0.0 Prologue

2K 187 21
                                    

c a l a m i t y (kb.) peristiwa yang menyebabkan malapetaka, tragedi dan penderitaan

_________

▋ c a s t

Kim Seokjin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kim Seokjin

Tolong mengerti, aku hanya terjebak.

—Tolong mengerti, aku hanya terjebak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Min Yoongi

—Bukan perkara yang besar, aku hanya tersesat.

▋p r o l o g u e

Seokjin sedang menghitung uang sebanyak lima kali sejak sore. Hasil tabungan uang saku yang sekiranya dapat digunakan dalam keadaan mendesak. Entah mengapa, rasanya ia bangga saja dapat menyimpan uang dan mengkhayal banyak hal dengan benda itu.

Seperti kata orang-orang, uang itu istimewa, suatu benda bernilai yang dapat menciptakan suasana rukun maupun riuh. Uang dapat dikatakan sumber kebahagiaan, Seokjin setuju, sangat.

Uang, kasih sayang, tempat tinggal, kecerdasan, dan ketentraman suasana. Seokjin punya semua itu. Dapat dikatakan sempurna, bukan?

Tak pernah kesulitan dalam urusan materil, disayang orang tua, dipuji guru dan bersenang-senang dengan kesunyian.

Seokjin itu orang yang giat. Nyaris bersih tanpa kekurangan. Orang bilang dia tak punya masalah dan selalu tenang.

Namun dari segala macam kenikmatan dunia yang ia genggam maupun dari seluruh asumsi banyak mulut perihal perasaannya, Seokjin nyatanya tak mudah tersenyum seperti membalikkan telapak tangan.

Ribuan penghargaan yang membanggakan jika memang masih ada satu kebencian, rasanya menyakitkan. Seluas air di dalam sungai akan tercemar dengan satu barang kotor, lalu terus menerus memuai dan merusak setiap sudut. Setidaknya itu yang Seokjin alami selama bernapas.

Dia merebahkan punggung lelahnya pada permukaan kasur empuk, lalu beberapa sekon setelah itu dirinya terkesiap kala suara anggun bibi menyambangi indra pendengaran milik Seokjin. Cepat tersadar akan lamunan, lantas ia bergegas melangkah mengikuti acara makan malam di meja makan.

Mengambil duduk usai disapa oleh senyum manis. Disajikan berbagai makanan lezat nan bergizi. Di dalamnya ada beberapa potong obrolan hangat dan tawa yang mengisi kehangatan setiap malam. Keluarga ini terlihat sempurna memang.

"Bagaimana nilai hasil ulanganmu kemarin, Seokjin?"

Pertanyaan lazim yang keluar dari mulut bibi membuat Seokjin kerap tak enak hati bahkan rasanya ingin mengubur diri saja. Tetapi kemudian seperti biasa, ia akan berkata begini, "Bagus, bibi. Nilaiku yang paling tinggi."

Paman berdecak kagum, bibi semakin bangga. Seokjin hanya tersenyum kecil padahal di dalam hati dirinya meronta untuk menyudahi topik obrolan ini. Kendati akhirnya memang begitu.

Seokjin tanpa suara melahap makanan dengan tentram, lalu membantu bibi membersihkan piring dan meja. Setelah dirasa telah bersih dan rapi, ia melangkahkan tungkai guna kembali menapak kaki di dalam kamar tidur. Tepat di ujung tangga Min Yoongi menatap tak senang.

"Kapan kau akan pergi dari rumahku?"

Dia anak dari paman dan bibi Kim Seokjin.

[]

[]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
CalamityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang