Hujan dan Baju

68 2 2
                                    

Assalamualaikum. Ini cerita pertama dari saya. Mohon dukungannya ya guys.

Selamat Membaca

Det det det.....
"Yah, aduh, ihh, heeeee.....," suara seorang siswi SMA yang seketika meledak karena motor yang ia kendarai tiba-tiba mati di tengah guyuran hujan yang turun dan seakan-akan sedang menertawinya, "Lah kok mati sih, gimana aku bisa sampai ke sekolah. Padahal sebentar lagi simpang menuju sekolah udah kelihatan.. Huhhhh, sebel sebel sebelll". Begitulah Aya, seorang gadis yang sedikit lebay, polos, dan selalu ceria. Ia sudah sering mengalami hal seperti ini. Namun ada sesikit perbedaan, yaitu kondisi saat ini sedang hujan. "Aaa, kok aku lupa lagi sih kalo bensinnya habis. Ihhh, dasar aku. Lupaaa terus. Padahal cuma urusan ngisi bensin aja. Apalagi kalo sampai mak tau, udah pasti tutup telinga pokoknya karena omelan mak. Haahhhhh". Begitulah pekik Aya, Asyani Aya Fatmawati yang diiringi hujan sebagai musik pengiringnya. "Mau gimana lagi, terpaksa deh aku harus dorong motor ini. Minimal sampai rumah yang ada di depan itu. Tapi itu kan masih ada sekitar 50 meter lagi jauhnya. Belum lagi sekarang  hujan baju aku kan jadi basah, terus gimana aku mau belajar kalo baju aku basah kayak gini. Mana lagi ada jam Pak Tarma. Iya, Pak Tarma guru yang paling iseng dan nyebelin di sekolah ini. Pasti nanti aku ngga boleh masuk. Hiiihhhhh." Begitulah ocehan Aya yang sambil nangis-nangis ngga karuan. Wajar saja, ia adalah murid yang paling anti dengan kata terlambat dan mendapat catatan denda.

Hampir saja ia sampai di rumah terdekat dengan lokasi motor mogoknya tadi untuk tempat menitipkan motornya, tiba-tiba "Wusss" suara motor yang juga menyipratkan air ke Aya yang sedang mendorong motornya. "Aaa", teriak Aya seketika itu juga saat terkena cipratan air padanya."Ihhhh, nyebelin banget sih jadi orang, bisa ngga bawa motornya itu pelan-pelan aja. Kan jadi basah baju aku," teriak Aya pada orang tersebut. Aya pun seketika berhenti dan menunduk melipat kaki sambil menangis tersedu-sedu karena ini adalah kejadian yang sangat buruk terjadi padanya. Saat dirinya sedang menangis sambil ngomel-ngomel ngga jelas, tiba-tiba sepasang kaki berdiri di depannya. Kemudian sebuah sentuhan di bahunya mengagetkan dirinya yang tengah memandang sepasang kaki yang menggunakan sepatu sekolah berwarna hitam. "Hei, ayok bangun!," suara seorang laki-laki yang sekaligus mengulurkan tangan kanannya. "Kok lu diem aja sih, buruan gue udah telat ni". Aya masih bingung dan tercengang melihat laki-laki yang di hadapannya. Astaghfirullah, ucap Aya dalam hati. "Hei, kok masih duduk aja?, ayo buruan berdiri", tegas laki-laki tersebut. "Eh, iya iya.. Ma...maaf", balas Aya terbata-bata karena ia baru sadar dari lamunannya yang sedari tadi masih mencoba mengingat sosok laki-laki di hadapannya. Tanpa menyambut uluran tangan laki-laki tersebut, ia segera berdiri. Ya, laki-laki itu adalah Erdi ketua OSIS di SMA BUANA CINTA. "Maafin gue ya," balas Erdi singkat. "Eh lu ngapain nangis duduk di sini?," tanya Erdi penasaran pada Aya yang menangis di samping sebuah motor yang mogok ditambah lagi kondisinya yang basah kuyup. "E..ee.. It..itu.. aku.. ituu..." jawab Aya gugup dan bibir nya gemetar karena menahan dingin tubuhnya yang basah dan sangat dingin. Mendengar jawaban dari gadis tersebut, Erdi yang kasihan segera mengajak Aya ke rumah yang sedari tadi sebernya ingin dituju oleh Aya. Tanpa menunggu lama, Erdi langsung memegang tangan Aya dan mengajaknya segera berteduh. "Ma...maaf.. bisa lepasin tangan aku?," ucap Aya yang mengagetkan Erdi seketika. Erdi pun segera melepas tangan Aya dan segera melanjutkan menuju ke rumah tersebut. Aya mengekor Erdi.

