilat aku segera menyelesaikan ritual mandiku pagi ini. Berharap ada kabar baik dari salah satu majalah yang ku kirimi karya sastra beberapa minggu yang lalu.
Setelah kulihat, ada tujuh incoming call dari satu nomor yang sama. "Ngapain dia telpon jam segini? Bukannya dia lagi les bahasa yah? Ada yang penting kaliya".
Tiba-tiba ada panggilan video masuk dari Zaky yang mengurungkan niatku untuk menelepon balik. Reflek aku langsung menggeser tombol hijau. Dan hal pertama yang kulihat dilayar adalah diriku yang hanya mengenakan bathdrobe dan handuk kecil di kepala. Hal itu membuatku malu setengah mati dan langsung menutup layar kamera tanpa menjawab sapaannya. Kulihat dia menahan tawanya diujung sana membuatku salah tingkah.
"Kaak? Mati lampu yaa? Gelap ih?" Godanya sambil cengengesan. Aku hanya mendengus kesal.
"Ada apa Ky?".
"Kameranya benerin dulu dong? masa aku ngomong sama tembok?".
"Aku baru kelar mandii, kalo gamau ngomong yaudah aku tutup nih".
"Eh iya iya.. sebenernya gak ada apa-apa sih, cuma mau nanya aja, siang ini free gak? Jalan yuk?".
"Kamu bolos lagi?".
"Enak aja. Aku kan ngajaknya siang kak, pulang les. Gini-gini tuh aku rajin, gak pernah bolos, sekali. Kalo dua tiga kali sih pernah haha".
"Ish dasar. Mentang-mentang ponakan kepsek".
Yap benar! Zaky Afriansyah adalah keponakan kepala sekolah di SMA Brawijaya. Itu sebabnya dia merasa bebas melakukan apa yang dia mau. Tapi yang ku dengar, dia tidak akan bertingkah keterlaluan kalau bukan orang lain yang mulai. Jadi masih dalam kategori anak baik-baik kan yah?.
"Woy kak?!" Ucapnya penuh penekanan yang hanya kujawab daheman.
"Hemmm".
"Masih idup kan loe? Udah gak keliatan wujudnya, nafasnya juga gak kedengan".
"Yaiyalah pinteer, di vc mana mungkin kedengaran suara nafasnya".
Kulihat dia tertawa renyah disana membuatku melting parah.
"Yaudah ntar siang gue jemput, kirimin alamat loe".
"Eh, emang aku ada bilang mau?".
"Lah loe diem aja dari kemaren, ya gue anggep loe mau. Udah ya gurunya udah dateng nih, jangan lupa ntar siang".
Dia mematikan panggilan videonya begitu saja dan meninggalkanku yang sedang berkecamuk dengan pikiran-pikiran yang melalang buana.
Aku senang dia mengajakku pergi berdua, itu artinya ada perkembangan dalam hubungan kami. Tapi apa kata temanku nanti kalau tahu aku pergi dengan junior. Yasudahlah, kebahagiaanku bukan urusan mereka.
Pagi ini aku mengobrak-abrik seluruh isi lemari demi memadu padankan busana yang tepat. Tidak seperti biasanya, aku selalu memakai apa saja yang kulihat pertama kali saat membuka lemari. Kali ini, aku benar-benar bukan seperti Nadia yang cuek terhadap penampilan. Entahlah, aku merasa hari ini harus tampil mengesankan didepan Zaky.
"Oh ayolaah ini hanya keluar dengan adik kelas! Jangan berlebihan deh. Eh tunggu tunggu, ini first date ku kan?? Jadi cowok pertama yang berhasil mengajakku jalan adalah sang junior kece ponakan kepsek? Omoo!" Teriakku dalam hati.
Akhirnya aku menjatuhkan pilihan pada kemeja flanel biru dengan hijab yang senada dan celana jeans hitam yang dipadukan dengan sepatu cats putih, tak lupa juga aku menambahkan bagpack mungil kesayangaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Titip Cintaku
Novela Juvenil"Dan akhirnya selalu ada batas untuk setiap perjalanan, selalu ada kata selesai untuk setiap yang dimulai" "Hidup harus tetap berjalan. Dengan, atau tanpa dirinya" ~Nadia2020