Perkenalan tutor baru dimulai. Jangan lupa say 'Hi!' buat mas tutor ya. Happy Reading!
*****
Kamu cantik dan menarik.
Tapi, jaga harga diri kamu.
Jaman sekarang cantik saja malah membahayakan.
-Bima Raka Sidrata
*****Cia memasukkan alat make up dengan terburu. Sesekali melirik arlojinya, spontan decakan kesal meluncur dari bibirnya. "Sialan sialan! Gue telat!"
Setengah berlari ia keluar kamar. Menghampiri sang Papa yang sudah rapi dengan setelah pakaian kantor.
"Pa, Cia berangkat ya? Udah telat," ucapnya meneguk setengah gelas teh hangat.
"Sarapan dulu," ucap Arjuna penuh harap. Kapan lagi bisa bersama dengan putrinya, kalau bukan saat sarapan dan libur kerja.
Cia memandang sang Papa serius. "Cia sarapan tapi, Papa harus ngebolehin Cia bawa mobil ke sekolah. Oke Pa?" tawarnya percaya diri.
Arjuna menggeleng. "Jangan banyak tingkah. Nanti Papa antar."
Cia merengek, "Papa sejak kapan sih peduli sama Cia? Cia udah gede biarin Cia bawa mobil sendiri. Lagian itu mobil Cia yang beli pakai duit hasil pemotretan. Ya Pa? Please Pa..."
"Berhenti merengek Cia. Cepat duduk. Kita sarapan," kata beliau telaten membuat roti isi cokelat untuk putrinya.
"Papa antar. Kapan lagi Papa peduli sama anak Papa sendiri? Begitu kan katamu barusan."
Bungkam. Cia akui, Papanya memang ahli membalik omongan. Tidak ada yang bisa Cia lakukan, selain diam dan melahap roti cokelat itu dengan muka masam.
"Jangan lupa.. nanti malam kamu mulai les. Jangan pulang telat ya. Nanti Papa lembur."
Yes!
Tuhan baik sekali hari ini. Setidaknya kata 'lembur' sudah cukup menjadi penenang. Entah sejak kapan dunia Cia selalu lebih berwarna apabila Arjuna lembur atau tidak pulang sekali pun.
Rejeki gue, batin Cia tersenyum puas.
Arjuna melirik ekspresi bahagia Cia yang tertahan. Beliau geleng-geleng kepala–mengerti akan ekspetasi Cia.
"Meski begitu, Papa sendiri akan pastikan kamu sampai di rumah jam berapa—lewat Bi Ana."
Cia menggigit bibir dalam, menelan kesal bulat-bulat. "Iya-iya. Papa gak ngerti banget sih sama Cia!"
Brum! Brum! Brum!
Suatu kebetulan yang pas. Oh God! Revan adalah malaikat! Cowok itu datang menjemput bahkan tanpa Cia minta.
Cia melirik Revan dan Arjuna bergantian. Sang Papa masihsibuk mengunyah roti isi. Tidak mengenali keberadaan Revan. Maka, satu-satunya hal yang terlintas di otaknya saat ini hanyalah kabur.
Cia berdiri cepat-cepat. Memakai tas ransel dan berlari sampai depan pintu.
"CIA BERANGKAT DULU YA PA. MAAFIN PA! CIA GAK MAU DIANTAR SAMA PAPA! CIA UDAH GEDE!" teriak Cia seraya berlari menuju Revan.
Sepasang remaja labil itu melesat cepat tanpa permisi."LHO CIA?! CIA?!"
Arjuna menatap kepergian putrinya kaget. Tidak menduga Cia berani kabur tanpa salam atau mencium tangannya.
"Anak itu benar-benar liar..." ucap Arjuna gemas.
*****
KRIING! KRIING! KRIING!
KAMU SEDANG MEMBACA
U for Me
Novela Juvenil"Om naksir sama saya? Om suka nyuri anak perawan orang kan?!" "Iya Cia kamu memang menarik. Mau ciuman sama saya?" "Berengsek! Gue aduin lo ke Papa!" "Kenapa kamu ngadu? Ingin cepat-cepat saya nikahi begitu?" **** Allycia atau biasa dipanggil Cia. R...