Setelah sampai di rumah tersebut. Erdi segera mengetuk pintu dan meminta izin untuk berteduh di rumah tersebut. Sang pemilik rumah pun mempersilahkan mereka masuk rumah. Erdi langsung membuka jas hujan yang ia pakai untuk menghindari terjangan hujan yang menyelimuti bumi sejak tadi. Erdi meminta izin kepada pemilik rumah supaya Aya bisa mengganti bajunya yang basah. "Eitss, tunggu...", kata Aya. "kenapa?" jawab Erdi singkat. "Aku ngga ada bawa baju ganti. Gimana aku mau ganti baju", jawab Aya lirih. Dengan sigap Erdi membuka tasnya dan mengeluarkan baju olahraga miliknya. "Nih, pakai ini". "Ta...tap..tapi..." jawab Aya merasa tidak enak. "Udahlah, pakai aja. Lagian gue kasihan liat lu yang udah pucat gitu", jawab Erdi meyakinkan. Kemudian Aya meminta izin untuk mengganti bajunya di kamar mandi. Setelah selesai Aya kembali ke ruang depan dan bergabung dengan Erdi dan sang pemilik rumah yang sedang berbincang.

Sekitar 15 menit kemudian hujan reda. Erdi mengajak Aya yang sedang minum teh buatan si pemilik rumah untuk kembali ke sekolah. Tanpa tahu siapa siswi ini, ia sudah bisa memastikan bahwa siswi ini adalah siswi SMA BUANA CINTA karena logo sekolah di bajunya tadi. Mereka bergegas pergi meninggalkan rumah tersebut setelah meminta izin kepada pemilik rumah. "Eh, tunggu", ucap Aya. "Kenapa?, tanya Erdi dingin. "hehee, motor aku gimana?", tanya Aya sembari melihatkan gigi gingsulnya. "Udah lah, biarin di sini aja dulu. Nanti pas pulang tungguin gue. Kita ambil motor lu lagi. Emang motor lu kenapa mogok?, tanya Erdi penasaran. "Emm, itu.... Ee.. mot-", belum selesai Aya menjawab pertanyaan Erdi langsung meninggalkannya menaiki motornya. "Udahlah, nanti aja jelasinnya. Lama kalo nunggu lu ngomong. Udah, buruan naik", sela Erdi. "What?, aku naik motor kamu?, balas Aya. "Lu mau di sini terus atau jalan kaki ke sekolah?", balas Erdi. "Eh, iya iya. Tungguin aku", balas Aya cepat. "Pegangan!," perintah Erdi pada Aya dan langsung dibalas dengan kata tidak dari Aya. "Maaf, aku ngga bisa pegangan sama kamu", jawab Aya. "Terserah deh", jawab Erdi datar. Erdi melajukan motornya dengan kecepatan lumayan tinggi yang membuat Aya menjadi takut sehingga ia terpaksa memengang tas Erdi. Aya memang seorang perempuan yang selalu mengusahakan untuk tidak bersentuhan dengan laki-laki kecuali keadaan yang membutuhkan jabat tangan. Sekitar 10 menit kemudian mereka sampai di pintu gerbang sekolah yang tentunya sudah tertutup rapat. Erdi segera menggedor gerbang dan tak lama setelah itu pak satpam datang menghampiri Erdi dan Aya. "Maaf den, pintu gerbang sudah ditutup dan tidak bisa dibuka kembali", ujar pak satpam tersebut. "Pak, saya Erdi ketua OSIS di SMA BUANA CINTA. Saya datang terlmbat karena saya harus mengurus laporan dan proposal untuk acara di sekolah ini bersama panitian acara nya. Ini dia pak. Jadi saya datangnya terlambat. Apakah saya masih diperbolehkan masuk pak?", jelas Erdi panjang. "Oo, maaf den. Bapak baru ngerti. Saya bukakan gerbangnya dulu ya den", ujar pak satpam tersebut.

