Seorang lelaki terduduk memeluk kedua kakinya, seluruh tubuhnya dipenuhi beberapa luka lebam. Sudut bibirnya pun mengeluarkan darah, hatinya terluka batinnya hancur dan air mata yang sedari tadi dia tahan akhirnya mengalir dari kelopak matanya.
"Kenapa kehidupan sekejam ini padaku ?" Pertanyaan itu selalu saja muncul dari pikirannya terus menerus akhir ini.
Rasanya dia ingin mengakhiri hidupnya saja, mungkin hanya dengan cara itu dirinya dapat hidup tenang tanpa merasakan kejamnya kehidupan terhadapnya. Sudah beberapa kali dia mencoba untuk mengakhiri hidupnya tapi sayangnya tuhan selalu saja menyelamatkannya dan berujung dia masih tetap hidup hingga detik ini. Dia memeluk erat kedua kakinya dan membenamkan wajahnya di atas lutut dan air matanya kembali pecah sampai akhirnya terdengar suara sapaan dari seseorang.
"Kau baik baik saja" orang itu duduk di hadapan lelaki itu.
Tak ada jawaban dari lelaki yang berada dihadapannya, dan dia kembali bertanya.
"Apa kau baik baik saja Hokuto ?" kini suaranya sedikit meninggi agar lawan bicaranya menjawab pertanyaannya.
Hokuto mengangkat wajahnya, dan memandang seseorang yang tak asing baginya berada di depannya kini. Dia terkejut saat melihat muka temannya penuh dengan lebam dan pelipisnya mengalirkan darah segar.
"Apa yang terjadi denganmu ?" Hokuto mulai khawatir melihat kondisi dia.
Alih alih menjawab pertanyaan Hokuto lelaki itu malah balik bertanya kepada Hokuto "Kau kembali dirisak oleh mereka ?"
"Itu sudah jadi makanan ku sehari hari" Hokuto menjawab dengan acuh
"Lalu sekarang kenapa kau bisa seperti ini, siapa yang memukuli mu Ryota-kun" ? Hokuto kembali bertanya.
Katayose Ryota sahabat satu satunya yang Hokuto miliki, dia yang selalu berada di samping Hokuto saat dirinya sedang seperti ini. Setidaknya Hokuto merasa sedikit bebannya berkurang saat berada di dekat Ryota. Tapi kini untuk pertama kalinya Hokuto melihat Ryota sebabak belur ini, apa yang terjadi pada sahabatnya apa kini para perisaknya mulai merisak Ryota juga, kalau benar adanya Hokuto akan membrontak kali ini, dia tidak ingin Ryota menjadi seperti dirinya.
"Oh ini, tadi aku abis latihan sebelum aku memukul para perisakmu nanti, dan tadi tanpa sengaja pukulan dari pelatihku mengenai muka ku" Ryota tertawa seraya menggaruk tengkuknya yang tak gatal
"Bodoh kau, lihat pelipismu berdarah" Hokuto mengusapnya perlahan menggunakan telapak tangganya dan memperlihatkan darah yang menempel pada telapak tangannya ke hadapan Ryota.
"Ayo aku obati" Hokuto menarik tangan Ryota dan membawanya ke ruang UKS
Setelah sampai di ruang UKS Hokuto mulai membersihkan terlebih dahulu darah yang mulai mengering pada pelipis Ryota. Lalu menutup lukanya menggunakan perban, dia menempelkan perbannya dengan sangat hati hati agar tak membuat Ryota kesakitan.
"Apa aku boleh minta sesuatu padamu ?" tanya Hokuto
"Tentu saja, apapun akan aku kabulkan" Ryota tersenyum manis menatap wajah Hokuto
"Aku minta kau tidak usah cari masalah dengan para perisak ku, aku tidak ingin kau menjadi sepertiku nantinya" Hokuto menutup kotak p3k dan menaruh kembali di tempat semula.
Ryota terdiam sejenak, untuk pertama kalinya mungkin dia tidak bisa mengabulkan permintaan dari Hokuto, dia ingin setidaknya menjadi pelindung bagi Hokuto. Dia tak ingin sahabatnya selalu menjadi korban perisakan dari mereka semua.
"Maaf aku tidak bisa" Ryota bangkit dari bangsal dan meraih tasnya kemudian pergi memingggalkan Hokuto.
Hokuto tak bisa berkata apa apa lagi, dia hanya bisa memandangi punggung Ryota yang semakin lama semakin menghilang dari pandangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Dream Happiness
FanfictionKumpulan cerita oneshoot anak anak LDH . . Happy Reading