rêver 1

2.2K 88 9
                                    

Tik.. tok..

Tik.. tok..

Tik.. tok..

Jarum jam sudah menunjuk ke angka 3 lewat 10 menit dini hari.

Kamar sebelah penghuni nya telah terlelap, begitu juga penghuni kamar depan, mungkin dari 30 kamar kos ini hanya aku yang masih terjaga pada dini hari ini.

Mataku pun sudah lelah menahan beratnya rasa kantukku.

Kelopak mata sudah tak mau lagi berkerja sama untuk terbuka. Bagai ada magnet yang menariknya untuk tertutup.

Ah, jangan. Aku harus mengembalikan kesadaranku.

Buka Matamu Fara.

Tunggu pagi Fara,

Buka Matamu.

tunggu pagi.

buka!.

Tunggu hingga matahari memunculkan sinarnya. Setelah itu terserah kau. Tidurlah sepuasmu.

Tunggulah....

Zzzzz.....

********

Kabut, bagai tirai dari dunia yang lain. Datang perlahan, bergerumul menyelingkup udara secara tak kasat mata. Lalu semua terselimuti awan tipis yang memendekkan jangkauan mata.

Ketika kabut itu tersingkap sedikit, seorang wanita yang aku tahu, dia teman satu angkatanku. Namun sungguh aku lupa namanya, terbaring di atas tanah. Terbujur kaku dengan mata melotot kosong dengan lidah menjulur keluar. Bekas cekikan tercetak jelas di lehernya yang pucat.

Pakainnya compang camping. Bahkan di sekitar tanah itu kabut mulai tersingkap lebih luas lagi, ilalang, sampah dan lalat mulai terlihat jelas berseliweran. Menjijikan.

Bagian perutnya terdapat beberapa tusukan yang tak jelas, Merobek kulit hingga terlihat daging yang telah membiru dan organ perut tercacak terburai keluar yang di kerumuni lalat.

Kakinya terbuka lebar, bahkan aku bisa melihat kelaminnya. Sedikit bercak darah yang telah mengering keluar dari liangnya.

Hei, ku harap kau tak jadi arwah penasaran.

Maaf, teman seangkatan yang entahlah siapa namanya. Hubunganmu dengan dunia yang fana ini berakhir.

Tenanglah kau disana

****

"Tidak tidur lagi?" Tanya Ian. Lelaki tampan yang selalu menyedot banyak perhatian para kaum hawa di sekitarku. Sayangnya Ian tak tertarik.

Aku hanya mengangguk. Lalu menguap lebar lalu mengerang. Ian sedikit mengerenyit melihat mulutku yang sudah selebar kuda nil.

"Tutup mulut mu saat menguap, Fara! Pantas saja tak ada lelaki yang mau dekat-dekat dengan kau. Kelakuanmu seperti manusia tak beradab" omel Ian.

Aku hanya meliriknya sebal.

"Kan ada kau Ian" balasku.

"Huhhh. Kau tau kan aku sama sekali tak tertarik pada kaummu" desis Ian. "Jadi jangan hitung aku!"

Aku hanya terkekeh mendengar pengakuan Ian.

"Kau bukan tidak tertarik Ian, tapi belum," balasku,

"kau hanya perlu sadar bahwa kau butuh wanita. Setidaknya untuk melanjutkan keturunanmu. Lalu hidup abadi dalam sel-sel keturunanmu."

"Akan ku pastikan kau yang akan pertama kali tahu saat hal itu terjadi. Jadi pastikan kau hidup lebih lama dari aku." Balas Ian.

rêverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang