Chapter 1

2.9K 177 10
                                    

Desember yang dingin seperti biasanya. Dinding-dinding kastil berusaha menghangatkan rongga-rongga di tubuhnya. Hogwarts cukup gempar atas suksesnya tugas pertama dalam Turnamen Triwizard. Semua berjalan lancar dan para juara berhasil mendapatkan yang mereka perlukan sebagai petunjuk tugas kedua nantinya.

"Seharusnya kau melakukan sesuatu yang lebih konstruktif, Harry!" Ujar Hermione di aula yang penuh sesak karena perwakilan dua sekolah sihir dari luar Hogwarts ikut bergabung pada makan siang itu seperti biasanya sejak diadakannya Turnamen Triwizard.

"Apa misalnya?" Balas Harry ketika dia usai dengan paha ayam sementara Ron di sampingnya masih disibukkan dengan sup.

"Telur itu..." Telur emas yang telah Harry dapatkan menyimpan misteri untuk dipecahkan. Jika tidak terpecahkan sebelum tanggal 24 Februari akan kesulitan agar bisa keluar dari tugas kedua dengan selamat. Dia tidak mau membuka telur itu lagi setelah suara memekakkan telinga nyaris membunuh seisi ruang rekreasi Gryffindor.

"Aku masih punya waktu dua bulan lebih Hermione." Balas Harry santai.
"Mungkin saja butuh banyak waktu untuk memecahkannya." Hermione menusuk mata Harry dengan tatapan tajamnya.

"Aku punya kau. Kau tahu kan segala teka-teki sihir seperti kau biasa memenangkan TTS di Daily Prophet."

"Tidak, aku hanya yakin di balik suara gila yang keluar dari telur itu menyimpan petunjuk tetapi aku tidak tahu bagaimana menerjemahkannnya. Belum pernah aku mencoba menyelesaikan teka-teki suara." Seperti biasa Hermione selalu nyerocos cepat secepat tupai melompat. Untuk orang yang belum kenal dia akan kesusahan menangkapnya. Tetapi Harry dan Ron sudah terbiasa menangkap tupai melompat dari mulut Hermione.

"Coba saja panggil Trolls gunung." Sela Ron dengan mulutnya yang terbakar cabai supnya menyambret minuman dan meneguknya dengan cepat. "Erm, mungkin mereka bisa menerjemahkannya."

"Ya akan kubayar kau sejuta Galleon bila bisa menangkap Troll dengan tanganmu sendiri." Timpal Hermione.

"Kau ini apaan sih Hermione, Harry kan baru selesai tugas pertama. Dia berhak sedikit bersantai sekarang."

"Ya, Hermione." Setuju Harry. "Apa kau tidak lihat luka-luka di wajahku masih membekas?" sembari menujuk sabetan duri Naga di pipi Harry yang bekasnya masih memerah.

"Baiklah, terserah kau saja." Kecuh Hermione menarik pudding.

"Mohon perhatiannya!" Suara Professor McGonagall membahana ke seluruh aula dengan denting gelas kacanya yang khas.

"Kepala Sekolah menyampaikan pengumuman."

Dan semua kepala tertuju pada pria tua berjenggot panjang keperekan dengan kaca mata bulan separonya.

"Maaf harus menggangu makan siang kalian." Ujar Professor Dumbledore dengan lengkungan bibir di balik jenggot tebal tampak ramah. "Tapi kurasa aku harus menyampaikan pengumuman ini hari ini juga. Setelah kita bersorak gembira dengan keberhasilan juara-juara kita di tugas pertama Turnamen Triwizard, kita perlu merayakannya bertepatan di malam Natal nanti."

Fred dan George langsung bersorak meriah disusul yang lainnya. Harry tersenyum, sepertinya santai sedikit berarti pesta besar.

"Untuk itu seperti tradisi Turnamen Triwizard terdahulu, kami adakan Pesta Dansa Natal yang disebut Yulle Ball."

Senyum Harry hilang seketika. Itu bukan pesta yang diharapkan. Gadis-gadis di sekitar terkikik sementara yang lelaki mengernyit.

"Hanya murid kelas empat dan kelas atasnya yang diizinkan ikut. Silahkan mencari pasangan untuk berdansa di malam yang menyenangkan tersebut. Jika kelas tiga ke bawah ingin ikut, kalian perlu cari pasangan dari kelas yang diizinkan. Baiklah itu saja. Selamat menikmati makan siang kembali."

Begitu Professor Dumbledore kembali duduk, aula dipenuhi ocehan anak-anak dari segala penjuru. Bagi kaum jomblo tak banyak yang berminat dengan pesta dansa ini, tetapi ocehan para gadis membuat suasana sangat gaduh. Mereka bahkan melupakan makan siang mereka yang belum selesai.

Sementara itu Harry mempergoki Hermione saling lempar senyum dengan Victor Krum yang duduk di meja Slytherin. Ada yang aneh. Krum tidak pernah tersenyum manis seperti itu. Membuat Harry geli melihatnya.

"Sudah sejauh mana hubungan kalian?" Sidang Harry.

"Apa maksudmu?" Tanya Hermione terkejut di tengah hiruk pikuk itu.

"Kau dan Krum." Harry berbisik karena tak ada satupun yang tahu tentang Hermione yang dekat dengan Krum. Bahkan Ron belum menyadari ini. Harry sendiri baru tahu saat Hermione memberitahunya di perpustakaan ketika berusaha mencari cara melawan naga.

"Hubungan kami biasa saja kok." Pipinya merona merah dan tangannya meraih gelas piala.

"Katakan atau kubilang ke Ron."

"Ssssttt. Jangan dulu aku tahu kapan waktu tepat memberitahunya." Diakhiri dengan kikikan nyaris menumpahkan minumannya. Hermione suka berdebat dengan Ron dan selalu berakhir dirinya yang kesal, sebal karena Ron selalu bisa menghujatnya. Jadi, dekatnya dia dengan Krum akan dia gunakan untuk balas dendam dengan Ron.

"Aku tidak tahu pasti sih, tapi kurasa dia akan melakukannya."

"Dia apa? Siapa?"

"Victor."

"Ngapain?"

"Ahhh kau ini jangan membuatku malu mengakuinya."

"Kau akan jadian dengannya?" Harry langsung berpaling ke Ron.

"Ronnn ..." Tetapi Ron nampak sibuk sekali memandangi gadis-gadis Beauxbatons di meja Ravenclaw.

"Harryyyy!!!" Hermione langsung menyodok pinggang Harry yang membuatnya menggeliat-liat seperti cacing saking gelinya. Heran bagaimana Hermione bisa bergerak segesit itu dan menggelitiknya dengan sangat tajam.

Harry hanya terkekeh berusaha menghentikan Hermione ketika Ron teralihkan. "Kalian ini ngapain?"

"Ron..." Ujar Harry sembari membenarkan kaca mata bulatnya yang miring.

"Ngak ngapa-ngapain Ron." Potong Hermione segera. "Hanya saja Harry mau mengajak Moaning Myrtle ke pesta dansa Yulle Ball."

"Tidak benar." Bantah Harry ketika Hermione tertawa jahat.

"Eohhhh..." Jijik Ron dan dia beralih kembali ke gadis Veela disana.

***

The Moment Slip Away (Harmione)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang