Melakukannya saat mabuk tidak akan membuat Yoongi lupa saat dirinya akhirnya sadar dari pengaruh alkohol. Bahkan meski hari demi hari berlalu, apa yang dilakukannya di bar saat itu, masih terekam jelas di ingatan dan menghantuinya hingga detik ini.
Yoongi tahu Haeyoung sudah cukup gila mengingat bagaimana rekam jejaknya mencari pengalaman dalam berhubungan intim dengan lawan jenis, tapi wanita itu lebih gila dari yang dibayangkannya. Walau harus dengan memaki, biasanya wanita akan menyebutnya pria berengsek jika melakukan apa yang Yoongi lakukan malam itu.
Namun tidak dengan Haeyoung. Wanita itu memilih dari dua pilihan yang diberikan, melakukannya dengan cara yang menyenangkan. Yoongi dapat melihat sorot kemarahan di manik coklat Haeyoung, tapi tak butuh waktu lama hingga sorot itu jadi didominasi nafsu. Bahkan, Haeyoung menguasai seluruh permainan. Memegang kendali penuh adalah cara menyenangkan yang Haeyoung maksud.
"Hyung? Kau melamun di kantor?" Jimin sudah mengetuk pintu ruangan Yoongi tiga kali. Tidak ada respons, ia pun masuk dan tak juga mendapat tanggapan yang diharapkan walau presensinya sudah tepat di hadapan atasannya tersebut.
"Uh? Ada apa?"
"Laporan." Jimin menunjuk map yang ia letakkan di meja Yoongi dengan gestur kepala. "Ada apa denganmu? Sejak kemarin kau banyak melamun."
"Tidak. Hanya memikirkan sesuatu." Haeyoung dan segala yang dilakukannya bersamanya di bar malam itu.
"Apa? Rencana balas dendammu pada Kim Namjoon?" Jimin akan sangat antusias mendengarkan jika memang itu yang Yoongi pikirkan. Bahkan ia sampai duduk, menunggu jawaban atas pertanyaannya.
"Ya. Sepertinya aku memang harus memanfaatkan Choi Haeyoung."
Jimin menyeringai tipis, dalam hati bersorak. Min Yoongi dengan segala ambisinya telah kembali. Sorot mata yang belakangan tak terlihat, kini mendominasi mata sipitnya.
"Sudah ada rencana?" tanya Jimin, sembari menyilangkan kaki. Telinganya terbuka lebar untuk mendengarkan.
"Sedang kupikirkan, tapi yang pasti aku akan memisahkan Kim Namjoon dari Choi Haeyoung. Mungkin dengan cara yang sama saat ibunya merebut ayahku? Jika itu menyenangkan untuk dilihat, aku bisa melakukannya."
Jimin tahu dirinya akan mendengar ini cepat atau lambat. Ia tahu Yoongi membawa Haeyoung ke Luxury Bar tempo hari dari salah satu bartender di sana. Walau Jimin tidak tahu apa yang mereka lakukan di sana, tapi ia yakin apa pun yang terjadi malam itu akan memberi pengaruh terhadap keputusan yang akan Yoongi ambil.
"Menarik wanita itu ke pelukanmu? Sepertinya menyenangkan. Kim Namjoon akan merasakan hidupnya terkhianati dua kali."
"Tapi Jimin, bukankah wanita itu punya dua anak? Di mana saudara Kim Namjoon?"
"Kudengar dia di luar negeri. Hidup damai menjadi dokter di Kanada. Dia terlalu jauh untuk dijangkau, jadi pilihan terbaikmu saat ini hanya Kim Namjoon."
***
Kali ini, Haeyoung merasa bersalah setelah apa yang dilakukannya bersama Yoongi malam itu. Padahal jika dirinya memberontak sedikit lebih keras saat Yoongi lengah, Haeyoung bisa melarikan diri atau setidaknya sempat keluar sebentar untuk berteriak minta tolong.
Bodohnya, Haeyoung malah membiarkan setan di kepalanya menang, dengan memilih satu dari dua pilihan yang Yoongi berikan. Hidup dalam damai selama dua minggu nyatanya tak membuat kegilaan dalam dirinya menguap. Malah semakin menjadi. Kegilaan itu telah menjadi candu. Haeyoung kini tersadar bahwa ada sesuatu dalam dirinya yang sulit untuk dikendalikan.
Sialnya, sosok Yoongi seakan berbeda dibanding pria lain yang pernah tidur dengannya. Ketika cinta satu malamnya selesai, biasanya Haeyoung akan menganggap para pria itu sebagai orang asing yang kebetulan mampir sebentar di kehidupannya. Haeyoung ingin menganggap Yoongi demikian, namun sayangnya pria berkulit putih pucat itu malah menghantui pikirannya sepanjang waktu.

YOU ARE READING
PORCELAINE [TELAH TERBIT]
Fanfiction[Telah terbit. Tidak ada di toko buku.] Choi Haeyoung dapat menahan semuanya demi Kim Namjoon. Baginya, rasa sakit yang didapatkannya tidak seberapa jika dibanding dengan cinta yang Namjoon berikan padanya dan bagaimana pria itu selalu ada untuknya...