Ketika aku membuka pintu, pintu depan rumahku sendiri, aku disambut oleh huruf-huruf yang berbaris di depan wajahku.'Congratulation!!!'
Huruf-huruf berwarna putih dengan background warna-warni itu muncul diiringi musik aneh yang sedikit membuatku kaget. Silau, aku menyipitkan mata.
Walaupun tulisan hologram semacam itu memang selalu muncul secara tiba-tiba, mengagetkan, dan sinarnya juga terlalu terang, tapi aku selalu menanti kemunculannya. Semua gamer akan merasa gembira melihat kalimat semacam ini: Congratulation, Winner, Victory... Semuanya sama. Itu merupakan wujud dari sebuah ucapan selamat. Sebuah sambutan atas suatu pencapaian yang telah diraih oleh seorang player.
Menghela nafas, aku mengucapkan salam, dan saat dari dalam terdengar suara yang membalas salamku aku pun langsung masuk. Satu dua langkah menapaki permukaan lantai didalam ruangan itu mataku mulai berkaca-kaca. Perasaan lega. Rumah mungil ini sudah bertahun-tahun aku tempati, setiap hari aku berada disini, tapi entah kenapa saat ini didalam hatiku muncul rasa kangen seperti sudah lama meninggalkannya. Dan bersamaan dengan itu ada lagi perasaan aneh lainnya, perasaan rindu kepada seseorang. Aku mempercepat langkahku. Menangis. Mencari-cari seseorang di dalam rumah. Memang akan memalukan untuk mengakatakan ini tapi itulah yang terjadi,__aku ingin segera bertemu dengan ibuku.
Aku langsung menuju ke ruang makan. Ketemu! Disana ada seorang wanita yang masih memakai celemek dapur sedang duduk dikursi. Wanita ini pasti sudah berjam-jam menunggu kedatanganku dengan penuh perasaan khawatir dan gelisah. Melihatku, sontak ia berdiri. Menatapi tubuhku dari bawah keatas dengan wajah was-was. Setelah matanya puas menjamah sekujur tubuhku ia pun menghela nafas. Aku rasa dia lega karena melihatku baik-baik saja.
"Darimana saja kamu nak, kok sampai sesore ini?" ucapnya.
Bukanya menjawab, aku langsung saja berlari kearah wanita itu dan memeluknya erat-erat.
"Ibu ... Aku merindukanmu ... " kataku.
"Eh?"
Aku terisak dipelukan ibuku. Yang dipeluk malah tampak kebingungan. Ibu pasti heran melihat tingkahku yang aneh, jarang-jarang aku memeluknya seperti ini. Menyipitkan mata dibalik kacamatanya lamat-lamat ia menatap wajahku.
"Ree? Ini kamu kan?"
Aku hanya meringis dengan wajah bun-cah penuh air mata saat ibu menanyakan itu.
Wajar jika ibu merasa bingung dan keheranan. Dia hanya tidak tahu apa yang telah terjadi padaku sebelum aku sampai dirumah. Baginya yang terjadi normal dan biasa-biasa saja. Tadi pagi aku pergi kesekolah seperti biasa. Dan tidak ada yang berbeda dengan hari-hari sebelumnya. Menurutnya tingkahku yang tiba-tiba ini terkesan aneh. Aku seperti orang yang baru saja pulang dari perjalanan jauh, seperti sudah sepuluh tahun tidak bertemu dengannya. Anak ini kerasukan apa? Aku rasa kira-kira seperti itu rasa kebingungan dan keheranan yang ada dalam benak ibu.
Tapi walaupun merasa aneh, ibu tetap mencoba mengerti, ia menghela nafas dan tersenyum.
"Arra ... Ree ..." katanya saat mengelus rambutku. "kamu emang terlambat pulang, kamu emang pulang kesorean, tapi ini? Ini tumben banget lho ... jangan bikin ibu nangis ihh..."
"Entahlah Bu ... Aku cuma pengen meluk ibu ... Udah gitu aja." balasku.
"Ooh ... Anak ibu ... "
Dan kini tampak semakin lebar senyuman itu, semakin erat pelukan itu, sebuah kasih sayang seorang ibu kepada anaknya yang teramat hangat. Inilah yang membuatku merindukannya.
Tentu aku bukanlah seorang anak manja yang cengeng dan suka merengek kepada orang tuanya. Sebagai anak tunggal aku tidak pernah sedikitpun bermimpi menjadi seorang anak mamah, anak emas, atau yang semacamnya. Jangankan ingin di manja-manja, bahkan berkumpul dengan ibu dan ayah pun aku jarang. Bukan karena kedua orangtuaku itu terlalu sibuk sehingga tidak ada waktu untuk bersamaku, tapi karena aku saja yang memang cenderung lebih suka menghabiskan waktu di dalam kamar. Aku lebih suka menyendiri membaca komik atau light novel, menonton anime, bermain game, atau sesekali belajar, pokoknya hal-hal semacam itu layaknya yang biasa dilakukan seorang Hikomori.
Ibu tidak terlalu banyak lagi menanyakan tentang tingkahku yang tidak biasanya itu. Walaupun pulang kesorean tapi baginya yang terpenting saat ini aku sudah berada dirumah dengan keadaan selamat, tak kurang suatu apapun. Lagipula aku tahu persis saat ini dia sendiri sedang menanggung masalah yang (baginya) jauh lebih besar, yaitu masalah perceraiannya dengan Ayah. Baginya. Tapi tidak bagiku. Aku malah tidak terlalu memperdulikan hal itu. Santai saja, ibu kan masih muda dan cantik, orangnya juga baik, cepat atau lambat aku pasti akan mendapatkan ayah yang baru. Iya kan? Asalkan mereka tetap mau merawat dan mencukupi segala kebutuhanku aku rasa itu saja sudah cukup. Sebagai seorang anak yang menyikapi perceraian orang tuanya, cara pemikiranku cukup simple bukan? Apa aku salah?
Setelah menyantap makan siang yang baru aku makan pada sore harinya, kemudian mandi dan berganti pakaian, aku merebahkan tubuhku di kasur. Lalu aku mulai memikirkan sesuatu, sesuatu yang lain selain soal perceraian kedua orang tuaku, aku memikirkan soal bagaimana memulai untuk mengisi buku catatanku. Sekarang bukan waktunya untuk beristirahat karena aku masih memiliki sebuah tugas, sebuah misi terakhir. Jika aku bisa menyelesaikan tugas ini maka semuanya akan berakhir. Aku akan mengakhiri kutukan ini, kutukan yang telah menimpaku.
Sebuah kutukan misterius telah menyelubungi kehidupanku bak jaring laba-laba yang rapat dan lengket, kehidupanku telah terbelenggu oleh sebuah sistem virtual, dimana dalamnya aku masih dapat bergerak namun gerakanku terbatas. Ini berhubungan dengan sesuatu yang disebut 'pilihan'. Aku dituntut agar selalu berhati-hati dalam mengambil sebuah keputusan. Aku tidak boleh salah dalam memilih pilihan-pilihan yang diberikan kepadaku, karena disini sebuah kesalahan akan berakibat fatal, bahkan terkadang aku harus membayarnya dengan sesuatu yang semua orang takuti, sebuah kematian.
Didalam kutukan ini aku juga memiliki daftar misi-misi yang harus aku selesaikan. Aku sudah menyelesaikan hampir semua misi itu. Sekarang tinggal yang terakhir. Yaitu, aku harus memenuhi buku catatanku dengan tulisan yang membahas tentang pengalamanku pada hari ini, pengalaman yang terjadi sebelum aku sampai dirumah dan merengek di pelukan ibuku.
Yah, lagipula disamping karena sebuah misi, kisah yang luarbiasa itu memang harus diabadikan. Aku juga berharap suatu hari nanti, saat aku sudah menjadi seorang pria tua, kisah itu akan menjadi sebuah dongeng seram yang seru untuk di baca anak cucuku.
Atau mungkin .... Kalian ingin membacanya juga, kawan?
***
[Warning!]
Di chapter berikutnya terdapat adegan kekerasan dan darah. Bocil gaboleh baca! 🔞 😠
Eh! Tapi kayaknya di lihat dari muka kalian yang keriput, kelihatannya kalian emang udah pada tua semua. Yekan? 😂Kalo gitu kalian semua boleh baca!!! :v
KAMU SEDANG MEMBACA
RePlayGame : Mati Bolak-balik
Mystery / Thriller[Warning : kisah ini mengandung unsur kekerasan dan darah.] Tulisan ini memakai bahasa baku. Mungkin nanti kalian banyak nemuin kalimat-kalimat yang sulit di pahami, sulit di baca, sulit di cerna. Fix itu bukan salah kalian. Bukan otak kalian yang n...