Panggilan Alam Liar

75 11 1
                                    

~mereka saling memanggil, melepaskan keliaran~

"Apa yang harus kita lakukan?" Nuansa ikut panik. Mengerikan, hewan-hewan yang tidak ikut menghancurkan pagar akar berduri, mencari manusia lain untuk ditulari virus siluman. Nuansa yang menyebutnya 'virus siluman'.

Wawan mondar-mandir panik. Garuk-garuk kepala. Ia berpikir keras. Bagaimana membendung masalah ini. Ia tahu manusia yang berubah jadi siluman hewan itu hendak membebaskan yang ada di dalam. Setelah itu.... mereka akan menghabisi manusia.

"Ini lebih buruk dari zombie!" histeris Nuansa. Binatang jadi-jadian itu menerkam, dan terkaman berikutnya lebih cepat berubah jadi binatang. Dan berikutnya, dan berikutnya. Semakin cepat beralih rupa.

Wawan dapat ide. Lalu ia memantau pergerakan binatang-binatang jadi-jadian itu di cawan. Mereka tidak bergerak terlalu jauh dari hutan rimba. Mereka menerkam orang-orang yang sialnya sedang berada dekat-dekat situ. Wawan meminta Simba bergabung ke dalam tubuhnya, lalu ia mencengkeram pinggiran cawan. "Hubungkan dengan pagar akar." Pintanya ke Nuansa.

Nuansa menurut, "Oke sudah terhubung. Kamu mau ngapain?"

"Woro-woro." Wawan berdeham, lalu melakukan gerakan jari seperti Naruto, matanya menyala, ia memusatkan pikiran. Kepanikan telah disingkirkannya dengan prioritas keselamatan manusia. Suara Wawan menggelegar di sekitaran hutan. Binatang jadi-jadian sempat kaget. "Bagi warga yang masih tinggal di wilayah Jelupang dan sekitarnya, dimohon segera meninggalkan tempat, silakan mengevakuasi diri dan keluarga. Selamatkan diri kalian dari terkaman binatang buas. Cepat-cepat!"

"Wawan, kamu bisa membuat portal kan?" tanya Nuansa.

"Tapi itu untuk ke semesta Watukayu."

"Ah sayang sekali."

"Kita bisa melakukannya." Kata Simba. "Penggabungan unsur kekuatan."

Nuansa menjentikkan jari. "Benar juga. Waktu awal-awal aku berpindah tempatnya pakai portal di batang pohon. Simba, ayo kita lakukan ikatan sementara, dan Wawan, sembur aku dengan energi cahaya Astacakramu."

Simba menyatu dengan Nuansa. Wawan setuju dengan ide itu. Ia melakukan gerakan seperti Naruto, lalu dari tangannya menyembur energi hangat berupa cahaya yang membaur dengan sosok Nuansa. Wawan dan Nuansa memegangi cawan yang kini bertambah besar segentong. Wawan suaranya makin membahana di sekitaran hutan. "Warga Jelupang dan sekitarnya yang masih selamat tak terkena serangan binatang buas, segera menuju pohon atau tanaman yang ada paling dekat dengan Anda. Akan ada portal di sana untuk mempercepat evakuasi. Jangan banyak tanya. Yang penting Anda dan keluarga selamat. Segera segera!"

Nuansa dan Simba sudah membuat portal itu tidak dapat ditembus oleh selain manusia. Di setiap tanaman pot dan pohon-pohon selain di hutan, muncul semacam lubang hitam. "Eee... lebih baik bentuknya bukan lubang hitam." Di cawan mereka melihat orang-orang pada berhenti ragu di depan portal. Wawan berubah wujud jadi Abah Simba muda, lalu mengakses salah satu portal. "Jadikan pintu rumah biasa saja deh."

Wawan membuka pintu dan mendapati banyak sekali orang yang sudah di depan namun ragu. "Ayo, ini pintu aman sekali. Seaman pintu ke mana saja Doraemon. Ayo ikut saya kalau mau selamat."

Orang-orang sempat heran, kok Abah Simba hidup lagi. "Ayo buruan! Sebelum kena terkam." Tidak ada yang bergerak, Wawan menarik pemuda paling dekat. Mereka berpindah ke tempat yang luas, sebuah tanah lapang, tanah proyek mall yang baru mau dimulai. Pemuda itu kemudian disuruh balik lagi ke pintu tadi untuk mengabari kalau aman. Orang-orang baru mengikuti. Semakin banyak orang yang melewati pintu itu, pintunya menjadi semakin lebar. Sehingga muat untuk puluhan orang masuk sekaligus. Wawan berpindah ke pintu-pintu lain memastikan orang-orang pada mau melewatinya. Suara amukan hewan buas terdengar semakin dekat. "Ayo ayo cepat." Wawan melesat ke atas dan berubah jadi badak, berdebum keras di tanah. Selagi melesat ke atas itu ia melempar ke bawah, perisai energi cahaya. Hewan buas jadi-jadian terpental, tak bisa menembus. Wawan badak bersiaga menjaga perisai itu.

Orang-orang bukannya mempercepat laju mereka malah berhenti melihat Wawan. Langsung Wawan berubah jadi macan dan mengaum ke mereka. Empasan energi dari aumannya membuat orang keder. Mereka buru-buru.

Wawan pasang perisai-perisai lagi. Setelah itu ia berubah jadi elang. Untuk mengawasi dari udara. Untunglah dari banyak binatang jadi-jadian, tidak ada yang berubah jadi burung. Kebanyakan dari mereka berubahnya jadi macan kumbang, macan loreng, heina, babon, gorila, dan babi hutan.

Gawat. Binatang jadi-jadian itu hampir membobol pagar akar berduri hutan rimba. Wawan dari atas berubah jadi manusia bersayap, ia melemparkan bola cahaya yang ketika mendarat berubah jadi perisai, menambah pertahanan pagar akar. Tapi tak bertahan lama. Dari dalam hutan rimba, badak-badak terus berusaha mendobrak pagar akar. Wawan melempar bola cahaya perisai banyak-banyak. Ia lalu balik ke markas.

"Nuansa, sepertinya pagar dan perisai itu tidak akan bertahan lama. Kita harus mempertebal pagarnya. Bikin perimeter lagi." Kata Wawan.

"Ya betul." Nuansa ngos-ngosan setelah memastikan orang-orang keluar semua dari Jelupang. Pintu ke mana saja sudah dia hentikan semua. Simba keluar dari tubuh Nuansa, langsung terkulai lemas. Nuansa memberikan minum dari air cawan ke Simba. Dia langsung kokoh lagi.

"Kita harus menggabungkan tiga kekuatan." Wawan memberikan tangannya untuk disambut Nuansa. Lalu ia mengode Simba untuk menyatu dengan dirinya dan Nuansa. Separuh-separuh. Dengan energi cahaya Astacakra itu memungkinkan.

"Mari kita coba. Demi keselamatan semua." Kata Nuansa, menyambut tangan Wawan. Aliran kekuatan dari energi cahaya Astacakra merasuk ke tubuh Nuansa. Urat-urat pada tubuh Nuansa dan Wawan bercahaya. Simba lalu merasuk ke dua tubuh itu. Seruangan markas pohon piramid jadi dipenuhi cahaya. Wawan dan Nuansa bergerak ke cawan, bergandengan tangan. Mereka mencemplungkan tangan ke cawan.

Pagar akar pada pinggiran hutan rimba telah jebol. Hewan-hewan buas yang ada di dalam hutan kini menghambur keluar. Bergabung dengan binatang jadi-jadian, mereka mencari manusia-manusia untuk diterkam. Jarak sekian ratus meter dari pinggiran hutan, tumbuh secara masif, pagar batang pohon. Durinya jauh lebih panjang dan tajam. Jalin menjalin seperti pagar kawat, tapi dalam skala besar.

Wawan dkk hampir saja telat. Karena ada satu macan kumbang yang berhasil melewati pagar batang pohon yang baru itu, untungnya, macan kumbang itu terpotong separuh badannya.

Entah dapat dari mana, ada gorila yang membunyikan terompet besar. Seperti terompet menjelang perang besar.

Pohon piramid berguncang. Musuh ternyata menemukan lokasi mereka. Cawan sampai jatuh, memutuskan koneksi kekuatan mereka. "Aku tak bisa memindahkan pohon piramid dalam kondisi seperti ini." rintih Nuansa.

Wawan pun kepalanya sakit, berputar-putar. Guncangan pada pohon piramid cukup dahsyat. "Kamu bisa." Wawan mengeluarkan cahaya energi ke tubuh Nuansa lebih banyak, serta Simba diserahkan semua ke sana. "Kamu harus."

"Baik akan kucoba." Nuansa melayang, matanya menyala putih. Akar-akar, dahan-dahan dan batang-batang pohon pada pohon piramid itu menjulur menyentuh tubuh Nuansa. Segalanya memampat dan ledakan terjadi. Pohon piramid itu berlipat-lipat menjadi kecil lalu ditelan bumi.

Muncul kembali di tempat orang-orang tadiberkumpul. Pohon piramid nampak di mata manusia. Nuansa tak sadarkan diri. Darahkeluar dari hidungnya. 

ASTACAKRA #4 SEKAWANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang