stereo itu memainkan musik dengan volume yang cukup keras. sekarang pukul 10 pagi dan changbin belum juga pulang sejak kemarin. seungmin tahu dimana pria itu berada.ia pasti sedang di tempat felix. mereka pasti menghabiskan malam bersama setelah ciuman penuh cinta yang ia saksikan dalam diam kemarin. seungmin bertanya-tanya, mungkinkah selama ini ketika changbin tidak pulang ke rumah sebenarnya ia tengah bersama felix?
semua itu sudah tidak penting sekarang.
kue tart yang seungmin beli untuk ulang tahun sang kekasih, ia taruh di dalam lemari es. tak berkeinginan untuk memberikannya pada yang berulang tahun kemarin.
seungmin sudah memutuskan lagi. keputusan yang 180 derajat berbeda dengan keputusannya kemarin. ia bertekad untuk bertahan kemarin, kini kepercayaannya pada sang pemuda seo sudah hilang melebur bersama ungkapan cinta changbin kepada pemuda lain.
lucu sekali memang hidup ini bagi seungmin. baru kemarin ia berusaha optimis untuk mengembalikan changbinnya yang dulu, malam tadi ia malah menangis tersedu sampai matanya sakit.
meski semua tekad dan kepercayaannya hilang, cintanya pada changbin masih tertinggal jauh di lubuk hatinya yang tentu malah membawa perih tak terhingga bagi seungmin.
tapi mau apa dikata? ia tak mungkin bisa menghapus perasaannya dalam semalam.
let the time heal you, they said.
seungmin sudah menghabiskan dua tahun untuk mencintai changbin. dua tahun memang bukan waktu yang lama, tapi cukup untuk mengukir berbagai kenangan yang kini terbesit dibenak pemuda manis itu.
kenangan membahagiakan kala changbin memberinya kecup hangat di pagi hari saat mereka bersama-sama bangun dari tempat tidur, agenda memasak bersama yang penuh tawa di dapur, kencan manis yang selalu mereka lakukan dengan mengunjungi galeri seni, taman dan juga pantai.
juga memori ketika changbin melukis wajah cantik seungmin diatas kanvas dengan dalih projek tugas kuliah si pemuda seo ketika mereka masih kuliah.
seungmin masih ingat lukisan itu. itu adalah lukisan yang indah. changbin melukisnya dengan indah dan berkata bahwa keindahan itu terjadi karena ia dulu mencintai seungmin.
ya, dulu.
kenangan pahit setahun bersama changbin kini bergantian menyeruak. memori ketika changbin mengalami kecelakaan, ketika changbin berteriak frustasi dirumah sakit, kehilangan apa yang selama ini ia pegang untuk bertahan hidup, memori ketika changbin memukulnya, mendorongnya jatuh, memakinya, melukainya dengan sangat menyakitkan.
seungmin mengingat semuanya. hal itu mengundang kembali tangis seungmin. aliran air mata turun dari kedua belah pipinya. bitterness, he feels
seungmin sudah memutuskan, hatinya sudah tidak mampu lagi membendung rasa sakit itu. disadarinya, jika seungmin bertahan, hal itu hanya akan menyakitinya lebih buruk lagi. bahkan bukan hanya padanya, tapi juga pada changbin.
changbin membuka pintu depan. sedikit terkejut mendengar lantunan musik yang cukup nyaring. seungmin mematikan stereo yang selama ini menemaninya menunggu changbin pulang, dan kemudian berjalan pelan menuju ruang depan.
"kakak dari mana?" seungmin bertanya dengan nada lembut. ia sudah menghapus air matanya dan meninggalkan mata merahnya untuk diperlihatkan kepada yang lebih tua yang mana tidak begitu di pedulikan pemuda itu.
"bukan urusan lo." jawabannya sama seperti sebelum-sebelumnya. acuh dan dingin.
"gue mau mandi, habis itu gue harus pergi lagi. gak usah nungguin kapan gue pulang." ucap changbin berjalan ke arah kamar mandi.
KAMU SEDANG MEMBACA
tell me to leave [completed]
Fanfikceseungmin is hurting, so is changbin. "why don't we end it here instead of staying still when there's no feeling left for loving?" • darkby • bxb, jangan salah lapak ges lowercase © May 2020