Ada rangkaian kejadian membingungkan yang harus Jungkook lalui sejak kelas privatnya berakhir. Memastikan uangnya cukup untuk membeli pakaian baru, rambutnya diacak-acak gurunya agar—katanya—bisa terlihat sedikit lebih berandal, hingga dirinya dibawa ke satu kawasan yang memang sudah familiar baginya, tapi tidak dengan tempat yang berada sepuluh meter di hadapannya.
"Ingat aturannya. Jangan panggil aku Ssaem, dan jangan sampai ketahuan."
Bukan hanya Jungkook yang mengganti setelan seragamnya dengan pakaian baru—ripped jeans dan jaket kulit yang melapisi kaus polosnya. Haeyoung juga telah bertransformasi menjadi sosok lain yang benar-benar menawan, bahkan di mata Jungkook yang tak pernah memperhatikan seperti apa gurunya yang memang dikenal cantik itu.
Rok mini berbahan kulit berwarna hitam dipadukan dengan kemeja putih tipis tanpa lengan. Riasan wajahnya dua kali lebih tebal dibanding saat mengajar di hagwon tadi, terutama pada bagian mata karena Haeyoung memoleskan eyeliner yang cukup tebal di sana. Selisih tingginya dengan Jungkook jadi sedikit menipis karena boots hitam yang dipakainya dilengkapi heels setinggi tujuh sentimeter.
"Ssaem, kau yakin ini hadiahnya?" Jungkook sekali lagi mempertanyakan kewarasan gurunya sendiri. Mata bayinya tertuju pada kartu identitas palsu yang Haeyoung berikan tadi saat masih di mobil. Bilang saja itu fotomu sebelum operasi plastik, begitu yang Haeyoung katakan sebagai alternatif jawaban jika penjaga mempertanyakan perbedaan antara wajah Jungkook dengan wajah yang ada di kartu identitas.
"Sangat yakin." Suara Haeyoung pun terdengar meyakinkan. "Kau akan menyukainya. Jangan gugup, dan kau takkan ketahuan."
Menghindari kemungkinan besar bahwa Jungkook akan mundur karena keraguan terlihat sekali dari sorot matanya, Haeyoung menyeret pemuda itu untuk ikut mengantri pada deretan manusia yang ingin masuk ke dalam kelab langganannya yang berada di kawasan Itaewon.
Haeyoung dibiarkan masuk begitu saja tanpa pemeriksaan kartu identitas. Meski begitu, ia menunggu Jungkook yang masih dipindai oleh penjaga bertubuh kekar. Wajah bayi Jungkook memang sedikit menyusahkan. Meski sudah cukup umur pun, Jungkook pasti akan melalui serangkaian pemeriksaan identitas jika ingin masuk ke tempat khusus orang dewasa.
"Itu fotoku sebelum operasi plastik, jadi memang ...." Jungkook mengeluarkan jurus yang Haeyoung ajarkan tadi di mobil, dan perlu beberapa detik lagi bagi penjaga itu berpikir sebelum akhirnya memperbolehkan pemuda itu untuk masuk.
Saat di dalam, Haeyoung kembali menarik Jungkook agar lebih mudah memecah kerumunan dan bisa mencari posisi paling dekat dengan panggung DJ. Jungkook yang baru pertama kali datang ke tempat bising itu dibuat terbelalak kala Haeyoung merangkul lehernya dan menari dengan begitu liarnya.
Pikiran Jungkook mendadak kacau. Sebelumnya ia pernah mendengar rumor bahwa Haeyoung memiliki sisi gelap di balik kecerdasan yang ditampilkannya selama mengajar. Tapi sisi gelap yang dilihatnya saat ini tidak pernah muncul dalam bayangan Jungkook sekali pun.
Jungkook memang baru satu bulan bergabung dengan kelas yang Haeyoung tampu, dan wanita itu adalah guru les pertamanya yang justru memberikan hadiah misterius pada siswanya. Padahal kalau guru lain malah akan mendapat hadiah menarik dari orang tua siswa jika berhasil meningkatkan nilai putra-putrinya—tentu saja pemberian dilakukan di bawah meja.
"Ya! Kau tidak bisa menari?" Pertanyaan Haeyoung sontak membuat Jungkook semakin membeku. Karena musik yang dimainkan sangat bising, Haeyoung perlu mendekatkan wajahnya ke telinga Jungkook yang kini memerah—untung saja tersamarkan dengan cahaya remang di sekitar mereka.
Haeyoung kemudian mengabaikan Jungkook yang masih bergeming, lalu memperliar tariannya yang semakin membuat siswanya itu kalang kabut. Jungkook rasanya ingin melarikan diri detik ini juga, tapi saat kepalanya mengedar untuk mencari jalan keluar, ia kemudian menyesal.
YOU ARE READING
PORCELAINE [TELAH TERBIT]
Fanfic[Telah terbit. Tidak ada di toko buku.] Choi Haeyoung dapat menahan semuanya demi Kim Namjoon. Baginya, rasa sakit yang didapatkannya tidak seberapa jika dibanding dengan cinta yang Namjoon berikan padanya dan bagaimana pria itu selalu ada untuknya...