5. Meet Him

1.9K 77 4
                                    

"Ya, ini aku! Rindu denganku, huh?" ucap Greyson senang dengan kedua tangan ia bentangkan.

Pinky mendecih, rasa kesal dan bencinya pada sosok angkuh dan sombong di hadapannya itu sudah semakin membesar, "Tinggi sekali impianmu itu, Tuan." Cibir Pinky tak kalah angkuh.

Greyson tersenyum lebar melihat perempuan dengan wajah imut itu kesal, seperti ada sesuatu yang membuatnya senang secara tidak langsung, walaupun Greyson tahu perasaan Pinky padanya sudah sangat berubah, namun Greyson masih berdiri dengan perasaan yang sama.

Greyson terbang mendekat ke arah Pinky namun tiba-tiba sebuah angin kencang berputar menghantam perutnya hingga ia terpelanting ke belakang.

"Jangan dekati dia!" geram Dio dengan kedua tangan terkepal hingga buku-buku tangannya memutih.

Greyson menyeringai, "Jadi..., kau ingin kembali berurusan denganku mantan sahabat?" ujar Greyson dengan penekanan di kata 'mantan' yang membuat Dio makin menatap Greyson dengan tatapan tajam bak pisau miliknya, seakan Greyson bisa mati secara perlahan hanya dengan tatapannya.

"Kau selalu mencari urusan denganku." Kata Dio dingin.

"Kupikir sebaliknya." Kedua bahu Greyson mengendik acuh masih dengan seringaiannya.

Vander menembakan beberapa laser pada lengan jubah hitam yang dipakai oleh Greyson hingga terbakar, kemudian Dio kembali menghempaskan angin besar yang bergulung dan menghantam Greyson hingga lelaki itu terhempas jatuh ke dalam sungai di bawah tebing.

Byur

Pinky tertawa mendengar suara air itu. Tak lama sosok Greyson kembali muncul dari bawah tebing dengan mata berkilat bagai petir-senjata kesukaannya. Ia basah kuyup karena tercebur, namun seketika tubuhnya kembali mengering setelah sebuah kilatan petir muncul memutari tubuhnya.

"Kupikir itu sangat bagus untuk permulaan balas dendam," sebuah seringai jahat masih menempel di wajah Greyson membuat geram siapapun yang melihatnya, "Kutunggu kalian di kejutan selanjutnya." Seketika tubuh Greyson menghilang bersamaan dengan sebuah daun yang jatuh di tempat ia menghilang.

"Ambil itu." Perintah Vander tegas.

"Gimana kalo itu jebakan?" Nabilla menoleh dengan raut cemas.

"Sudah kubilang Greyson tidak akan pernah mau menyerang disaat musuh sedang terlelap." Ucap Vander lagi.

"Kita nggak lagi tidur." Timpal Raka malas.

"Kupikir kau tidak pernah mengucapkan itu sebelumnya." Ucap Dio malas.

"Malah yang gue inget, Dio yang bilang gitu." Ucap Pinkan ikut-ikutan.

"Baik, tiga lawan satu. Aku kalah. Apa kalian tidak ingin ikut menyudutkanku, huh?" Vander menunjuk Nabilla dan Pinky dengan dagunya.

Nabilla menaikan alis, "Nggak ada kata-kata yang pas."

Pinky tersenyum miring, "Aku akan menyudutkanmu saat sampai di Alen. Kuharap Wolfie ikut menyambut kedatangan kita."

"Terdengar buruk," sahut Vander dengan ekspresi datar, "Akan kubuktikan kalau phobia ku sudah hilang. Lihat nanti, aku tidak akan menjerit saat Wolfie mendekatiku."

"Baik, sekarang siapa yang bosen hidup tolong ambil daun itu," kata Pinky dengan kepala ia tolehkan ke arah teman-temannya tetapi semua teman-temannya justru diam, membuat Pinky memutar bola mata malas, "Kayanya nggak ada yang bosen, ya udah biar gue yang ngambil."

Pink [Editing]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang