Mentari pagi telah bersinar menampakkan wajah cerianya, tak seperti malam tadi yang mengeluarkan tetesan air hujan beserta angin kencang. Pagi ini aku kembali bersekolah seperti biasanya, kembali bergelut dengan berbagai tugas yang sudah menanti untuk diselesaikan.
Bel istirahat yang ditunggu akhirnya tiba, aku, Nana, Laras, dan Amel kembali berkumpul di salah satu meja yang berada diujung kantin. Itu merupakan meja favorit kami karena bebas berceloteh ria tanpa mengganggu kenyamanan pengunjung kantin yang lain.
"Eh, tugas ekonomi susah bener dah. Itu beneran kita cuma dikasih waktu seminggu?" Celetuk Laras yang langsung menghentikan ritual ghibah kami.
"Yaelah, udah untung loe dikasih waktu seminggu. Coba kalo buat lusa, mampus dah kita.
"Demi apa?? Duh gimana nih? Balasku cemas.
"Ngapa loe nad? Biasanya juga selow-selow aja loe dikasih tugas seabrek mah. Laras dan Amel hanya tertawa mendengar komentar Nana.
"Iih laptop gue dari kemaren gabisa dicas coba, ya gimana gak galau dede.
"Galau-galau amat. Minjem aja sama gebetan loe. Loe lagi deket sama cowo kan?" Kata amel.
"Emang iya nad?" Kedua sahabatku yang lain sama-sama memberikan respon terkejut.
"Loe kemakan omongan sendiri? Katanya ogah sama Fajar kok sekarang malah deket?" Aku mengerutkan kening karena tebakan Nana yang tidak masuk akal. Aku lalu menggelengkan kepala sebagai jawaban.
"Bukan? Terus siapa? Perasaan selama ini cowo yang loe respon cuma si Fajar doang deh".
"Gue bukan ngrespon yang kaya loe semua pikirin woy, cuma urusan Osis doang gak lebih. Jangan bikin gosip yang engga-engga deh" mereka bertiga mengangguk tanda mengerti.
"Terus gebetan loe siapa? Penasaran gue" pertanyaan yang sama terlontar dari ketiganya sambil melempar senyum menggoda.
"Siapa sihhh? Hahahah" kemudian tertawa beberapa detik dan diam lagi.
Suasana menjadi hening seketika. Aku menatap tajam mereka satu-persatu. Wajah mereka terlihat begitu penasaran mendengar penuturanku.
"Emmmm ada deeh hahaha".
Mereka yang sudah dibuat penasaran setengah mati terlihat kesal karena aku menggodanya. Harusnya ku rekam ekspresi mereka dan kumasukan ke grub sekolah haha.
Sebenarnya aku tidak berniat menggoda mereka, aku hanya bimbang. Kalau aku mengatakan yang sebenarnya apakah mereka akan meledekku? Tapi melihat mereka menekuk wajah seperti itu membuatku tidak tega menyembunyikannya lebih lama. Lagian daripada mereka tahu dari orang lain, lebih baik aku sendiri yang memberitahu mereka. Sahabat yang baik akan selalu mendukung apapun keputusan sahabatnya bukan?.
"Kalian pengen tau siapa?" Kataku kembali dengan seringai jail.
"Gak usah, udah gak penasaran lagi!" Ucap Laras sok ngambek.
"Yaelah gitu aja marah sih cabat-cabatnya aku yang cantiiik.. jangan marah dong, kali ini aku serius, tapi senyum dulu dong".
Mereka dengan kompak melempar senyum pahit padaku. Aku mendekatkan kepala ke tengah meja dan diikuti Laras, Amel, dan Nana.
"Zaky XI IPA 3" kataku berbisik.
"Whaaat!!???" Dengan kompak mereka berteriak, yang membuat seisi kantin menatap kami horor.
"Sssssttt jangan kenceng-kenceng ih".
"Demi apa loe sama Zaky? Kok mau sih loe? Songong gitu keliatannya, sama kakak kelas aja ngga ada sopan santunnya" ucapan Laras yang dihadiahi jitakan oleh Amel.
"Enggak tau! Dia tuh sweet kok, baik, ramah juga anaknya" aku mencoba membela.
"Haha yakalee, gebetan sendiri dibelain sekarang mah" ucap Ratna menggoda. Aku hanya nyengir kuda mendengarnya.
♡I don't need words to express,
I don't need tears to shed,
I don't need to ask for a smile,
Or a hand to hold me
All I need is
To be your friends, forever!♡
KAMU SEDANG MEMBACA
Titip Cintaku
Fiksi Remaja"Dan akhirnya selalu ada batas untuk setiap perjalanan, selalu ada kata selesai untuk setiap yang dimulai" "Hidup harus tetap berjalan. Dengan, atau tanpa dirinya" ~Nadia2020