4. Bendera Perang

180 26 18
                                    

Happy Reading!
*Sorry for typo

*****
Lo boleh aja bertamu di kehidupan gue. Tapi tidak untuk jadi pengganggu.
-Allycia Esmeralda

*****

Setelah kejadian mengejutkan yang terjadi sejam yang lalu, Cia memutuskan untuk tetap hangout. Pantang mundur baginya perkara urusan yang ini.

Masih muda, duit juga ada, ya seneng-seneng dong.

Dua geng populer itu berlabuh di salah satu kafe di daerah Menteng. Mereka duduk melingkar dalam satu meja besar lengkap dengan setelan seragam sekolah.

"Terus kalo lo berdua sedang dalam mood yang gawat gini, kita bisa apa?" kata Karina jenuh melihat sepasang kekasih itu saling diam.

Dinda mengangguk kecil. "Iya. Jangan pada ngambekan dong."

Cia melirik sang kekasih seraya bersanggah dagu. Revan sibuk bermain PUBG. Pikirannya terasa penuh karena hal ini. Pasalnya Revan sedang cemburu, ia bukan ahlinya meredam emosi pria. Sejauh ini selama ia berpacaran Cia yang sering dibujuk, bukan seperti sekarang.

"Intinya itu bukan siapa-siapa gue. Itu tutor gue. Gue harus jelasin gimana lagi?" kata Cia frustasi.

"WHAT?! Tadi lo bilang tutornya STW?" kata Dinda heboh. Tidak terima bila dijauhkan dari incarannya. "Tutor bening gitu dikatain tua, perutnya buncit lagi."

"STW? Apa STW?" ujar Leon.

"S-T-W. Setengah Tuwek!" sahut Rio nyolot khas nada arek Suroboyo.

Dinda menjentikkan jari. "Bener kata mahluk bahula."

"Emang lo ngerti artinya apa?" sahut Cakra mengaduk kopinya yang sedari tadi diam.

"Ya itulah pokoknya," ucap Dinda mengibaskan rambut.

Cia menoleh penuh kepada Revan. "Terus sampek kapan kamu marahan ke aku? Aku udah jujur. Dia bukan siapa-siapa aku."

Revan menarik wajah Cia dan memberinya ciuman di pipi. Mendadak dan cukup mengejutkan bagi yang melihatnya. "Aku gak pernah sanggup untuk marahan ke kamu."

Cia balas mengalungkan tangannya ke leher Revan. Menyembunyikan wajahnya ke ceruk leher cowok famous itu.

"Thanks. I'm yours. Jangan khawatir aku gak bakal berpaling dari kamu," ujar Cia diakhiri kecupan di pipi Revan.

"Anget-anget," ceplos Leon asal.

"YA ALLAH TURUNKAN KARMAMU KEPADA SEPASANG MERPATI TIDAK TAHU DIRI INI," sela Rio ngegas berdiri dari bangkunya lalu mengangkat kedua tangan bak sedang berdoa.

Rio mengangkat tangan kanannya yang mengepal ke atas. "MARI KITA BERSATU HENTIKAN KEUWUAN INI!"

"Lo niat doain Revan apa maju medan perang? Gaya lo kek para pahlawan. Bangun aja suka kesiangan," cetus Cakra tanpa menutup-nutupi.

Revan melambaikan tangan kepada Rio. "Anak buah bangsat sini lo! Sini. Gue PHK dari perkumpulan cowok-cowok tamvan."

U for MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang