"Sepertinya aku harus memikirkan cara lain. Tidak dengan melalui Choi Haeyoung itu."
Jimin tidak lantas langsung bertanya meski tak dipungkiri apa yang baru saja Yoongi katakan jelas mengejutkan dan membuatnya penasaran. Belakangan Yoongi memang tampak berbeda. Tak lagi terlihat terlalu berminat dengan balas dendamnya, namun pagi ini ia mendadak menelepon, meminta Jimin untuk menemaninya menjenguk sang ibu.
"Dia menyentuh Jeon Jungkook lagi?" Jimin asal menebak.
"Jungkook tidak berani membuat masalah lagi." Anak itu cukup penurut dan tunduk hanya dengan satu kali ancam. "Aku tidak tahan melihat kelakuannya. Melihatnya selalu membuatku kesal."
Sekali lagi Jimin menoleh. "Kau melihatnya di kelab minggu lalu?" Kali ini tebakannya tepat sasaran.
"Ya. Melihatnya sama seperti saat aku memergokinya bersama Jungkook. Dia melakukannya dengan bocah ingusan lain dan... dan mereka lanjut ke hotel?"
"Apa?" Jimin terlalu terkejut hingga tak dapat mengendalikan suaranya. Beberapa orang yang berlalu di lorong rumah sakit tempat dirinya dan Yoongi berada sampai mengalihkan perhatian padanya.
"Hotel, katamu, Hyung?" Jimin seakan tak memercayai apa yang baru saja didengarnya. "Setahuku dia hanya berciuman dan saling menyentuh jika bermain dengan anak di bawah umur."
"Aku tidak tahu bagaimana batasannya, tapi aku melihatnya sendiri bahwa mereka masuk ke hotel."
Membawa Haeyoung berada di dekatnya hanya untuk memisahkannya dari Namjoon menjadi sesuatu yang ingin Yoongi hindari. Menurut Yoongi, wanita dengan kelakuan seperti Haeyoung hanya akan membawa kerepotan lain dalam hidupnya.
"Ada rencana cadangan?"
Yoongi hanya menggeleng. Tidak ada rencana cadangan sama sekali. Bahkan rencana utama pun ia tidak begitu yakin apakah dirinya bisa melakukannya. Yoongi ingin membalas semua yang telah membuat dunianya terbalik, namun keyakinannya tak pernah penuh. Jika bukan karena Jimin, mungkin rencana melibatkan Haeyoung takkan pernah ada.
"Dan kau akan membiarkan ibumu menderita sendirian?" Jimin selalu menjadi pemantik ketika api Yoongi mulai padam. "Keluargamu berantakan setelah semua yang terjadi, Hyung. Tapi mereka? Yang satu hidup tenang dengan kekasih yang sangat mencintainya, satunya lagi juga menjalani hidup seakan tidak pernah terjadi apa pun. Kalau keluarga mereka berantakan sejak awal, kenapa harus menularkannya pada keluarga lain?"
"Jadi apa yang seharusnya kulakukan?" Yoongi bangkit mendekati salah satu pintu ruang rawat. Dari kaca kecil di pintu, ia dapat melihat seorang wanita paruh baya dengan pakaian pasien tengah berdiri di dekat jendela dan melamun di sana. Yoongi sangat ingin masuk dan memeluk wanita yang tak lain adalah ibunya sendiri itu, tapi yang ada nanti ibunya akan mengamuk.
"Tidak ada wanita seperti Choi Haeyoung yang kuizinkan masuk ke dalam hidupku," lanjut Yoongi. Somin yang selalu berusaha menempel dengannya saja sudah cukup merepotkan, bagaimana jika ditambah wanita kelakuan binal seperti Haeyoung.
"Katamu kau melihatnya masuk ke hotel, 'kan?" Jimin terpikirkan cara lain. "Dapatkan fotonya dan berikan pada Kim Namjoon. Aku penasaran apakah dia tahu bagaimana kelakuan kekasihnya saat di luar."
***
"Tidak hari ini. Ada banyak pekerjaan yang harus kuurus."
Sejak malam itu, Taehyung dan Haeyoung terkadang bertemu untuk saling memuaskan satu sama lain. Taehyung yang selalu meminta dan Haeyoung yang selalu memegang kendali atas hubungan mereka. Meski Taehyung yang mengeluarkan cukup banyak uang untuk Haeyoung—sesuai penawaran awal, pada akhirnya selalu Haeyoung yang menentukan apakah mereka bisa melakukannya atau tidak.
YOU ARE READING
PORCELAINE [TELAH TERBIT]
Fanfic[Telah terbit. Tidak ada di toko buku.] Choi Haeyoung dapat menahan semuanya demi Kim Namjoon. Baginya, rasa sakit yang didapatkannya tidak seberapa jika dibanding dengan cinta yang Namjoon berikan padanya dan bagaimana pria itu selalu ada untuknya...