Kemudian mereka memasuki sekolah dan langsung berpisah menuju kelas masing-masing tanpa ada komunikasi lagi. Aya yang tiba-tiba teringat bagaimana nanti dia pulang dan bagaimana dia mengembalikan baju Erdi, merasa bingung. Dia memutuskan segera kembali ke tempat di mana mereka tadi berpisah, namun yang Aya dapatkan adalah jejak yang kosong. Aya pun bingung dan memilih kembali melanjutkan perjalanannya menuju kelasnya. Suara kelas yang riuh, sudah bisa Aya pastikan bahwa kelas sedang kosong dan tidak ada guru yang mengajar. Terbesit di pikaran Aya untum mengejutkan teman-teman sekelasnya dengan mengetuk pintu dan mengucapkan salam dengan suara yang dibuat-buat seperti seorang guru. Klek, gagang pintu didorong Aya dan seketika itu pula kelas menjadi sunyi senyap tanpa suara sedikitpun. Kemudian "Dorrrrr", Aya mengagetkan teman-teman kelasnya. "Hihihiii", tawa Aya melihat semua kawannya yang langsung merasa kesal dengan perbuatan Aya yang mengagetkan mereka. "Ihhh, lu ini ya Ya. Ngapain sih lu kek gitu", suara sebal dari Joandi. "Iya nih, lu ngapain sih Ya ngagetin kita", timpal Lia. "Lu tu ya Aya, bikin kami jantungan aja. Mau copot jantung gue tau", kata Juwita kesal. Kemudian banyak lagi ucapan-ucapan sarapan buat Aya. "Hihii, maaf ya teman-teman. Aya ngga sengaja. Hehee", ujar Aya seakan tak bersalah. Kemudian Aya melanjutkan berjalan menuju kursi tempat duduknya. Ayunda, kawan sebangku Aya langsung menyenggol bahu Aya karena ia merasa heran kenapa temannya yang selama ini paling anti dengan kata terlambat dan catatan denda tiba-tiba terlambat datang. "Eh, Aya. Tumben lu telat datangnya. Ngga biasanya lu kayak gini", ujar Ayunda sambil menatap Aya dari atas sampai bawah. "Eitss, tunggu dulu, kok lu pakai baju olahraga sih. Kan kita ngga ada kelas olahraga hari ini?, lanjut Ayunda. "Iya, ini mau aku jelasin. Jadi tadi itu motor aku mogok karena habis bensin. Belum lagi hujan turun tiba-tiba", jelas Aya. "Dihh, lu sih kebiasaan amat habis bensin terus. Tapi tunggu dulu, lu belum jawab pertanyaan gue. Kenapa lu pakai baju olahraga?", tanya Ayunda penasaran. Bukannya menjawab, Aya malah senyum-senyum sendiri yang membuat Ayunda, Juwita,  Ajana, dan juga Agustin heran dengan tingkah sahabatnya yang cukup gila menurut mereka. Memperhatikan Aya yang hanya senyum-senyum tak jelas membuat sahabat-sahabat melengos saja karena mereka sudah tahu bagaimana seorang Aya jika sudah seperti ini. Dengan bibir yang masih mengembang, membuat Aya tak sadar jika guru sudah masuk kelas dan memperhatikan Aya yang masih senyum-senyum sendirian. "Aya! Asyani Aya Fatmawati! Haloo! Ayaaa!", begitulah bu Yuli memanggil dan mencoba menyadarkan lamunan Aya. Aya masih saja tak menggubris panggilan bu Yuli hingga Ayunda menyenggol lengan Aya dan barulah Aya tersadar dari lamunannya. Ketika ia hendak marah dengan Ayunda, seketika itu juga Ayunda memberi kode bahwa guru sudah masuk kelas. "Eh, ada Bu Yuli.. Heheee.....", jawab Aya sambil nyengir dan Bu Yuli hanya menggeleng-geleng kepala heran dengan kelakuan anak didiknya yang satu ini.




Gimana cerita pertama saya guys?... Kasih komentar kalian dong, supaya cerita yang saya buat bisa menghibur dan bermanfaat bagi kalian.

Terima kasih teman-teman....
Tunggu cerita selanjutnya yaa....

21520

Sebenarnya akuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang