**Notes :
Alur maju mundur, semoga gak pada bingung yaa🤧
Happy reading 🥰.
.
.Buku-buku berjatuhan. Wadah pensil berisi benda warna-warni itu terguling dan menumpahkan segala isinya. Laki-laki manis berkulit pucat itu masih belum berhenti bergerak seenaknya sebelum suara berisik yang barusan dia ciptakan menarik perhatian Hoseok, laki-laki modis yang duduk di dalam kubikel lain di depannya.
“Yoongi!” teriak Hoseok sambil melongokkan kepalanya.
Naas karena Yoongi, laki-laki yang baru saja diteriakinya itu ternyata sedang merunduk ke bawah meja untuk mengumpulkan pensil yang berjatuhan, ia refleks mengangkat kepala, dan...
DUGG!!
Bagian belakang kepalanya sukses membentur mejanya sendiri. Hoseok meringis ngeri melihatnya. Sementara itu, Yoongi mengangkat kepalanya sangat lambat dengan kedua tangan menggenggam pulpen dan pensil-pensil. Ia merintih pelan, kemudian malah tersenyum, mengangkat kedua tangannya seolah-olah ia sedang memegang buket bunga.
“Kenapa sih?”
Yoongi masih tetap tersenyum sambil meletakkan kembali pensil-pensil dan pulpen-pulpen itu pada tempatnya, dan tentu saja itu dilakukannya dengan asal-asalan. Ia sedang terburu-buru setelah melihat SMS yang masuk lima menit yang lalu — tapi bukan itu alasannya sampai ia menaruh wadah pensil itu diujung meja.
Yoongi memang selalu begitu dan ia baru saja bergerak pelan keluar dari kubikelnya saat sikunya menyenggol sesuatu lagi. Wadah pensil yang sama. Terjatuh dengan cara yang sama. Berserakan lagi. Hoseok geleng-geleng kepala sendiri melihatnya.
Yoongi memutar bola matanya dengan kedua tangan di pinggang. Ia sudah tidak punya waktu karena Jungkook sudah menunggu dibawah. Ia buru-buru bukan hanya karena laki-laki itu tidak suka menunggu tapi karena.........
“Udah nggak sabar banget ya mau ngerayain anniversary?” Hoseok sekarang sudah bergeser mendekati kubikel Yoongi.
Yoongi nyengir sambil merapatkan kedua tangan di depan wajahnya dengan puppy eyes yang sudah sangat dihafal Hoseok. Hoseok mengibaskan tangannya pura-pura marah kemudian membiarkan tubuh berbalut T-shirt putih kebesaran itu menghilang di tangga.
Sementara itu, Yoongi melangkah dengan tergesa-gesa. Nyaris saja ia terpeleset dan jatuh berguling di tangga kalau tangannya tidak mencengkeram pegangan kayu itu erat-erat. Jieun yang kebetulan lewat hampir menarik belakang kausnya dan hanya dibalas cengiran khas laki-laki itu. Jieun cuma bisa geleng-geleng kepala.
“Jungkook!” panggil Yoongi riang saat ia melihat sosok yang sedang membaca majalah di sofa lobi.
Laki-laki berkemeja super rapi itu tampak serius memelototi tulisan-tulisan dari balik kacamata full frame hitamnya sampai ia menyadari Yoongi sudah berdiri di depannya. Jungkook meletakkan Korea Daily di tangannya ke tempat semula, dan langsung mendengus lemah melihat sepasang kaki berbalut Convers tak jauh dari ujung pantofel hitamnya sendiri.
Laki-laki itu benar-benar tidak bisa mengikat tali sepatu, ya?
“Lama nunggu?”
Tidak. Hanya baru beberapa menit sejak Jungkook mengetikkan sebaris pesan pada Yoongi dan laki-laki itu sudah muncul dengan rambut berantakan plus tali sepatu yang terlepas. Juga napas yang naik turun tak karuan. Jungkook tidak perlu menebak kalau laki-laki itu sudah membuat kerusuhan di ruang kerjanya atau tidak. Ia sudah tahu jawabannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Am I Expecting Too Much? [KookGa/TaeGi] (Complete) ✓
Fiksi PenggemarSinopsis : Sejauh ini Yoongi merasa, ia terlahir hanya untuk mencintai Jungkook, namun mampukah ia memperjuangkan mimpinya? Jungkook meminta waktu dua bulan untuk berpikir. Selama penantian menegangkan itu, Yoongi harus menelan berbagai kepahitan ya...