4. Penyerangan

2.5K 72 5
                                    

Nabilla berdiri di depan sebuah cermin besar yang terpajang di dinding kamarnya-kamar sementaranya selama ia berada di Kerajaan Peri-dengan sebelah tangan mengusap-usap dagunya bingung.

Tiba-tiba pintu bulat yang tergantung di atas kamar terbuka, Pinkan muncul dari sana dengan pakaian barunya-atau lebih tepat pakaian khas Putri Raja milik Kerajaan Peri. Tetapi bukan gaun seperti yang Nabilla pakai saat ini, pakaian yang Pinkan pakai lebih sering digunakan para Putri Kerajaan untuk berperang namun tetap elegan sebagaimana Putri-Putri pada umumnya.

"Kenapa lo?" Nabilla mengernyit bingung sambil menatap ke arah Pinkan yang duduk di sisi tempat tidur dengan lesu, "Baju lo kenapa baju perang gitu? Harusnya kan gaun kayak gue gini. Akh, tau gitu gue minta baju model kayak elo tadi, simple, nggak kaya gini. Udah kayak mau ke pesta aja gue pake ginian," celoteh Nabilla panjang lebar, ia terbang menghampiri Pinkan.

Pinkan menoleh, "Lo ngerasa aneh nggak, sih?"

Kening Nabilla berkerut samar, "Apa yang aneh?"

Pinkan mengendikan bahunya sekilas, "Gue nggak tau tapi firasat gue nggak enak aja ada di sini. Denger, Kerajaan ini bener-bener megah, luas, makmur dan bener-bener berjaya. Tadi sehabis makan siang gue jalan-jalan bareng Kak Raka, dan gue muterin Kota ini. Gila, makmur banget rakyatnya."

Nabilla mengangguk, "Oke, wajar. Kata Vander kan Kerajaan Peri pusat dari seluruh Kerajaan di Spring Blossom. Dan..., apa yang aneh?"

"Masa lo nggak ngerti? Ini itu Kerajaan besar dan nggak ada Raja. Pasti banyak yang ngincer lah! Mana si Vander cerita kalau di wasiat Mendiang Ayahnya itu dia baru dinobatkan jadi Raja setelah nikah lagi, makin nggak aman dong?"

"Iya, sih."

Pinkan tampak berpikir sebentar sebelum mendongak lagi menatap Nabilla, "Sekarang lo ganti baju, minta Pelayan bawain baju model kayak baju gue. Cepetan!"

"Hah? Buat apaan?"

"Buat jaga-jaga aja. Udah sana buru."

"Iya, iya." Nabilla mendengus pasrah dan terbang keluar kamar melalui pintu bulat.

Sedangkan Pinkan menunggu di kamar dengan memainkan ponselnya, entah mengapa perasaannya benar-benar awas saat ini. Ia dapat merasakan aura buruk sedang mengitari Kerajaan. Entahlah, Pinkan memang kadang terlalu berlebihan. Tetapi kadang firasatnya benar, lebih sering menjadi nyata ketimbang melenceng.

Semoga yang kali ini melenceng.

Ya, semoga.

Pinkan masih terus berkutat dengan ponselnya hingga Nabilla datang, ia masih tidak menyadari ada seseorang dibalik jendela transparan di balik tirai transparan yang tengah mengawasinya dengan senyum licik.

"Gini kan maksud lo?" Nabilla tiba-tiba datang dengan pakaian yang nyaris mirip dengan Pinkan. Hanya warnanya saja yang berbeda. Biru tosca. "Buat apa sih, Kan? Ya ampun, dari SD lo parnoan melulu kalo punya firasat buruk." Cibir Nabilla sambil duduk di sebelah Pinkan.

"Kan buat jaga-jaga doang." Ucapnya.

Nabilla menghembuskan nafas malas, lalu terdengar suara ribut-ribut dari luar kamar yang membuat Nabilla dan Pinkan menoleh bersama. Dengan kompak mereka terbang mendekat bersama ke arah jendela kecil sebelah pintu bulat. Segerombolan penjaga berlalu lalang dengan panik, bahkan Pinkan dapat melihat kalau Raka berdiri bersisihan dengan Dio tengah mengatur barisan penjaga itu.

Kayanya ada yang nggak beres, batin Pinkan cemas.

Pinkan menahan tangan Nabilla yang hendak membuka pintu, "Firasat gue makin buruk. Denger, apapun yang terjadi jangan sampe misah." Pesan Pinkan.

Pink [Editing]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang