Aku duduk di bingkai jendela, memandang langit malam yang terlihat begitu indah. Merasakan sepoi angin yang meskipun terasa menenangkan tetap saja tak mampu menenangkan gejolak amarah yang meluap dalam diriku.
Pandangan ku beralih pada siku, tangan, lutut dan anggota tubuh ku yang lainnya. Lebam bertebaran disana. Sakit, tapi hatiku lebih sakit.
Andai saja bukan mereka yang menyebabkan luka ini ada, mungkin rasa sakitnya tak akan sesakit ini. Tapi nyatanya? Merekalah yang menyebabkan luka ini ada.
Apa kau tahu siapa yang kumaksud dengan mereka?
Mereka yang kumaksud adalah orang tua ku.
Kau belum mengenalku kan? Nama ku Illona Izz, teman teman ku memanggil ku Illo. Aku ingin menggantinya, itulah sebabnya aku tidak pernah tertarik dengan artinya.
Aku duduk di kelas 3 SMP, anak tunggal yang berharap memiliki sosok saudara, dimana aku bisa berbagi luka dengannya. Dan, tetntu saja itu hanya sebatas harapan.
Saat ini aku hanya menapaki hidup dengan tak tentu arah, hingga datang seseorang yang akan menunjukkan pada ku, arah menuju kebahagiaan.
~bersambung
KAMU SEDANG MEMBACA
Pernah Singgah
Short StoryTentang lara yang pernah singgah. Tenang saja, sebab ia hanya hinggap, dan tak selamanya ia akan menetap. Sebuah cerpen; tentang rasa sakit yang terlalu berharga untuk disembuhkan begitu saja.