rêver 6

1.4K 65 16
                                    

"Pagi bella," sapaku kepada bella yang baru saja keluar dari kamar.

"Pagi Fara, maaf merepotkan kamu semalam," ucapnya.

"Ah, tak masalah. kemarilah, kita sarapan bersama." Kataku menepuk bangku sebelahku yang kosong, sedangkan para lelaki di rumah ini sedang lahap-lahapnya memakan sarapan mereka dan hanya menyapa bella sekilas lalu melanjutkan makan mereka lagi seakan sebentar lagi ada yang merebut piring mereka jika mereka berhenti makan sejenak.

Aku melihat bela yang sudah tampil rapi dengan blouse peach berbahan sifon tebal yang tidak terlalu menerawang dan rok pencil bebeapa cm di atas lutut dengan motif garis aztek.

"Kau mau kemana hari ini?" Tanya ku saat bella mengambil piring dan menyendendok nasi goreng buatkan mbok darmi yang sangat baunya saja bisa membuat usus-usus ini protes minta cepat di isi.

" em, aku akan meminta pembatalan jadwal-jadwalku pada agensi" jawab Bella.

"Sendiri?" Tanyaku.

"Eemm,," gumam Bella.

"Kau harus bersama seseorang kesana, mengingat kemaren kau baru saja terkena teror," kataku memberikan saran.

"Apakah harus? umm, maksudku, aku akan di jemput temanku sesama model, kami tak hanya berdua. Ada beberapa orang juga." Kata bella dengan gelagat sedikit gelisah dan kurang nyaman.

Aku melirik ke arah para lelaki yang masih saja mengunyah. Tak menanggapi sama sekali. Jo yang sebenarnya memiliki kepentingan penuh dengan hal ini malah masih mengunyah. Dasar laki-laki!

Aku menendang tulang kering kaki yang ada di depanku entah kaki siapa, toh nanti ada salah satu dari mereka yang merespon.

"Auuu!" Jo mengaduh kesakitan.

Gotcha! Tepat sasaran. RASAKAN tendanganku yang lumayan keras. Apa lagi jelas yang aku tendang itu tulang kering. Sekalian saja itu jadi pembalasan atas perbuatannya semalam yang kurang ajar.

Jo melototiku tajam, aku juga balas melototinya. Memberi kode dengan dagu agar rencana kami berjalan lancar.

Tapi si bodoh itu terlalu bodoh untuk mengerti.

Ia berdeham lalu mengambil air minumnya, meminum dengan gerakan santai dan lamban. Benar-benar menguji kesabaran.

"Tak apa, pergilah Bella." Kata Jo. Sebenarnya apa maunya? Dia ingin kasus ini selesai gak sih!

Aku melototinya makin tajam, mungkin bola mataku sebentar lagi akan melompat keluar. Tapi lagi-lagi si bodoh itu tak menanggapinya.

"Asal kau selalu mengabari dengan siapa dan dimana kau pergi. Setiap 1 jam sekali dan kemanapun kau pergi. Hanya itu." Lanjut Jo.

Bella tertawa mendengar permintaan Jo. Yang benar saja. Kelakuannya malah seperti pacar overprotective.

"Kau seperti pacarku saja." Tanggapan bella masih tertawa

"Kau punya pacar?" Tanya jo. Hahha, kau kehilangan salah satu target mu jo? Rasakan. Aku menatapnya dengan pandangan mengejek.

"Eum, begitulah, sayangnya kami sedang LDR, di kuliah di luar." Terang Bella.

" berarti masih ada kesempatan untukku, karena toh pacarmu tak ada disini. Hahahhaa," ucap jo tak tahu malu. Playboy itu urat malunya sudah putus. Dasar brengsek. Ia menyeringai, tak luput dari mataku ia melirikku mengejek. Aku tahu maksudnya, mau membuatku panas hah? Gak akan. Stay cool, aku tetap akting sebagai pacar ian yang baik dan tak terpancing untuk mengomentari Jo.

Sedangkan reaksi bela terlihat malu-malu. Pipinya bersemu merah karena perkataaan jo. Ia hanya tersenyum-senyum malu. 

"Ehem, jo dia punya pacar," kata ian memperingatkan, "dan kau bella, jangan dengarkan Jo, dia Playboy bangkotan, korbannya udah banyak" kata Ian sekaligus mengejek Jo.

rêverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang