rêver 2

1.2K 53 0
                                    

jariku bergerak, menyampaikan apa yang ada di otak, apa yang aku pelajari satu semester ini ke dalam selembar kertas. kertas yang nantikan akan menjadi hasil perjuangan 4 bulan ini. lalu libur menanti. bersenang-senang melepas penat empat bulan dari lingkungan kampus.

tangan ku makin bergerak cepat saat penjaga Ujian sudah berseru nyaring bahwa waktu tinggal 15 menit lagi. membuatku menahan napas, berdoa semoga tiba-tiba datang kekuatan super yang membuat jariku menulis dengan kecepatan super.

tepat ketika si penjaga Ujian menyerukan bahwa waktu habis, saat itu juga nomor terakhir juga selesai.

*******

"Kau dengar tentang Jessica?" Sayup aku dengar dari beberapa teman sekelas yang sedang duduk bergerombol di lorong kelas.

"Iya. Kasihan dia. Semoga arwahnya tenang dan pelakunya cepat di tangkap." Kata Arline salah satu perempuan dalam gerombolan itu.

"Kasihan Hendrik. Ia kehilangan kekasihnya dengan cara yang seperti itu." Sahut salah satu dari mereka.

"Ku dengar dia yang terakhir kali terlihat bersama Jessica. Mungkin dia sekarang sedang di minta keterangannya oleh polisi" kata Rea.

"Ah, aku tak yakin Hendrik tega melakukannya. Kau lihat kan betapa harmonisnya mereka berdua. Aku tak yakin dia setega itu." Kata Julie

Banyak gosip yang beredar, bahwa kemungkinan Hendrik, kekasih Jessica yang melakukannya. Ada juga yang bilang dia bertemu dengan orang mabuk dan diperkosa lalu di rampok. Ada juga yang bilang bahwa Jessica merupakan korban dari pencari tumbal untuk ilmu gelap.

Santer terdengar berbagai gosip yang tak masuk akal hingga tak tahu mana yang benar mana yang karangan. Bercampur menjadi satu.

Kehidupan dan mengenai diri jessica juga terungkap. Jessica yang merupakan anak baik, Jessica yang ikut organisasi kerohanian, pacar Jessica, hendrik, yang juga anggotanya. Latar belakang Jessica dan banyak hal lainnya. Ada beberapa orang yang mengaku bahwa Jessica perempuan murahan. Emm, aku tak yakin dengan itu. Darah dari kemaluannya yang aku lihat dalam mimpi menunjukan ia masih perawan.

" mereka teman dekat Jessica." Tunjuk Ian ke dua perempuan yang duduk di bedeng taman di sudut lorong.

Salah satunya aku kenal, Maria yang sedang menangis di bahu temannya yang berambut pendek yang aku tak tahu namanya.  Si rambut pendek memandang kosong dan nanar seperti tak percaya dengan kabar yang ia dengar. Tangannya mengelus-elus punggung maria. Tak ada setetes pun air mata yang mengalir. Hanya rasa tak percaya dan kesedihan yang mendalam. Itu yang aku lihat.

"Maria dan Bella." Kata Ian mengkonfirmasikan.

"Mereka menjalani hari yang berat." Kata Ian.

"Mau mendekat dan mengucapkan belasungkawa?" Tawar Ian yang langsung aku jawab dengan anggukkan.

Kami mendekat ke arah mereka.

Maria mendongak ketika aku menyapanya. Matanya terlihat bengkak dengan maskara yang luntur karena air mata.

Tapi ada yang aneh yang terlihat dari mata Maria. Berbeda dengan Bella si rambut pendek yang terlihat kosong nanar dan syok, yang aku lihat di mata Maria adalah ketakutan.

Ketakutan.

Aku punya firasat yang aneh dengan hal ini. Tapi tak mungkin kan?

Kami segera pergi setelah mengucapkan belasungkawa atas kehilangan mereka dan berpesan agar tabah juga harapan bahwa pelakunya cepat di temukan.

Sebelum pergi dari hadapan mereka, aku sekali lagi melihat ke mata maria. Dan ketakutan itu hilang berganti dengan kesedihan.

Ah, mungkin tadi aku salah melihat.

rêverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang