8. Ketahuan

1.5K 61 10
                                    

Nabilla dengan langkah malasnya menyusuri koridor panjang menuju halaman sebelah kanan istana yang penuh dengan aneka ragam pohon permen juga bunga dengan daun berwarna-warni, untuk menghadiri acara apa tadi, oh, pesta makan besar seorang anak dari Raja Alen yang bernama Falen.

Menyebalkan.

Kata itu terus menerus Nabilla ucapkan dalam hati. Masalahnya, acara aneh itu membuat Nabilla harus bangun dari tidur singkatnya. Sebenarnya bukan masalah pesta itu yang membuat Nabilla kesal karena harus bangun pagi, tetapi pelaku yang harus disalahkan adalah Vander.

Lagi pula siapa yang bisa menolak datang ke pesta makan besar seperti itu, Nabilla juga butuh makanan untuk dimakan. Pasti makanannya enak-enak. Nabilla mulai membayangkan makanan-makanan itu.

Hanya butuh sekali belok, dan Nabilla akan menemukan sebuah gapura penuh ukiran dan setelahnya, Nabilla sudah sampai di tempat acara akan dilaksanakan.

Nabilla celingukan, menoleh sana, menoleh sini untuk mencari keberadaan teman-temannya yang lain karena halaman itu sudah ramai orang-maksudnya, peri.

Dan Nabilla dapat melihat teman-temannya sudah berkumpul di sebuah meja bundar sambil tertawa-tawa. Nabilla berlari, kemudian duduk di kursi yang kosong di sebelah Pinkan yang memakai gaun berwarna merah muda tua.

"Tau, tiba-tiba ilang, padahal kan gue mau nyuruh lo nyanyi lagi." Suara Falen terdengar.

"Gue udah punya insting kalo gue bakal disuruh-suruh lagi, makanya gue pergi." Jawab Raka sambil tertawa.

"Halah, padahal mah lo pergi buat ngapel sama Abi, soalnya dia juga ilang pas lo ilang. Iya, kan?"

Ucapan Falen selanjutnya membuat Nabilla mendongak. Soalnya dia ilang pas lo ilang, Nabilla mengulang perkataan Falen dalam hati.

Nabilla langsung menunduk.

"Eh, kebo tidur udah dateng," ucap Pinky dari sebelah Pinkan, ia melirik Nabilla.

Nabilla mendongak. "Udah dari tadi gue dateng, cuman gue jalan-jalan aja dulu sebentar." Kilahnya.

Lalu terdengar sorakan-sorakan yang membuat Nabilla hampir melepas sepatunya untuk menyumpal mulut mereka satu-satu. Walaupun tidak mungkin. Yang menyorakinya hampir semuanya-minus, Raka-dan tidak akan mungkin Nabilla menyumpalnya karena yang Nabilla pakai hanya dua sepatu.

"Gue pikir lo telat karena bantuin Mbak In nyiapin makanan, Bil." Timpal Alenna.

"Anjir, nggak gitu juga." Ucap Nabilla kesal.

"Eh, kalo diliat-liat Nabilla sama Mbak In kok rada-rada mirip, ya? Apa jangan-jangan lo kembar sama dia?" dan celetukan Vander sukses membuat semuanya tertawa.

"Bukan bege, dia anaknya, makanya mirip." Timpal Pinkan.

Nabilla memandang malas teman-temannya, namun saat ia bertatap wajah dengan Raka, cowok itu langsung membuang muka. Tidak mau kontak mata dengan Nabilla. Nabilla mengernyit bingung, apa iya sekarang cowok itu kesal juga padanya? Padahal, semalam cowok itu bilang ia hanya bermasalah dengan Abi.

Tiba-tiba Vander bangkit berdiri, diikuti Alenna. Mereka berdua kemudian pergi menjauhi meja menuju arah jam tiga. Entah ke mana entahlah Nabilla tidak tahu. Saat ia sedang santai-santai tiba-tiba Pinkan menyiku lengan Nabilla.

"Kenapa, deh?" alis Nabilla bertaut.

Pinkan menaikan kedua alisnya. "Sesuai perjanjian, hari ini novel Pinky gue yang pegang. Mana? Kemaren lo bilang lo udah selesai bacanya, kan?"

Pink [Editing]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang