6. Falen's Birthday

1.6K 67 3
                                    

Vander dengan langkah santainya berjalan menyusuri koridor lantai dua istana Alen yang sepi dan lengang. Hanya beberapa kali saja pelayan melintas atau penjaga yang berlalu lalang untuk menjaga. Entah mengapa, Vander ingin saja berjalan-jalan.

Sesaat mata Vander menyipit saat melihat sesosok gadis bertubuh semampai di sudut koridor tengah berjingkat untuk melihat sesuatu di lantai bawah. Senyum miring terukir di bibir Vander saat tahu siapa sosok gadis itu.

Perlahan tapi pasti, Vander melangkah tanpa suara mendekati gadis itu tanpa gadis itu sadari. Saat ia sampai tepat di belakang tubuh gadis itu, ia menepuk sedikit kencang bahunya. "Hei!" ucapnya.

Sesaat bahu gadis itu terangkat karena terkejut. Ia lalu berbalik hingga matanya beradu pandang dengan Vander, lalu tatapan matanya berubah menjadi kesal dan justru memukul balik bahu Vander tak kalah kencang. "Lo apaan, sih! Bikin kaget aja, tau nggak?"

Vander meringis dengan tangan mengusap-usap bekas pukulan sadis gadis itu sebelum nyengir. "Habis, kau mencurigakan sekali. Sedang apa kau berada di pojok sini? Seperti perampok saja."

Gadis itu, Nabilla, merengut. "Gue itu lagi ngintipin Kak Ra-eh," seolah telah salah bicara, Nabilla menutup mulutnya cepat dengan ekspresi seolah berkata mampus gue! Kemudian ia menormalkan ekspresi wajahnya dan menggeleng cepat. "Lo nggak denger kan apa yang gue bilang?" tanya Nabilla memastikan saat melihat wajah bingung Vander.

"Tidak."

"Lupakan. Anggep aja ini nggak pernah terjadi," Nabilla tersenyum lebar. "Udah sana, muka lo ngeganggu pemandangan tau nggak?"

Vander mendengus dengan bibir mengerucut. "Tanpa kau suruh sekalipun aku juga akan pergi. Siapa pula yang ingin berlama-lama berbicara dengan gadis pendek sepertimu?" ejeknya.

Nabilla menatap Vander galak. "Kalo mau pergi, pergi aja. Nggak usah pake ngatain bisa kali." Cibirnya.

"Kalau ingin mengintip, mengintip saja. Tidak usah banyak bicara bisa kali." cibir Vander balik.

"Suka-suka gu-lah? Tadi lo bilang, lo nggak denger apa yang gue bilang?!" kata Nabilla kesal.

"Memang kalau aku dengar kenapa?" tanya Vander nyolot.

"Awas aja sampe lo ngasih tau Kak Raka kalo gue lagi ngintipin dia! Abis lo sama gue. Gini-gini gue jago taekwondo!" Nabilla mengepalkan tangannya dan menggerakannya seperti ingin membogem orang.

Vander menaikan satu alisnya dengan senyum miring menyebalkannya. "Sebenarnya aku tidak tahu kalau yang sedang kau intip adalah Raka. Karena tadi kau sudah menutup mulutmu sebelum menyebut namanya secara benar. Tapi karena kau telah memberi tahuku, aku jadi tahu-oh astaga! Kau menyukai Raka, yaaa?" Vander menuding Nabilla dengan cengiran lebar.

Nabilla nyaris membenturkan kepalanya ke dinding karena salah berbicara. Namun terlambat, kini sudah bertambah satu lagi yang tahu kalau dirinya menyukai Raka. Pinkan, Pinky, Vander, kemudian Dio lalu Raka sendiri. Dan setelah itu Nabilla akan dijauhi oleh Raka karena cowok itu sudah memiliki kekasih. Great.

"Awas lo ngasih tau Kak Raka! Please, Van, jangan ember ke dia, ya? Please..." Nabilla menatap Vander dengan mata berbinar, berbinar meminta belas kasih. Ew.

"Baiklah, tetapi ada syaratnya."

"Apa?"

"Nanti akan aku beri tahu jika aku membutuhkan bantuanmu." Vander tersenyum.

Mata Nabilla memincing. "Lo nggak bakal nyuruh gue yang aneh-aneh kan?"

"Tidak. Tenang saja," Lagi. Vander tersenyum manis. Kemudian ia menjulurkan tangannya. "Jadi, deal ya? Kau akan membantuku disaat aku membutuhkanmu?"

Pink [Editing]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang