3. Dunia Peri

2.8K 96 5
                                    

Pinkan setengah berlari menuruni tangga sambil membenarkan rambutnya yang acak-acakan, dengan langkah tergesa-gesa ia menghampiri Bundanya yang sedang duduk dengan tenang sambil memakan roti paginya dengan tangan kiri yang memainkan ponsel di meja makan. Laras menoleh begitu mendapati puteri bungsunya itu hanya mengambil selembar roti yang sudah diolesi selai cokelat tanpa duduk terlebih dahulu, "Duduk dulu kalo makan, sayang." Peringat Laras.

Pinkan dengan cepat memakan rotinya, "Ahu uhah hehat, hun!" katanya tidak jelas karena mulutnya penuh dengan roti, Laras mengernyit bingung mendengar jawaban puterinya. Setelah meminum habis susu putih yang telah dibuatkan oleh Laras di atas meja, baru lah Pinkan dapat menjelaskan apa yang ingin ia katakana dengan benar, "Aku udah telat banget, Bun! Aku berangkat, yaaa. Assalamu alaikum!"

"Wa alaikum salam. Jangan ngebut-ngebut!" ucapnya setelah puterinya itu dengan langkah cepat mengambil kunci mobil di atas meja dan keluar rumah dengan sangat terburu-buru.

Setelah mobilnya dapat ia keluarkan dari dalam garasi, Pinkan langsung melajukan mobilnya dengan kecepatan cukup tinggi untuk remaja seusianya. Beberapa kali terdengar klakson bahkan makian dari pengendara yang kesal karena mobil Pinkan menyalip-nyalip tanpa patuh pada peraturan.

"Ck, sial banget gue! Aturan tadi gue nggak usah tidur-tiduran di kasur, jadinya malah tidur beneran, kaaan!" gerutu Pinkan kesal sambil membanting stir ke kanan, memasuki area kampusnya dan memarkirkan mobilnya secara asal di lapangan parkir. Saat ia membuka pintu mobil untuk turun, pintu mobil yang berada di sebelah kanan mobilnya ikut terbuka, akibatnya pintu mobil mereka saling membentur satu sama lain karena jarak antara mobil mereka tidak cukup jauh.

Dengan sangat terpaksa Pinkan menarik lagi tangannya supaya pintu mobilnya tertutup. Melihat itu, orang yang berniat membuka pintu di mobil seberang segera membuka pintu mobilnya. Mulut Pinkan terbuka lebar saat melihat orang yang keluar dari mobil itu. Setelah menyampirkan tasnya di bahu sebelah kiri, cowok yang tadi keluar lebih dulu dari mobil mengetuk kaca pintu mobil Pinkan.

Dengan ragu, Pinkan membuka pintu mobilnya, menyebabkan cowok itu mundur selangkah supaya pintu mobil Pinkan dapat terbuka lebih lebar. "Ma, maaf, Kak." Ucap Pinkan setelah menutup pintu mobilnya.

Cowok itu tersenyum membuat lesung pipinya terlihat, "Santai aja. Lo Pinkan Rerela, kan?" Katanya.

Pinkan membalas senyum cowok itu, "Iya, Kak." Ucapnya. Bola mata Pinkan melirik ke arah belakang cowok itu, kini seorang cowok berjambul yang memakai kacamata hitam keluar dari pintu sebelah kanan mobil yang sama. "Kak Raffa..." gumamnya pelan.

Ternyata gumaman yang Pinkan katakan tidak cukup pelan, cowok di depannya dapat mendengar apa yang barusaja ia katakan. Cowok di hadapannya menoleh ke arah tatapan Pinkan, senyumannya mengembang, "Wih, Raffa keluar.." ucapan Raka lebih terdengar sebagai ledekan.

Orang yang dimaksud hanya memasang wajah datar tanpa berniat melepas kacamata hitamnya. Tujuannya hanya satu, agar perempuan di hadapannya tidak dapat melihat jika saat ini mata miliknya tengah menatap ke arah perempuan itu.

Pinkan membuang muka, lalu menoleh lagi ke arah cowok yang sempat meledeknya, "Kak Raka, aku duluan, ya," lalu matanya beralih pada Raffa di belakang Raka, "Kak Raffa.. gue duluan." Setelahnya Pinkan melangkah menjauhi mereka berdua.

---

Pinkan merutuki dirinya sendiri sepanjang perjalanan menuju kelasnya, sesampainya ia di kelas, ia segera duduk di kursi sebelah Nabilla tanpa memperdulikan ketiga temannya yang sedang asik membahas tentang sebuah berita hangat yang membuat Niska galau.

Pink [Editing]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang