Chapter 04: Jenny

55 6 0
                                    


"Kamu tahu Ree... Aku kira kamu bakalan di gantung Pak Abrian tadi."

Kata seorang anak perempuan saat merangkulku di tengah perjalanan pulang dari sekolah. Meringis, gadis ceria yang sedang melirikku dengan tatapan mengejek itu bernama Jenny.

"Eh, Ree. Kamu inget nggak? Dulu juga aku pernah seperti kamu, kepergok dikelas sedang ngorok... Dan saat itu karena aku ngga keburu kabur, akhirnya aku kena semburan brutal pria jelek itu deh!" Hahahaha...

Kalian lihat sendiri, betapa anak ini memiliki selera humor yang aneh ketika ia tertawa saat mengatakan itu. Gadis dengan rambut sepundak yang tinggi badannya sedikit lebih tinggi dari aku itu memang selalu terlihat sumringah. Cengengesan! Dalam situasi apapun. Dalam keadaan apapun. Membuatku terkadang merasa ilfil saat sedang bersamanya.

"Aku cuma beruntung" balasku singkat.

Jika kalian punya kesempatan untuk memilih salah satu nama dari deretan daftar nama-nama murid disekolahku untuk dijadikan sahabat, maka sungguh, niscaya nama Jenny akan jauh-jauh kalian lewati. Bahkan mungkin bisa langsung kalian masukan kedalam blacklist daftar pertemanan!

Siapa juga yang mau berteman dengan gadis yang ahlinya ahli dalam urusan soal kejahilan ini? Sama sekali tidak cocok dijadikan sahabat!

Hanya karena aku tidak punya kesempatan memilih itulah kenapa aku sering terlihat sedang bersamanya.

Aku, dan gadis yang doyan cengengesan ini, biasa berjalan bersama-sama saat menyusuri gang perumahan karena tidak ada lagi teman yang satu jalur dengan jalan pulang menuju kerumahku.

Awalnya dulu kami hanya mengobrol dijalan sampai kita berpisah di persimpangan(hubungan ngobrol itu tidak berlaku jika sedang berada disekolah), tetapi, aku bisa menambahkan kata 'sialnya', mungkin karena anak ini merasa semakin akrab denganku jadinya sekarang dia memiliki hobi baru, yaitu suka menempel-nempel kepadaku.

Disekolah aku biasanya menghindar, tapi jika kita terlanjur bertemu pastinya aku tidak enak hati jika harus mengusirnya. Dan seperti itulah. Seperti itulah cara kita bertemu dan akhirnya menjadi sahabat.

Eh! Jika di ingat kembali andai jalan pulangku hanya satu jalur bersama Jenny pasti ceritanya akan berbeda. Tapi tidak! Sungguh beruntung di persimpangan jalan nanti kita akan berpisah. Jika tidak, aku tidak bisa membayangkan kalau sampai Jenny juga merasakan kengerian yang kualami. Peristiwa keji itu! Sebuah tragedi yang akan terjadi sesudah kami berpisah di persimpangan jalan nanti!

"Lucu banget pas lihat wajah bangun tidur kamu lho. Mirip patrick!"

Hahaha...

Dia tertawa lagi.

"Beneran? Aku malah nyangka kamu bakal nyebut aku mirip lubang hidung Squidward."

"Aku ngga akan sekejam itu kawan."

"Lagipula jika demikian, aku bakalan balas nyebut kamu upil Squidward. Karena kamu selalu nempel-nempel sama aku."

Hahaha...

Lagi-lagi Jenny tertawa, kali ini semakin keras, padahal cuma karena mendengar lelucon garingku yang sama sekali tidak lucu itu.

Hahaha___umm...

"Eh! Tapi ngomong-ngomong, aku ngga lihat kamu pas jam istirahat kedua. Kemana aja kamu?" Jenny menghentikan tawa tiba-tiba, perubahan ekspresi yang tidak umum, tapi untuk ukuran orang seperti itu sih sangat biasa.

"Emang kenapa kalo kamu lihat aku?" sahutku, balas bertanya.

"Eh? Umm etto..." melepaskan rangkulan, kali ini reaksi gadis berambut pirang ini tidak seperti biasanya. Di wajahnya, tampak sesuatu yang jarang sekali muncul pada kedua pipinya, rona merah.

RePlayGame : Mati Bolak-balikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang