Gita Cinta

1.5K 78 14
                                    

Episode 1

⚘⚘⚘⚘

Gita yang baru saja pulang dari kuliah, segera menghempaskan tubuhnya di atas sofa secara sembarang. Lalu memejamkan matanya sejenak. "Bisakah nona manis ini bersikap lebih sopan?" ucap Erphan yang tak lain kakak Gita sembari duduk di sisi sofa yanh kosong.

"Usiamu bisa jadi tertawaan bila anak kecil mengetahuinya." lanjut Erphan.

Gita langsung membuka matanya. "Lebih baik kamu suruh pelayan pribadimu itu kembali ke kediamannya. Ini wilayah pribadi kita, Elephant." sindir Gita sembari memandang sinis ke arah Hendra.

Erphan tertawa kecil mendengar ucapan adiknya itu. "Hendra itu tangan kananku yang handal. Bukan seperti adik bungsuku yang bodoh dan ceroboh ini."

Gita langsung memandang tajam ke arah Erphan. Lalu secepat kilat ia kembali memandang pria yang berdiri sempurna tak jauh dari tempat mereka duduk. "Pria kaku! Wajah tampan? Dari mana coba. Dasar pelayan - pelayan bodoh yang melihat dia dari sedotan." ucap Gita di dalam hatinya.

"Kak, malam ini aku ada pentas seni di kampus. Papa pasti larang aku kalau keluar sendiri. Kakak bisa temenin aku gak? Nanti aku minta izin sama kak Zefanya." ucap Gita dengan wajah memelas.

"Gita, pergilah dengan Hendra. Malam ini Erphan akan merayakan ulang tahun pernikahannya dengan Zefanya." ucap Ervan yang baru saja datang dari bekerja.

"Ta..tapi pa, Gita maunya sama kak Erphan." ucap Gita. "Memang kalian anniv sekarang kak?" tanya Gita pada Erphan. Ia tidak tahu kakaknya hari ini akan merayakan ulang tahun pernikahan.

Erphan menganggukkan kepalanya. "Iya benar, Gita. Kamu mending berangkat sama Hendra. Dia pasti jagain kamu dengan baik." ucap Erphan.

"Bisa bukan Hendra, kamu mengantarkan adikku?" tanya Erphan pada Hendra sembari menatap anak buahnya itu.

"Saya siap tuan muda." ucap Hendra dengan nada tegas.

Gita langsung melarikan diri ke kamar karena jengkel dengan permintaan papa dan kakak laki - lakinya. "Mereka gak bisa ngertiin aku!" ucap kesal Gita seraya membanting pintu kamarnya.

................

"Tapi papa, aku mau pergi ke pasar malam, malam ini. Papa kan udah janji." ucap Isyana yang terlihat murung setelah Hendra menjelaskan pada anak sulungnya itu bahwa ia harus bekerja lagi malam nanti.

Hendra mengusap pipi putri semata wayangnya itu. "Papa kan harus bekerja sayang. Buat kehidupan kita sehari - hari."

Isyana menatap papanya dengan tatapan jengkel. "Tapi papa pembohong!" ucap gadis kecil itu. Tak lama kemudian ia mulai menangis.

Hendra tersenyum tipis lalu segera memeluk putri kesayangannya itu. "Papa gak bohong sayang. Besok kita pergi ke pasar malam. Sayang, kalau papa enggak bekerja, gimana caranya kita pergi jalan - jalan ke Disneyland seperti impian putri papa?"

"Papa, Nana ikut kerja ya sama papa. Biar Nana tau papa kerja ngapain malam - malam begini Papa gak biasanya kerja malam." ucap Isyana yang masih menangis sesegukan di pelukan papanya.

Hendra tertawa kecil melihat tingkah putrinya mempunyai yang banyak alasan agar bisa ikut dengannya. "Kamu lupa ya? Papa aja pernah tinggalin kamu berhari - hari ke luar kota. Karena harus bekerja menemani tuan muda. Masa papa tinggal kerja sebentar aja malam ini kamu mau ikut? Papa pulang kok sayang. Bibi Arum akan setia menjadi teman bermainmu selama papa kerja."

Bukannya mereda, tangisan Isyana malah makin keras. Ia juga mengamuk dipelukan Hendra. Hendra pun berupaya menenangkan anaknya itu dengan memberikan penjelasan mengenai pekerjaan tambahannya. Tak lama kemudian Isyana menghentikan tangisannyaalu menganggukkan kepalanya. "Pa, aku izinin papa bekerja malam ini. Tapi jangan lupa beliin Isyana makanan enak ya. Isyana sayang sama papa." ucap Isyana lalu disusul mencium pipi kanan papanya.

Gita CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang