Holla Guys
Author Lola Balek Lagi Nih
Happy Reading
.
.
.
.
.
Aya pergi meninggalkan rumah tanpa mengendarai maotor kesayangannya, tapi ia pergi menaiki mobil asing yang belum Angga kenal selama ini. Siapa yang bersama Aya?.
***
Di restoran....
Erdi saat ini sedang duduk sendirian di sebuah kursi di restoran dengan secangkir chocolatos hangat. Saat ini pukul 14.37, Erdi masih setia di kursinya meskipun sudah sejak dua jam yang lalu ia hanya duduk memandangi padatnya jalan raya karena kendaraan umum maupun pribadi yang berlalu lalang.
Tak ada yang tahu apa yang tengah ada di pikiran seorang Erdi. Ia tampak murung dan tak berbicara banyak hari ini.
"Arghhh!!," Erdi frustasi dan mengacak tatanan rambutnya yang rapi. "Kenapa sih?," geram Erdi.
"Kenapa lo dateng lagi di saat gue udah mulai lupa semuanya. Dua tahun bukan waktu yang singkat. Gue udah berusaha keras buat nerima segala kenyataan yang ada"
Begitulah sebuah pernyataan keputusasaan seorang Erdi. Kelihatan sedikit lebay bagi seorang Erdi, tapi nyatanya memang seperti itu.
Pikiran Erdi yang sedang kacau kali ini semakin menjadi-jadi ketika sepasang perempuan dan laki-laki berjalan melewatinya dengan canda dan tawa saat itu.
Mata Erdi membelalak ketika dilihatnya Aya. Ya, sepasang perempuan dan laki-laki tersebut adalah Aya.
"Bagaimana bisa Aya pergi, bahkan terlihat bahagia bersama laki-laki lain saat beberapa hari belakangan ini dia tidak peduli denganku?," pikir Erdi dalam hati.
Dengan penuh emosi Erdi menghampiri meja Aya kemudian menarik paksa tangan Aya untuk keluar dari restoran itu. Menarik paksa, bukan menarik dengan kasih seperti dulu yang pernah dilakukannya.
Aya sempat terkejut dan memberontak, tapi usahanya sia-sia karena Erdi sudah memaksanya menaiki motor milik Erdi.
Jangan tanyakan bagaimana laki-laki yang bersama Aya tadi. Dia merasa bingung kemana Aya pergi karena Aya tak pamit bahkan memberi kabar sekaligus.
"Arghh, dimana sih?," teriak Diki frustasi. Ya, laki-laki tersebut adalah Diki, saudara kembar Dika.
***
Aya mengeratkan pegangannya pada baju Erdi. Bagaimana tidak, Erdi saat ini mengendarai motornya dengan kecepatan tinggi yang membuat Aya sangat ketakutan akan hal itu. Selama perjalanan tak ada komunikasi sama sekali. Bahkan Aya sendiri pun tak tahu kemana ia akan dibawa pergi oleh Erdi.
Memejamkan mata, hanya itulah yang mampu Aya lakukan saat ini. Ia merasa sangat ketakutan jika sudah seperti ini. Seperti mempunyai trauma tersendiri akan kecepatan dalam berkendara. Tapi, entah apa penyebab trauma tersebut.
Selama ini Aya memang sering memakai motor jika berpergian. Hal ini dilakukan Aya bukan tanpa sebab. Ia mengendarai motor karena ia merasa butuh terapi atas traumnya ini. Tapi, apakah terapi cara Aya ini akan berhasil jika saat ini saja ia bahkan sangat ketakutan?. Entahlah, Aya berharap Erdi segera mengentikan aksi ngebutnya agar Aya bisa kembali hidup. Terdengar berlebihan mungkin, tapi memang itulah yang sedang Aya harapkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sebenarnya aku
Fiksi RemajaAya adalah seorang gadis polos. Ia sangat mengharapkan seseorang yang bisa membuatnya lebih dewasa dan mandiri. Karena ia sadar jika dia adalah anak yang sangat manja dan cengeng. Jangankan ada yang membully ataupun berkata kasar, ketika ia melihat...