"min, nanti kalo kakak keterima kerja di studionya lee dong suh, kakak bakal ajak kamu keliling eropa." ucap changbin suatu kali dimasa lalu.
menautkan jemarinya diantara jemari pemuda yang lebih muda. kaitan jemari itu terasa pas seakan memang disitulah tempatnya.
"pelukis terkenal kesukaan kakak?" tanya seungmin yang bersandar di dada sang dominan.
"iya. pelukis yang berhasil memajang dua karyanya di museum louvre, paris. lukisannya sangat menarik, kakak pengen bisa melukis sesuatu yang penuh arti seperti itu."
seungmin tidak pernah lupa tatapan menerawang antusias yang changbin pancarkan kala itu. melukis adalah passion changbin, menjadi pelukis seperti idolanya adalah mimpinya dan mengelilingi benua eropa adalah janjinya bersama seungmin.
semua itu hilang menguap tanpa jejak setelah kecelakaan yang changbin alami. ia gagal diterima bekerja di tempat impiannya, gagal meraih mimpinya dan gagal menepati janjinya.
sangat terpuruk pemuda seo kala itu. baginya hidup sudah tidak ada artinya. pun bagi seungmin keterpurukan changbin adalah mimpi buruknya. changbinnya yang ia kenal ikut menghilang. kini seungmin pun bertanya-tanya, apakah cinta changbin kepadanya ikut menghilang?
seungmin baru saja pulang dari tempat kerjanya. sudah hampir satu tahun seungmin bekerja di sebuah cafe milik seorang pengusaha muda. cafenya cukup terkenal di semua kalangan, ramai hampir setiap hari, membuat seungmin sedikit kewalahan tiap usai bekerja.
tungkainya yang sedikit pegal ia bawa pelan menuju rumahnya bersama changbin. tangan kirinya menenteng plastik putih berisi bahan makan malam yang ingin ia sajikan untuk sang terkasih.
matanya tertegun menangkap sosok changbin di persimpangan jalan tepat di depannya. persimpangan yang akan membawa seungmin pulang.
netra coklat seungmin menangkap sosok kekasihnya yang tengah didekap orang lain yang otomatis menahan langkahnya untuk lanjut melangkah.
dekapan itu diberikan oleh seorang pemuda berambut pirang keputihan. seungmin tak dapat melihat jelas wajahnya. tapi seungmin dapat melihat dengan jelas tangan changbin yang terangkat untuk membalas pelukan itu.
bagi seungmin, itu bukan pelukan antar sahabat.
••••
"kak, hari ini aku mau masak ayam goreng kesukaan kakak." ungkap seungmin pada changbin yang sedang berusaha membuka kaleng bir. lagi."nggak usah." respon yang lebih tua singkat tanpa melirik sedikit pun ke arah seungmin yang tengah memasang wajah antusias.
senyum seungmin menghilang seketika.
"maksud kakak? kakak nggak makan malam?" tanya seungmin lagi.
"enggak. gue mau pergi habis ini. tapi kalau lo mau masak buat diri lo sendiri, ya sana. tapi gue nggak." tangan pemuda seo masih kesusahan membuka kaleng bir itu. membuat kesal changbin.
seungmin mendekat, niatnya membantu changbin membuka kaleng itu. namun tangannya ditepis kasar.
"nggak usah! gue bisa sendiri!" larang changbin dengan nada tinggi seakan harga dirinya baru saja diinjak seungmin hanya karena kesulitan membuka kaleng bir.
seungmin kembali pada bahan makanan yang ia tatap getir. pikirannya kembali memikirkan pemuda yang memeluk changbin beberapa menit yang lalu. dadanya gelisah meski otaknya memaksanya untuk terus berpikir positif.
changbin tidak mungkin selingkuh. pikirnya.
ketika akhirnya si dominan berhasil membuka kaleng bir dan meminum beberapa teguk, seungmin memberanikan diri bertanya.
"kak, tadi habis ketemu siapa?" tangan seungmin memainkan ujung daun bawang yang ada di meja sambil menatap changbin dengan tatapan selembut mungkin.
"maksud lo?"
"tadi, sebelum pulang, kakak ada ketemu seseorang nggak?" tanya seungmin lagi. pertanyaannya jelas sebuah pertanyaan introgatif.
"gue hari ini ketemu banyak orang." jawab changbin kemudian. hendak beranjak dari dapur.
"kalau yang tadi di simpang jalan? itu siapa?" langkah changbin berhenti. seungmin tak dapat melihat ekspresi changbin yang tengah membelakanginya.
"bukan siapa-siapa dan bukan juga urusan lo."
"tadi kalian pelukan. bener kan?" ujung daun bawang itu kini sudah rusak.
bahu changbin terlihat naik dan turun cukup lama menandakan nafas panjang yang ia tarik. sebelum akhirnya kaleng bir itu melesat menabrak pintu kulkas dengan suara dentuman sebelum jatuh ke lantai.
seungmin kaget bukan kepalang. ia menahan nafas.
"kak?" suaranya kini sedikit bergetar.
"mau lo sebenernya apa sih kim seungmin?" tanyanya dengan suara yang begitu dalam tersirat amarah.
"bisa nggak lo sekali aja nggak ikut campur? nggak usah sok perhatian sama gue. gue tahu dalem hati lo sebenernya nganggep gue beban kan? gue yang udah nggak guna ini sebenernya nyusahin lo kan??"
"kok kakak ngomongnya gitu? aku nggak pernah berpikir kayak gitu kak!" kini seungmin pun di penuhi amarah. bisa-bisanya changbin menganggap seungmin seperti itu.
seungmin tak pernah menganggap changbin beban sedikit pun, tidak pernah menganggap ia tak berguna. cinta seungmin masih sebesar dunia untuk seo changbin.
"aku cuman tanya siapa cowok yang kakak peluk tadi, aku cuman pengen tahu itu kak. kenapa kakak malah berpikir aku kayak gitu?" cicit kim seungmin.
"BUKAN URUSAN LO!" teriak changbin.
"dan sekali lagi gue bilang, nggak usah sok perhatian, gue emang beban, gue cacat yang bahkan buka kaleng bir aja gue nggak bisa! gue tahu dan gue nggak butuh perhatian lo atau dari semua orang dengan tatapan kasian mereka!" kaki changbin melangkah pergi. sementara seungmin terdiam dengan air mata mengalir di kedua pipi menatap punggung changbin yang ditelan pintu.
KAMU SEDANG MEMBACA
tell me to leave [completed]
Hayran Kurguseungmin is hurting, so is changbin. "why don't we end it here instead of staying still when there's no feeling left for loving?" • darkby • bxb, jangan salah lapak ges lowercase © May 2020